TRAUMATIK

19 1 0
                                    

Hari ini Cinta menang telak didalam kelas mata kuliah Pak Galih. Musik klasik yang menjadi materi pembelajaran, memberi kesempatan bagi Cinta untuk menunjukkan kemampuan berpiano dan biola yang menjadi kemahirannya.

Semua rekan Cinta sudah sejak lama mengakui kepiawannya dalam bermusik. Hanya saja, sejak hari naas dua tahun lalu, alunan piano dan biola itu terlalu sendu untuk dinikmati para pendengar. Tak ada lagi Cinta yang memainkan melodi ceria.

Kelas Galih pun berakhir untuk hari ini.

"Cin, biar gue yang bonceng," ujar Laksmi saat mereka hendak pulang. Cinta mengangguk.

Kayuhan cepat membuat pegangan Cinta semakin erat. Kecepatan membuatnya takut. Benar saja, karena keteledoran pejalan kaki yang hendak menyebrang, membuat Laksmi oleng dan tersenggol sedan silver yang melintas. Laksmi dan Cinta terpental lepas dari sepeda. Si pengendara mobil keluar untuk bertanggung jawab. Dan ternyata!

Laksmi masih sadar setelah terpental, sedang Cinta jelas sudah tak sadarkan diri. Rasa traumatik itu masih sangat melekat dialam bawah sadarnya. Terlebih ia baru saja terpental dan mendarat di aspal jalan raya. Semua itu menarik ingatannya pada kejadian dua tahun lalu.

***

Pagi yang cerah di hari minggu. Cinta bersama kedua orang tuanya akan berlibur ke Cipanas untuk merayakan kemenangan Cinta dalam kompetisi antar vianis di tingkat nasional.

Pagi-pagi sekali ketiganya menempuh jalan raya untuk menghindari kemacetan disetiap weekend. Sesekali Cinta bernyanyi sambil memainkan biola kesayangan pemberian sang ayah.

Langit biru! Awan putih! Terbentang indah lukisan yang kuasa...
Ku melayang! Di udara! Terbang dengan balon udaraku...
Oh sungguh senangnya lintasi bumi..
Oh oh indahnya dunia...

Semua hal terasa menyenangkan, sampai sebuah kontainer dengan rem blong menghantam mini bus mereka dari belakang yang membuat ketiganya terhimpit didalam, diantara mobil depan dan kontainer naas tersebut.

Tiiii.......iiitttttt!!!!!

Suara klakson panjang sebab tertekan oleh pengemudi mini bus yang tak lain ialah ayahnya Cinta.

Cinta yang duduk dibangku tengah mengalami luka cukup parah. Sedang kedua orang tuanya naas tak tertolong di tempat kejadian perkara.

Sebelum kesadarannya menghilang, diantara aliran darah yang mengalir melalui pelipis, Cinta melihat kedua orang tuanya berlumuran darah terhimpit diantara dashboard yang remuk.

To-long! Ucapnya lemah, kemudian tak sadarkan diri.

***

"Kalau tidak salah, kamu murid saya di kelas musik klasik tadi, kan?" tutur si pengemudi sedan.

Ya. Dia ternyata Galih Gumelar, si dosen ganteng.

"Iya, Pak. Saya Laksmi," balas Laksmi.

"Dan yang di UGD namanya Cinta? Right?" tanya Galih lagi.

"Benar, Pak," jawab Laksmi.

"Maaf atas kelalaian saya, sampai kalian keserempet begini," tutur Galih.

"Nggak pa-pa, Pak. Justru saya yang salah, terlalu cepat mengayuh sepedanya," balas Laksmi, menyadari kesalahannya.

"Kalau begitu, nanti kalian saya antar pulang pakai mobil saya aja," ujar Galih, "Sepedanya biar saya yang urus," sambungnya.

"Maaf, Pak. Tapi, teman saya nggak bisa naik mobil," timbal Laksmi, "Biar nanti kami naik becak aja," lanjutnya.

"Kenapa? Dia suka mabuk darat, sampai nggak bisa naik mobil?" tanya Galih.

Cinta untuk Cinta [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang