Second Bud

473 70 14
                                    


SECOND BUD

Butterfly Dream

~~~

We let the wise men beat the drums too soon

We were just children of the moon

~~~

"Sonsaengnim, berhentilah bekerja sejenak."

Seorang pria muda yang sedikit lebih tua dari Jungkook dengan mulut lebar dan alis mata tebal sedang berdiri di samping meja kerja Jungkook. Dia sedang memohon kepada pria yang lebih muda tersebut untuk menghentikan pekerjaannya. Namun Jungkook masih saja bersikeras menghadapi drawing tablet dan memegang pena stylusnya untuk menggambar di layar benda tersebut.

"Aku baik-baik saja." Jungkook menepis tangan tersebut dari bahu.

"Tapi Anda sudah bekerja terlalu lama. Tidurlah sejenak."

"Aku harus menyelesaikan chapter ini terlebih dahulu. Editor Kim sudah memintanya."

"Editor Kim sudah memintamu untuk berhenti mengiriminya chapter-chapter baru. Dia bahkan belum mengunggah chapter baru yang terakhir kali Anda kirim beberapa hari lalu!"

"Tapi aku sedang sangat terinspirasi untuk menggambar lebih banyak."

"Anda seperti akan pingsan! Lihatlah lingkar bawah mata Anda yang begitu gelap. Anda lebih terlihat seperti hantu daripada manusia."

"...." Jungkook tidak membalas. Dia bahkan seakan tidak menyadari sekelilingnya.

"Apa Anda sudah mengunjungi dokter yang kurekomendasikan, Sonsaengnim?"

"...."

"Anda sungguh butuh bantuan, Sem."

"Tinggalkan aku sendiri! Kau tidak dengar?" Jungkook menghantamkan pena yang dia pegang ke atas meja kau yang dia gunakan untuk menyanggah tablet gambar berukuran 27 inchinya.

Sang asisten pun terlonjak kaget. Jungkook menatap garang pada pria tersebut dengan mata memerahnya. Pria itu masih saja berdiri kaku di tempatnya. Itu membuat Jungkook semakin jengkel.

"KELUAR DARI RUANGANKU!" Jungkook berteriak sekali lagi sekuat tenaga dan ketika asistennya tidak bergeming, Jungkook melempar beberapa buku dari atas mejanya. Itu membuat sang asisten segera kabur keluar.

Segera ketika pintu ditutup dia membenamkan punggung pada sandaran kursi. Menghela napas berat. Jungkook mengira ia dapat merasa sedikit tenang. Namun sebaliknya. Dari luar dia bisa mendengar suara orang-orang bergumam samar. Itu adalah suara asisten-asistennya.

"Dia sudah gila, sungguh. Kurasa aku juga akan jadi gila. Aku sudah menyadarinya sebelumnya kalau dia gila, tapi hari ini dia bahkan lebih gila daripada sebelumnya. Sudah terkenal sejak kecil tidak memberinya hak untuk menjadi orang menyebalkan. Bagaimana bisa aku memanggil anak yang jauh lebih muda daripada diriku 'Sonsaengnim'?"

Jungkook membenamkan kepala di antara kedua kepalanya. Mereka sedang membahas tentang dirinya. Jungkook dapat mendengarnya. Dia juga menyadari bahwa akhir-akhir ini dirinya sangat menyebalkan. Kekurangan tidur membuatnya menjadi sangat sensitif. Jungkook telah berhenti tidur di malam hari. Pil tidur tidak lagi membantunya sama sekali. Mimpi-mimpi buruknya kini telah berubah menjadi suatu hal yang tidak dapat dia tangani dengan pikiran logis. Jungkook takut untuk tertidur bahkan meskipun dia sangat butuh tidur sekali. Meskipun asisten-asistennya bergiliran mengorbankan diri untuk memintanya tidur hanya untuk kena omelan dari Jungkook. Namun yang dia lakukan hanyalah terus mengerjakan chapter baru untuk webtoonnya untuk mengalihkan pikirannya dari mimpi buruknya. Bekerja terasa lebih baik karena problem utamanya dimulai ketika dia menutup mata.

At the SnowfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang