Prolog

112 6 1
                                    

Hana terdiam di depan laptopnya, pikirannya malayang entah kemana. Tangannya sedari tadi mengetik tapi lalu menghapusnya, begitu terus hingga Hana rasanya frustasi.

"Yaallah! Susah banget sih nulis gitu doang," ucap Hana dengan wajah tak karuan.

Hana menarik napas dalam dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, begitu terus sampai tiga kali. Lalu Hana memposisikan dirinya layaknya sedang menulis di laptop, pikirannya mulai membayangkan adegan-adegan apa yang akan ia tulis.

Hana mengetik satu per satu kata yang ada di pikirannya. Tak terasa sudah satu halaman ia menulis ceritannya.

"Kok gini! Aneh banget!"

"Masa orang pacaran kaku banget!"

"Yaampun typo!"

"Ini kok lelakinya malah jadi lembut gini, kan itu buat nanti."

"Lho! Masa pacaran diem di pinggir selokan."

Begitulah komentar Hana saat membaca kembali tulisannya. Ia menghapus beberapa yang menurutnya tidak enak dibaca, Hana menatap layar laptopnya menyerah.

Hana menenggelamkan wajahnya di lengannya. Jika seperti ini terus, mana bisa melanjutkan ceritanya.

BRAKK

Hana menggebrak meja sambil berdiri hingga cangkir yang ada di mejanya terloncat ke atas sedikit.

"Aku harus bisa! Apapun caranya! HANA BISA!" teriak Hana memberi semangat pada dirinya.

"HANA! KAMU JANGAN GEBRAK MEJA KAYA GITU! ITU PAKE UANG MAMA BELINYA."

27/07/2017

Writing LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang