Aku sayang mama

62 4 0
                                    

Sebenarnya sebelum tadi Reina mengantar mama ke rumah sakit, Reina melihat mama merintih sambil menundukkan wajahnya yang setelah itu pingsan. Reina yang sudah siap ke sekolah langsung memanggil papanya yang sedang memanaskan mesin mobil untuk segera berangkat kerja tanpa memperdulikan bahwa ia harus sekolah. Papa Reina ini adalah seorang dokter yang mungkin sudah hampir lama sehingga ia jarang ada  di rumah.

Kini setelah beberapa jam Reina menunggu akhirnya mamanya sadar. Tetapi Reina tetap terdiam di tempat duduk di samping tempat tidur rumah sakit tersebut.

Sesekali, para perawat yang berlalu-lalang menggangu pandangannya, Reina membeku di tempatnya. Tepat Mamanya sadar papa Reina baru bisa datang karena sibuk juga dengan pekerjaannya di rumah sakit, namun ini rumah sakit bukan tempat Papanya kerja. Kali ini Reina mulai bicara.
"Mama.. Mama gimana?." tanyanya.
Tak ada jawaban dari Mama. Reina hanya menelan ludah lalu saat ia menatap tembok Papa Reina mendengus putus asa.

Tubuh Reina sempat bergetar pada saat mendengar Papanya mendesah panjang. Reina tahu sesuatu yang buruk telah terjadi. Rasanya sangat sulit untuk memahaminya.
"Sebenarnya ada apa? Kenapa Mama nahan sakit sampe kaya gitu? Dan kenapa Papa sangat panik?." Ucapnya dalam hati.

Reina menunduk, berusaha menenangkan pikirannya yang daritadi berpikiran buruk tentang Mamanya. Dalam hati, Reina terus berdoa dan menahan semua ini. Mama enggak papa... Mama baik-baik aja... Tenang Rein Mama sehat.... batin Reina sembari menahan dirinya untuk tidak menangis dan harus kuat.

-

Hari ini, pagi ini, Reina Dita Kirana kembali berangkat ke sekolah.
Tiba di sekolah, baru saja Reina duduk dan muncul banyak pertanyaan dari teman-teman terutama Nabila. "Rein Mama kamu sakit apa?." Nabila ia adalah teman sebangku Reina, Nabila ini orangnya cuek, polos banget dah ngomongnya aja pake aku-kamu tapi dia paling bisa diandelin kalau di suruh-suruh hehe.
"Rein tante Rina kenapa?." Ucap Faris
"Iya Rein tante Rina sakit apaan?." Ucap Dani yang ikut-ikut menanya.
Sampai sini Reina masih belum bisa menjawab pertanyaan mereka semua kini ia harus dan hanya berdoa.
"Rein napa nunduk mulu woy." Ucap Faris dengan nada yang agak tinggi

"Faris jangan kaya gitu ngertiin dong Reina." Timpal Nabila teman sebangku Reina yang polos itu.

"Iya gue ngerti."

Sejak tadi pagi Reina datang ke sekolah hanya dengan pikiran satu dan tertuju pada Mamanya diapun tidak peduli dengan pelajaran hari ini dia hanya melamun sedari tadi sampai kini waktu pulang sekolahpun tiba.

Sepulang sekolah, Reina pulang sekolah jalan kaki menuju rumahnya dengan langkah kecil yang begitu cepat karena ia akan ke rumah sakit. Dan hari ini juga Reina sama sekali tidak memikirkan Drama Koreanya itu.

Setiap waktu perasaanya tak enak, kakinya semakin melangkah dengan cepat. Sesuatu yang jarang terjadi, dan itu sudah Reina rasakan sejak kemarin, saat Mamanya tiba-tiba merintih kesakitan. Sejak itu pula Reina tak berhenti memikirkan Mamanya.

Di tengah perjalanan tiba-tiba Reina menghentikan langkahnya. Dia merasa ada yang tidak beres. Ada suara langkah seperti membuntuti Reina dibelakangnya. Reina segera menengok ke belakang. Kedua mata ia tertuju kepada seorang laki-laki tersebut dan saat itu juga laki-laki itu menghenikan langkahnya. Terlihat laki-laki itu memakai seragam yang kusut seperti tidak di setrika.

"Ngapain lo ngikutin gue?." Tanya Reina.
 
"Emang cuma lo yang boleh jalan di sini?." Jawab laki-laki itu ialah Faris.

"Tapi ini jalan ke rumah gue ris."

"Lah rumah kita kan depan-depanan lagi Rein."
Memang begitu kan rumah mereka depan-depanan hanya karena Reina kurang fokus jadi ia begini. Tanpa lama-lama lagi Reina melanjutkan langkahnya.

Reina masih berjalan dengan langkah yang cepat itu. Sesaat ia menengok ke belakang  bukannnya makin jauh, ternyata Faris melangkah dengan cepat juga.

Tiba-tiba saja, pagar rumah Reina sudah terlihat tidak jauh lagi. Reina menarik napas dalam-dalam saat suara ambulans yang membuatnya menoleh. Ia pikir Mamanya sudah pulang dan kembali sehat. Tetapi apa yang ia kira itu ternyata salah, ternyata Mamanya mendapat rujukan ke rumah sakit yang lebih besar.

Mobil ambulans itu terus menyuarakan sirine tanpa henti. Terlihat Papanya berlari masuk ke ambulans tersebut. Rasanya Reina ingin memanggilnya dan bertanya tetapi badan Reina kaku.

Reina menoleh, lalu Faris memang sudah ada di samlingnya. Faris menggenggam bahu Reina dengan kuat. "Ayo Rein lo naik.", ucapnya sambil sedikit mendorong menaiki ambulans.

Faris berjalan mundur saat Reina menyadari tangan Reina membalas genggaman tangannya begitu erat. Tangannya begitu dingin dan bergetar kuat. Petugas ambulans ternyata mendorong Faris untuk ikut masuk ke ambulans alhasil Faris menaiki ambulans tersebut dan duduk tepat di sebelah Reina yang kaku sembari menatap Mamanya yang tidak sadarkan diri.

Kini tangan Reina kembali menggenggam tangan Faris sangat erat. Tubuh Reina sedikit membungkuk. Faris hanya bisa terdiam sembari menarik napas dalam-dalam.

Faris merasa tidak nyaman karena ia tidak terlibat dalam masalah ini dan berada di dalam masalah orang rasanya ia ingin turun dari ambulans dan pulang. Diperjalanan yang cukup lama saat itu juga Faris melihat air mata Reina menetes.

vote, comment dan jadiin reading list kalian ya makasih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang