Keadaan yang tak terduga

9 0 0
                                    

Hari- hari berlalu dengan suasana yang berubah-ubah. Kepercayaanku padanya tak pernah berubah sedikitpun. Namun dia berubah seiring berjalannya waktu. Karena kurasa dia juga mulai menetapkan siapa yang ingin dia pilih antara aku atau wanita yang sangat didambakannya itu. Tapi aku tak pernah meninggalkan sisinya karena dulu dia pernah berkata "Jangan pernah berubah, meskipun sekarang kita teman". Sejak saat itu perasaanku terbelenggu ketika melihat dia menangis di depanku dengan menggenggam tanganku.
Dia semakin membuatku bingung dengan isyarat yang menggambarkan atau membandingkanku dengan wanita yang didambakannya dengan sebuah garis diatas sebuah kertas. Ketika denganku dia berkata bahwa garis itu seperti garis yang ada pada mesin pendeteksi detak jantung, sedangkan saat bersama wanita idamanya garis itu hanya tergambar lurus tanpa ada guncangan. Aku yang begitu menyukainya mulai dibingungkan dengan hal itu. Tapiku hapus kebingunganku dengan meliat dia dan wanita idamannya telah menjalin sebuah hubungan. Mungkin aku hanya salah mengartikan perkataanya, karena mungkin aku terlalu menyukainya.
Saat- saat dia sudah mantap dengan pilihannya dan akupun tau dia tidak akan memilihku. Akupun mulai sedikit lebih menjaga jarak dan memberi sedikit ruang untuk dia bergerak lebih bebas tanpa adanya diriku. Karena dia juga telah mengatakan dengan jelas untuk menyuruhku mulai menjauh darinya dan dia mulai menghapus pertemanan media sosial dan jarang berbincang maupun sekedar menyapa.
Saat itu ku yakinkan dan kumantapkan hatiku untuk mundur, agar masalah ini tak bertambah runyam.
Dua minggu berlalu begitu cepat. Ku lewati hari sesakku dengan sering bercerita dengan teman-teman terdekatku. Tangisan yang sering ku cucurkan mulai berhenti, hingga perasaan itu mulai terkubur sedikit demi sedikit, karena kita juga tidak saling menyapa ataupun tersenyum saat berpapasan maupun saat berhadapan di depan kelas. Kita juga mulai duduk terpisah. Karena biasanya kita selalu duduk bersama.
Masih ku ingat hari itu hari selasa tepat dua minggu setelah dia benar- benar menyuruhku menjaga jarak. Tiba-tiba sepulang sekolah dia memanggilku untuk mengobrol. Dalam hatiku "entah apa yang ingin dia bicarakan, setelah semua yang dia lakukan belakangan ini". Aku tidak berfikir macam-macam ataupun berharap lebih dengan apa yang mau dia katakan.
Disaat kita duduk satu bangku sepulang sekolah. Dia sedang asik mengotak-atik laptop kesayangannya dan aku duduk tepat disampingnya.
Suasana menjadi hening karena hanya ada kita berdua didalam kelas, dia tidak mengucapkan sepatah katapun dan kita juga saling memalingkan wajah. Tapi tiba-tiba dia berkata"Apakah kamu bahagia dengan keadaan kita saat ini?". Aku yang diam dan tidak mengatakan apapun sontak kaget dengan perkataanya. Aku mulai menatap matanya dan dia juga mulai memandang ke arahku. Aku bingung dengan apa yang harus ku katakan. Karena saat dia mengajakku berbicara setelah dua minggu yang kulalui aku jatuh cinta lagi denganya pada saat itu. Aku menjawab dengan sedikit gagap "Tidak, aku tersiksa". Dia pun menjawab dengan tegas "Kalau memang tidak bahagia, kenapa kamu berhenti menatap dan memalingkan wajahmu dariku?". Aku tidak menjawab dan aku mulai menundukkan kepalaku.

Tangan Yang Tak Terbalaskan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang