Hari menjelang senja. Lampu-lampu jalan pun mulai berdengung, saling menyusul satu sama lainnya. Mereka seakan tak sabar menemani jalanan aspal, meski lembayung masih bersinar cukup terang di ufuk barat. Atau mungkin mereka sengaja melakukannya demi Daren, lelaki yang selalu melangkah di sana setiap tahun di hari yang sama, di tepian kota kecil Balla.
Seperti biasa, tidak ada yang menemani Daren di sana. Hanya desir angin di antara pepohonan ara, dan suara-suara burung serta binatang hutan yang mengantarnya dengan senandung awal musim gugur.
Namun Daren tidak keberatan. Karena memang itu yang dia inginkan: rasa tenang untuk melangkah menyusuri jembatan penghubung dua tebing, lantas berhenti di tengah-tengahnya. Dia menatap jauh ke kota di bawah, melontarkan senyum tipis mengenang masa-masa indah dalam hidupnya. Karena di tempat itulah dia pernah menemukan kebahagiaan. Di sanalah dia bertemu dengan Leina, kekasihnya.
****
Dia masih ingat bagaimana gadis itu berdiri di tempat yang sama, memandang ke arah kota yang sama, di hari yang sama dengan gaun selutut dan topi lembayung yang indah. Di mata Daren, Leina bak karakter dalam lukisan, begitu nyata melebihi dunianya sendiri. Seolah-olah Daren seharusnya berada di sana, bersanding tepat di sampingnya.
Terlebih ketika Leina menoleh. Dia tersenyum. Tidak tampak rasa takut pada orang asing yang sedang menatapnya takjub, melainkan rasa percaya, sesuatu yang seharusnya meminta waktu cukup lama untuk bisa melekat dalam diri siapa saja. Saat itulah Daren tahu kalau Leina adalah jodoh baginya.
Setahun berlalu, Daren menjadi tak terpisahkan dari Leina. Dia seorang penulis, sementara Leina menuang karya dengan kuas dan kanvas. Berdua mereka menjelma menjadi sepasang seniman yang diakui dunia.
Dengan tema malaikat dan keceriaan yang disukai Leina, dan cerita-cerita indah yang sanggup Daren tulis dengan penanya, buah tangan mereka berdua menjadi perbincangan banyak orang di berbagai negara. Karenanya mereka jarang sekali menetap di satu tempat yang sama. Selalu saja ada orang yang meminta mereka melukis dan bercerita di tempat-tempat yang berbeda, melanglang laut dan benua.
Daren pernah bertanya pada kekasihnya, apakah gadis itu tidak lelah dengan semua yang telah mereka lakukan? Tidakkah dia ingin pulang dan menikmati ketenangan di Balla, kota kecil kelahirannya?
Namun Leina tak langsung menjawab, meski entah bagaimana Daren tahu gadis itu memahami keinginannya. “Apakah kau tahu kalau dahulu kala sebagian manusia sebelumnya pernah menjadi malaikat?” balas Leina. Debur ombak di dermaga tua mengiringi suaranya. “Mereka bersayap. Mereka berparas indah. Mereka menebar kebahagiaan di setiap titik di dunia, tanpa beban, tanpa keinginan untuk menerima apapun dari perbuatan mereka.”
Daren menatap lekat-lekat wajah gadis itu. Kedua mata sehangat langit cerah milik Leina memejam khidmat.
Seakan-akan berbicara dengan Sang Pencipta, dan mendengar langsung jawabanNya, Leina tersenyum. Dia lantas menoleh dan kembali berujar, “Aku percaya kau seorang malaikat, Daren. Aku pun seorang malaikat. Kita dua di antara mereka yang diberi anugerah untuk menjadi manusia. Tapi haruskah kita lupa dengan tugas yang pernah kita pikul? Aku tidak. Aku ingin menyebar benih-benih kebahagiaan sekecil apapun di seluruh dunia.”
Daren merasakan kesungguhan Leina. Tidak ada keraguan dalam dirinya atas ucapan gadis itu. Namun, tanpa ada maksud untuk menyela, dia tetap harus menyampaikan isi hatinya pada Leina.
Daren meraih pundak Leina dan memutarnya, mengajak wajah sehalus pualam itu untuk berhadapan dengannya. “Tapi Leina. Tidakkah kau ingin selalu bersamaku, tanpa ada orang lain selain diriku dan buah hati kita?” Daren merogoh saku, mengeluarkan kotak beludru kecil yang dibukanya dengan satu tangan. Sebuah cincin berlian sontak berdenyar saat matahari menyiraminya dengan cahaya. “Leina. Aku ingin kau tahu, aku sangat mencintaimu. Dan aku ingin kau menjadi pendampingku, istri bagiku di dunia dan di surga.”
Daren meraih tangan Leina dan berlutut sebelum gadis itu sempat mengatakan apa-apa, dan dia mengulang pertanyaannya, “Leina. Tidakkah kau ingin selalu bersamaku?”
Dia bisa melihat air mata mengalir di pipi Leina. Sejak sesaat tadi gadis itu hanya terdiam, tersenyum, membuka mulut seolah-olah hendak berkata sesuatu yang tak kunjung terucap, sampai akhirnya Leina membalikkan tangannya, yang menjadi tanda bagi Daren untuk memasangkan cincin pada jarinya. Dan setelah cincin itu tersemat, Leina memeluknya.
“Tentu saja aku ingin selalu bersamamu,” kata Leina di tengah isak tangis bahagianya. “Aku akan selalu bersamamu di manapun dan kapanpun, Daren. Kau satu-satunya pria di hatiku." Sekali lagi dia membisu, sejenak. "Bahkan jika aku lebih dahulu meninggalkanmu, aku akan meminta pada Sang Pencipta untuk mengembalikan wujudku, hidupku, sebagai malaikat untuk selalu bisa menemanimu, mendukungmu, dan menjagamu. Sebagaimana aku tahu kau akan melakukan hal yang sama untukku. Ya, Daren. Aku menerimamu dalam hidupku, sebagai suamiku di dunia dan di surga.”
Itu adalah saat-saat terindah dalam hidup Daren. Dan mungkin satu-satunya. Karena sehari setelahnya Sang Pencipta sudah memanggil Leina kembali ke sisiNya.
Daren tidak berani mengingat kejadian itu, kecuali fakta bahwa Leina lebih memilih memberikan tabung oksigen miliknya pada seorang anak kecil, ketika mereka berdua terjebak dalam kebakaran yang menghanguskan sebagian gedung galeri. Anak kecil itu selamat. Namun Leina meninggal karena asap yang meremas paru-paru dan meracuni darahnya.
Bahkan hingga akhir hayat Leina tidak pernah melupakan tugasnya, sebagai manusia yang pernah menjadi malaikat.
****
Di atas jembatan itu Daren menarik napas dalam-dalam, menghapus isak tangis kerinduan yang melesak di dadanya. Dia memang sudah kehilangan sebagian dari hidupnya. Namun dia bahagia pernah mengenal, bertemu, dan bersama bagian hidup itu meski hanya sesingkat kedipan mata. Dia pun yakin Leina tidak akan pernah melupakan janjinya. Karena Daren selalu merasakan kehangatan saat berada di jembatan itu, seolah-olah Leina memeluk dari belakang dan menyelimuti dengan sepasang sayapnya.
Leina sudah pulang. Dan Daren akan selalu bersamanya, berdua, selamanya.
******
Cerpen ini adalah song fiction dari lagu yang berjudul “Guess How Much I Love You” oleh Yuki Kajiura.
YOU ARE READING
Coba Tebak Seberapa Dalam Cintaku Padamu
Cerita PendekIni adalah song fiction romance yang aku tulis beberapa waktu lalu di blog, yang aslinya sudah aku pos cukup lama di sini dalam bentuk draft. Ini sebagai ganti karena weekend minggu ini gak ada update Para Pembisik. Moga bisa menghibur.