DIES NATALIS

16 1 0
                                    

"Cin, itu anak-anak ngapain pada ngumpul didepan mading?" tanya Laksmi saat keduanya baru saja sampai di pelataran parkir kampus.
Cinta menggeleng.

"Kita kesana, yuk!" ucap Laksmi.

KAMU DULUAN AJA NANTI AKU NYUSUL.

"Oke deh," jawab Laksmi.

Setelah rampung memantapkan sepedanya di area khusus parkir sepeda, Cinta hendak menyusul Laksmi. Namun, langkahnya tertunda karena sapaan seseorang dari arah belakang.

"Pagi Cinta," sapa Galih, baru saja turun dari sepeda sport.
Cinta menoleh dan menjawab sapaan itu dengan anggukan.

"Sendirian?" tanya Galih lagi. Cinta menggeleng.

SAYA SAMA LAKSMI.

"Saya nggak lihat ada Laksmi," ujar Galih. Cinta menunjuk kearah kerumunan mahasiswa didepan papan mading.

"Oh... Waah, pagi-pagi udah ada pasar pagi di kampus,"gurau Galih.

BAPAK NAIK SEPEDA? Tanya Cinta yang sadar bahwa pagi itu sang dosen tidak mengendarai sedan silvernya.

"Haha... Iya, nih! Saya juga nggak mau kalah sama kalian!" ujar Galih, "Kamu yang mungil aja kuat ke kampus naik sepeda, masa saya nggak?" sambungnya.

BAPAK TAU ADA APA ITU? Tanya Cinta sambil menunjuk kearah mading.

"Tau. Masa iya saya nggak tahu," balas Galih.

MEMANG ITU ADA APA?

"Dies Natalis Kampus," bisik Galih, "Kamu sama Laksmi sudah saya tulis di daftar audisi untuk pengisi acara," sambungnya.

Cinta terkejut, namun belum sempat membalas perkataan sang dosen Laksmi datang bergabung.

"Pantes! Ditungguin tapi nggak nyusul juga! Ternyata sama Pak Galih," ujar Laksmi dengan nafas tersengal habis berlari.

"Pagi...," sapa Galih pada Laksmi.

"Pagi, Pak!" balas Laksmi, "Oh ya Cin, tau nggak anak-anak lagi heboh apa disana??" sambungnya sambil menunjuk kearah kerumunan mahasiswa.

"Itu info tentang audisi acara Dies Natalis Kampuu...uus!" tutur Laksmi heboh.

"Oh ya??" timbal Galih, senyum dikulum.

"Tunggu! Jangan-jangan kalian udah pada tahu, ya?!" balas Laksmi, gondok.

Cinta tersenyum.

IYA. UDAH TAU. PAK GALIH KAN DOSEN, PASTI TAU LEBIH DULU INFO YANG ADA DI KAMPUS.

"Yaa..aah, nggak asik ah!" balas Laksmi, merajuk.

"Aduu...uh, masih pagi muka udah ditekuk gitu," ujar Galih, menggoda.

Cinta memeluk Laksmi dari samping dan mengacungkan jari kelingking tanda permintaan maaf.

"Wah, bikin iri!" ujar Galih, "Oh ya, nanti kalian langsung aja ke gedung teater buat audisi," sambungnya.

"Audisi apa, Pak?" tanya Laksmi.

"Tanya sama Cinta. Saya mau ke ruang dosen dulu," balas Galih, meninggalkan keduanya.

Dalam audisi sore itu, Cinta dan Laksmi membawakan lagu 'A thousand years' yang dipopulerkan oleh Christina Perri. Melodi dari piano yang menari indah dengan kepiawian jemari Cinta, serta merdu suara Laksmi menjadi poin lebih untuk penampilan keduanya. Dan hal itu memberikan kesempatan bagi mereka bisa ikut berpartisipasi dalam meramaikan acara Dies Natalis Kampus.

Cinta dan Laksmi memiliki waktu satu bulan untuk mempersiapkan diri untuk tampil dalam mega event tahunan kampus mereka. Dan ternyata penanggung jawab acara tersebut tak lain adalah Galih, dosen yang diam-diam mendaftarkan mereka dalam audisi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta untuk Cinta [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang