Melody-Lidya

1.6K 88 10
                                    

Dalam sebuah hubungan,harus dilandasi oleh kejujuran. Walau pahit,itu lebih baik - Melody

================

"Lids,beberapa hari ini kamu kemana aja sih? Aku samperin ke kelas tapi nggak ada" seorang gadis mungil terlihat bergelayut manja.

"Iya,Mel. Maaf ya. Beberapa hari ini aku nggak enak badan"

"Kamu sakit?" kontan gadis mungil itu menempelkan punggung tangannya pada kening sosok yang disebelahnya.

"Gapapa kok,aku baik-baik aja"

"Yaudah,aku anter pulang ya?" penawaran gadis mungil itu mendapat anggukan. Mereka berdua menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil.

================

Gadis mungil bernama Melody Nurramdhani itu mahasiswi tingkat akhir yang mengambil jurusan pertanian. Melody termasuk primadona di kampus,wajahnya yang cantik serta kulitnya yang begitu putih. Bahkan ia mendapat julukan "ubin masjid" karena kulitnya yang begitu putih seperti ubin masjid,membuat siapapun tak memandang laki atau perempuan bertekuk lutut dihadapannya. Akan tetapi,dari sekian banyak orang dikampus ini. Melody menjatuhkan pilihan pada adik tingkatnya,sontak banyak hati yang patah oleh keputusannya itu.

Lidya Maulida,gadis yang mengambil jurusan informatika itu sering disebut "om-om" oleh teman seangkatannya. Bukan tanpa sebab,suara Lidya yang berat bak laki-laki dewasa membuat ia mendapat julukan itu. Walau begitu,Lidya adalah orang yang paling beruntung sebab bisa mendapatkan hati seorang primadona kampus. Yakni Melody Nurramdhani.

Sifat mereka sungguh bertolak bertolak belakang, namun itu tak menjadi halangan untuk mereka merajut kisah cinta ini.

"Udah sampe" ucap Melody.

"Makasih ya,Mel. Udah anterin aku pulang"

"Kamu istirahat ya,Lids. Aku nggak mau kamu sakit,tadi aku ajak periksa kamu nggak mau" Melody mengerucutkan bibir.

"Aku nggak mau ngerepotin kamu,Mel. Kemarin aku udah periksa kok,tapi---" Lidya memotong ucapannya.

"Tapi apa?" tanya Melody. "Obatnya belum aku tebus"

"Kok belum kamu tebus sih? Kenapa?"

"Gapapa,Mel. Aku belum ada uang" jawab Lidya. "Yaudah,kamu pulangnya hati-hati Mel. Kalau udah sampe rumah,kabarin aku" lanjutnya.

"Lids,tunggu!" Melody menahan lengan kanan Lidya. "Emang butuh berapa buat tebus obatnya?"

"300 ribu" mendengar itu Melody membuka tas dan mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya.

"Kamu pakek uang aku dulu,Lids" Melody menyerahkan uangnya. "Nggak usah,Mel. Aku nunggu transferan dari ayah aja"

"Aku nggak mau kamu makin sakit Lids,makanya aku kasih uang buat tebus obat itu. Kalau nunggu dari ayah kamu pasti lama" ucap Melody.

"Nggak Mel,aku nggak bisa. Kamu simpen aja uangnya" Lidya tetap menolak dengan halus.

"Lids,liat aku" Melody meraih dagu Lidya. "Kamu itu pacar aku,jadi udah tugas aku buat bantu kamu. Apalagi kamu lagi sakit gini,aku sebagai pacar kamu nggak mau kalau kondisi kamu makin parah karena nggak minum obat yang dikasih dokter. Jangan ngerasa nggak enak sama aku,Lids" suara lembut Melody bercampur kekhawatiran.

"Yaudah,aku terima uangnya. Nanti bakal aku ganti kalau udah dapet transferan dari ayah" ucap Lidya. Melody tersenyum mendengarnya.

"Mau aku anter tebus obatnya?" Lidya menggeleng. "Nggak usah Mel,kamu pulang aja"

Flash Shoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang