1 Week Later
Ceklek...
Pintu apartemen cukup mewah ini terbuka dengan lebar, nampak Brave tengah memasuki pintu apartemen miliknya. Wajah lelahnya sehabis pulang kerja terbingkai dengan sempurna. Ia segera mendudukkan diri pada sofa empuk ruang tamu apartemen. Dihelanya napas ringan seraya memijat pilipisnya yang sedikit berdenyut. Hari ini cukup melelahkan untuknya, dan ia memilih untuk langsung segera pulang ke apartemen yang selama enam bulan terakhir ia tempati bersama istrinya.
Tak ada yang berubah, semua masih sama seperti yang kemarin-kemarin menurutnya, meski sudah beberapa hari ini ia tidak pulang ke apartemen dan dengan berdalih sibuk di kantor pada sang istri. Ya, hanya sebuah alasan saja hal itu ia katakan, yang sebenarnya terjadi adalah dirinya yang sedang dimabuk cinta dengan gadis cantik yang sudah resmi menjadi kekasihnya tepat satu minggu yang lalu.
Beberapa hari terakhir pun, ia bermalam di apartemen Lizzie, sungguh ia merasa begitu sangat sempurna menjadi seorang pria dan juga pemimpin sebuah rumah tangga saat bersama Lizzie. Meski, pada kenyataannya Lizzie hanyalah nomor dua dalam status perkawinannya, tapi gadis itu lah yang menurut Brave sangat berperan aktif sebagai istrinya walau hubungan mereka baru berjalan satu minggu.
Menurut Brave, ketika bersama dengan Lizzie ia begitu sangat aktif dan menjadi dirinya sendiri, berbeda dengan bersama sang istri yang sebenarnya. Mungkin, perasaan memang sangat berpengaruh besar dalam sebuah hubungan. Setidaknya itu yang ia pikirkan, dan membuatnya tersenyum manis kala bayangan manis Lizzie yang mulai bermain di benaknya. Well, hanya mengingat Lizzie saja sudah membuat dirinya tersenyum dan serasa lelah dan penat yang tadi menderanya hilang, tak terbayangkan oleh Brave jika seandainya tadi ia pulang ke apartemen Lizzie, pasti ia langsung bersemangat dan melupakan bagaimana lelahnya ia sekarang.
"Brave, sudah pulang?"
Brave sedikit terkesiap saat mendengar sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkannya dilemparkan oleh wanita yang cukup matang di depannya.
"Hmm," gumam Brave menyahut pertanyaan istrinya yang sedang menatapnya intens.
"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya wanita itu lagi dan mengeringkan rambutnya yang masih basah, bathrobe pun masih melekat di tubuh rampingnya yang menandakan wanita ini baru saja selesai mandi.
"Begitulah," sahut Brave tak acuh dan beranjak dari sofa yang tadi ia duduki.
"Apa kau mau mandi? Aku akan menyiapkan air panas di bathub."
Kening Brave mengkerut ketika ucapan itu untuk pertama kalinya lolos dari mulut istrinya dan didengar oleh telinganya. Ia menatap heran ke arah wanita cantik yang tengah menyunggingkan senyum manis.
"Aah tunggu sebentar Brave," timpal wanita itu lagi dan berlari kecil menuju ke dalam kamar.
Brave masih pada ekspresi sebelumnya, jujur saja ia cukup terkejut dan heran dengan perubahan sikap sang istri yang terbilang cukup hangat untuk pertama kalinya. Beberapa saat, otaknya berpikir kemudian ia tertawa kecut, lalu mengambil ponselnya dari balik saku jas, niatnya untuk saat ini hanya satu, menghubungi sang kekasih hati yang sudah seharian ini tak dilihatnya, dan mengabaikan segala perubahan sang istri yang cukup bagus jika ia mau mengacuhkannya.
***
Kedua mata musang Brave melotot sempurna saat keluar dari dalam kamar mandi, dengan segera ia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan bergegas mengambil pakaiannya dari dalam lemari, kemudian ia kembali masuk kedalam kamar mandi dan memakai pakaiannya.
Dihelanya napas berat, jujur permandangan yang tersaji di luar kamar mandi tepatnya di atas tempat tidurnya itu membuat sangat risih. Entahlah, kenapa ia merasa seperti itu, perasaan tidak nyaman menelusup langsung kedalam hatinya saat melihat sang istri yang berbaring di atas ranjang dengan lingerie yang terbilang sangat seksi yang seumur-umur dalam mereka menikah tak pernah dilakukan istrinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/116715802-288-k572430.jpg)