Rasa Benci

145 30 20
                                    

Stop making me feel bad
-D
____________________________________

Senin pagi. Hari yang paling tidak diharapkan oleh sebagian siswa Dharmawangsa. Upacara di bawah terik nya matahari pagi membuat para siswa merapalkan sumpah serapah didalam hati.

Tapi bagi Dean, tidak ada hal yang paling menyebalkan selain berdiri disamping orang yang saat ini sedang meniup rambut nya yang sudah berantakan sedari tadi.

"Lo bisa diem gak sih? Gak usah ganggu gue!" Dean mendelik sebal dengan suara pelan agar tidak ada guru yang menyeret nya kedepan lapangan karena berbicara didalam barisan.

"Lo harus nya bilang makasih, setelah itu baru gue bilang sama sama." Ujar cowok itu dengan seulas senyum manis andalan nya.

Jika Dean termasuk fans fanatik dari cowok disamping nya ini, pastilah sekarang ia sudah terkena diabetes mendadak. Bertatapan dengan muka songong nya saja sudah membuat Dean mual.

"Ngapain juga gue harus bilang makasih? Yang ada rambut gue jadi rusak karena ulah lo!" Nada bicara Dean naik satu oktaf. Tampak nya kesabaran cewek itu sudah mulai habis.

"Lo kepanasan kan? Makanya gue tiupin biar adem. Romantis gak gue?" cowok itu menaikkan sebelah alis nya sembari menatap Dean yang sudah terbakar api emosi.

"Najiss!!" Deandra berteriak. Suaranya menggelegar mengalahkan kepala sekolah yang sedang memberi amanat di podium depan. Setelah sadar situasi, Deandra terdiam. Merutuki kebodohan dirinya.

Seluruh siswa menatap Dean dengan pandangan heran. Sedangkan kepala sekolah sudah menatap nya dengan pandangan mematikan.

"YANG TERIAK BARUSAN MAJU KE DEPAN!" Titah sang kepsek membuat Dean mau tak mau melangkah ke depan dengan enggan.

Dean melihat cowok itu. Ya, cowok brengsek itu sedang menertawakan diri nya dari dalam barisan. Dean memaki dalam hati.

"Jingga bangsat!"

Seharusnya Dean sudah dari dulu memberi pelajaran kepada Jingga. Agar tidak mengganggu hidup nya yang aman damai tenram sentosa.

Tidak. Bukan itu. Seharus nya Dean tidak memilih sekolah ini untuk tempat nya menuntut ilmu. Dean menyesali satu fakta bahwa ia harus bertemu Jingga disini setiap hari nya.

Pasrah akan setiap godaan cowok bermata hitam pekat itu. Ataupun segala ledekan nya yang membuat darah Dean seketika mendidih.

•••

"Jadi hukuman apa yang pantas buat kamu?" Suara dari bu Friska yang notabenenya adalah guru BK memecah lamunan Dean.

Dean masih terdiam. Enggan membuka suara. Disisi lain ia juga ingin tahu sekreatif apa guru BK membuat hukuman untuk setiap siswa.

"Kamu bisu?" kalimat itu terlalu menusuk ditelinga Dean.

"Bu, teriakan saya tadi itu bener bener gak disengaja. Serius deh." Ujar Dean seraya mengangkat tanda peace ke udara.

"Jangan berdalih. Salah ya salah. Sudah, pokok nya hukuman kamu itu piket setiap pulang sekolah selama seminggu penuh." Dean akui kalimat bu Friska barusan terkesan lembut, tetapi menusuk sampai ke ulu hati.

Dean memutar bola mata nya malas. Cobaan apalagi yang harus ia lalui akibat ulah cowok itu. Piket? Seminggu penuh? Haruskah Dean mati?

Dean berdehem sembari mengangguk patuh lalu permisi kepada bu Friska untuk kembali ke kelas nya. Disaat langkah nya sudah mencapai ujung pintu, tiba tiba saja bahu nya ditabrak dengan begitu keras membuat Dean memekik karena kesakitan.

Heart Of GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang