Penasaran

76 10 8
                                    

I was in the darkness,
So darkness i became
-J
____________________________________

Cewek itu tengah mengayuh sepedanya sekuat mungkin. Kini di stang sepedanya sudah tergantung dua botol yogurt yang dibalut dengan kantung plastik. Jika bukan karena persediaan yogurt nya yang habis mendadak, mungkin Dean enggan keluar rumah di tengah malam begini.

Dengan kayuhan yang extra maksimal, tiba-tiba sepeda Dean terhenti ditengah jalan. Ia mendecak kesal. Disaat seperti ini bisa-bisanya sepedanya ber-ulah. Cewek yang hanya menggunakan kaos tipis dan celana bahan selutut itu turun dari sepedanya.

Deandra berteriak frustasi melihat rantai sepedanya yang lepas. Padahal jarak rumahnya lumayan jauh. Ditambah lagi, ia tidak membawa ponselnya sehingga tidak bisa menghubungi mama nya untuk menjemput nya.

Jalanan yang ada didepan nya tampak sepi. Dean berusaha tenang. Ia menuntun sepedanya perlahan. Walaupun rasa takut sudah mendera, Dean sebisa mungkin menghalaunya. Mulutnya bersenandung kecil untuk menghilangkan rasa takut nya.

Tanpa ia sadari, ia mulai bernyanyi.

Lately I've been thinking, thinking 'bout what we had
I know it was hard, it was all that we knew
Have you been drinking to take all the pain away?
I wish that I could give you what you deserve

Cause nothing can ever, ever replace you
Nothing can make me feel like you do
You know there’s no one, I can relate to
And know we won’t find a love that’s so true

There’s nothing like us, there’s nothing like you and me
Together through the storm
There’s nothing like us, there’s nothing like you and me
Together

Nyanyian Dean terhenti. Bukan karena ia melupakan lirik nya, tapi saat ini matanya menangkap sosok yang belakangan ini selalu mengganggu nya. Cowok itu lagi. Ia masih mengenakan seragam putih abu-abunya.

Apa ini memang rangkaian kebetulan yang disengaja? Atau permainan takdir yang begitu handal? Entahlah. Dean tidak tau. Yang Dean lihat hanya sorot mata redup dari cowok yang sedang duduk di bangku taman yang terletak diseberang jalan tempat Dean berdiri.

Dean tidak melihat adanya wajah tengil yang biasa ia lihat disekolah. Wajah itu berubah. Tidak ada ekspresi ceria yang ia tampilkan. Tidak ada senyum jahil yang biasa ia sunggingkan. Yang ada hanya tatapan kosong penuh luka. Seakan akan ia telah menanggung beban berat di punggung nya yang terlihat rapuh.

Dean menuntun kembali sepedanya. berusaha tidak mau peduli dengan apa yang dilihat nya.

                                  •••

Empat orang cowok itu sedang melewati koridor kelas yang mulai ramai. Sergio, manusia dengan sejuta aksi kocak mulai memberikan sebuah teka-teki konyol.

"Ember, ember apa yang buat baper?"
Tanya nya kepada tiga orang yang saat ini sedang mendapat tatapan memuja dari para siswa.

"Ember nenek lo!" Jawab Tirta asal.

"Salah, tebak lagi."

"Ember apa ya?" Rakry tampak sedang berfikir.

Sedangkan Jingga hanya tergelak melihat ekspresi Rakry yang terlihat pura-pura serius.

Heart Of GlassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang