Teraduk-aduk

5 0 0
                                    

Fikiran dan perasaanku mulai tercampur aduk, karena ucapannya.
Apa sebenarnya yang dia inginkan?
Sambil berbicara terbata-bata aku menatap matanya kembali. "Apa sebenarnya maksudmu? Mengatakan hal itu padaku?" Bukannya kau sudah menjalin hubungan dengan wanita yang selama ini engkau dambakan?. Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku, Dia terdiam. Lalu dia berkata, "aku tidak merasa bahagia seutuhnya dengan dia ketika kamu tak ada di sampingku". Aku benar-benar semakin dibingungkan dengan apa yang dia katakan. Aku terus bertanya-tanya dalam hati. Apa yang sebenarnya dia ingikan. "Mungkinkah kamu mengingkan kita berdua?" Sontak pertanyaan itu terlintas. Jawaban yang tak jelas keluar dari mulut manisnya " Tak bisakah kamu hanya selalu disampingku?". Aku menitihkan air mata "Kenapa harus aku, kenapa tidak yang lain. Tidak cukupkah kamu menyakiti perasaanku. Menarik ulur layaknya layang-layang?". Letih rasanya, perasaan tulusku di nodai dengan sebuah kata-kata, yang sampai sekarang aku masih bertanya-tanya apa tujuan dari semua ini.
Hari itu dia mengantarku seperti hari sebelum dua minggu itu. Mulut dan perasaanku sudah tak sanggup lagi. Harus berkata apa.
Setelah sholat magrib dia menelfonku dengan nada yang sangat bersemangat. "Pulang les, ku jemput"
Perasaan bahagia itu muncul, senyum mulai mewarnai wajahku. Tak kusangka dia kembali seperti hari dimana dia masih menjadi kekasihku. Hingga aku lupa dia memiliki hubungan wanita yang dia dambakan, aku terlena dengan perasaanku. Hingga tak sadar diri.
Setiap pagi dia menjemputku untuk berangkat sekolah. Kita duduk satu meja, makan bersama dan hari-hariku ku habiskan dengannya.
Kadang terlintas di fikiranku, kapan waktu bersama dengan kekasihnya?. Kalau difikir lagi, dia terlalu sering bersamaku.
Tak pernah ku usik hubungan mereka, aku hanya menikmati waktu dengannya, tanpa berfikir apa yang akan menanti kita di penghujung waktu.
Aku menganggapnya lebih dari teman  karena dia selalu ada menunjukkan kalau dia menyukaiku tapi aku tak pernah bertanya sebenarnya dia menganggapku apa.
Sepulang sekolah kita menonton film di kosanku yang sangat dekat dengan sekolah. Sebelum pulang dia mencium keningku dan berpamitan.
Waktu malam aku menelfon dia untuk menjemputku les. Karena kita satu tempat les kita juga sering bersama, tapi saat itu dia tidak bisa menjemputku karena kufikir juga dia tidak les atau apapun alasannya aku selalu berfikir positif terhadapnya. Namun saat aku sampai di depan pintu tempat les, Dia menggandeng wanita idamannya. Tanganku bergetar, dan keringat mulai keluar dari keningku ku kuatkan hatiku untuk masuk karena besok ada ulangan yang materinya aku masih bingung. Saat lewat disamping mereka berdua dia tidak menoleh ke arahku sama sekali. Aku yang tidak ingin menangis melihat mereka berjalan terhuyung-huyung. Lalu sahabat laki-laki yang selalu ku percaya menarik tanganku. Dan mengajakku jalan bersama. Air mataku hampir menetes. Tapi sahabatku berkata " Lihat aku, jangan lihat mereka. Tidak apa-apa fokus dengan pelajaran saja" aku sedikit merasa tenang karena dia berada di sampingku meskipun keringat masih menetes. Entah dia menatapku atau tidak, yang jelas dia hanya menikmati waktunya dengan wanita itu.

Tangan Yang Tak Terbalaskan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang