1.Satu

335 87 257
                                    

Apa mungkin kita hanya di takdirkan untuk saling membenci? Apa suatu saat nanti kita bisa saling melengkapi? Seperti halnya sepatu dan kaos kaki.
🍁

"Lo nggak bosen apa mantengin novel mulu dari tadi? Betah banget pegang buku."

"Diem ah. Berisik."

Gadis berambut panjang menjuntai itu masih terus menatap jeli setiap rangkaian kata yang tertuang di atas putih. Manik matanya yang berwarna hitam kecokelatan bergerak ke sana ke mari seolah terhipnotis mengikuti alur cerita yang sengaja diciptakan penulis.

Kini dia sedang duduk di sebuah bangku panjang yang terbuat dari besi bercat biru bersama seorang gadis yang berpakaian sama seperti dirinya. Tepatnya di koridor depan ruang kelasnya.

Dia adalah Natania Valentina. Sementara gadis yang sedang duduk disampingnya adalah Lilisa Anggraeni. Sahabat, sekaligus partner duduknya sejak mereka masih menjabat sebagai anak SMP.

Tidak lama setelah itu sebuah teriakan dari ujung koridor kelas sebelah kanan terdengar menyeruak dan menembus gendang telinga.

Woooy berhenti atau lo gue abisin!

Semua anak-anak yang berada di kelas berebut keluar demi untuk menonton atau melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Ada yang berantem lagi? Seneng banget jadi langganan BK," gumam Lilis pada dirinya sendiri dengan bola mata mengarah ke dua orang laki-laki yang saling ber-adu mulut.

"Lo nggak penasaran Nat? Nggak ada niatan buat liat gitu?" Nata hanya menggeleng. Acuh.

"Anjir gue di kacangin. Semenarik itu lo baca novel?" Lilis pergi meninggalkan Nata yang masih tetap pada posisinya. Membaca novel.

Suara gedebak-gedebuk sepatu anak-anak membuat Nata memalingkan pandangan matanya ke arah sumber suara sebentar lalu kembali fokus menatap buku mungilnya.

Eh ada apaan tu rame-rame?

Bakalan ada adu jotos lagi nih

Nonton yuk! Dari pada nganggur di kelas

Kayaknya Alvaro buat ulah lagi deh...

Pernyataan-pernyataan seperti itu membuat Nata kembali mengalihkan pandangannya ke tempat kejadian. Ketika Nata kembali menatap tempat itu, kumpulan manusia sudah berbaris rapi membentuk lingkaran layaknya penonton pertandingan.

Karena penasaran, Nata memutuskan untuk melihat kerumunan itu. Baru saja Nata sampai, benerapa kali suara pukulan sudah terdengar dengan jelas, bahkan telinga Nata sampai mendengar bunyi krek di kerumuanan itu, tetapi tidak terlalu jelas. Karena memang banyak mulut manusia yang berteriak-teriak.

Lo udah bosen hidup ha?

BUK BUK.

Saat itu Nata melihat ekspresi setiap orang. Mulai dari yang menjerit ketakutan sampai memberi semangat kepada dua jagoan mereka. Tapi anehnya, walaupun mereka takut dengan adegan saling memukul itu, mereka tetap stay ditempat itu. Aneh memang.

"Ya ampun ni anak nggak ada bosen bosennya ya buat ulah," cetus salah satu anak.

"Woooy berhenti!" teriak Nata menerobos kerumunan anak anak.

Ih apaan sih? Kalo mau nonton, nonton aja kali. Nggak usah nubruk-nubruk gitu.

"Alvaro! Berhenti mukulin dia? Atau gue laporin BK?" ancam Nata melirik tajam ke arah cowok yang kondisinya sudah berantakan dengan darah segar yang mengalir di sudut bibirnya. Mata elangnya menatap Nata penuh kebencian.

Alvaro Humania Arsen. Siapa sih yang tidak mengenal cowok yang satu ini? Tampangnya yang ganteng dan pembawaannya yang cool, membuat banyak cewek mengantri untuk menjadi pacarnya. Sudah banyak cewek yang mencoba untuk meluluhkan hati cowok yang di panggil Alvaro itu. Mulai dari Ka Sesil sang famous girl SMA Garuda, sampai Mareta sahabat Nata sendiri yang sudah naksir dari awal mereka MOS dulu. Oke back to the story.....

Sebenarnya tidak keberatan sekali kalau Alvaro harus mematahkan leher laki-laki yang berada di depan wajahnya ini, namun teriakan Nata membuatnya berhenti dan mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara, lalu melepaskan cengkeraman tangannya dengan nafas memburu.

"Kenapa? Lo mau mukul gue juga?" tanya Nata dengan suara meninggi. Kedua tanggannya ia taruh di pinggang.

"Mungkin. Kalo lo cowok," Alvaro menghela nafasnya kasar.

"Tapi sayang. Lo cewek. Suka ikut campur urusan gue lagi," sambungnya seraya mengacak rambut yang kini sudah berantakan.

"Terserah. Gue cuman nyaranin lo aja biar nggak jadi langganan BK!" jawab Nata ketus.

"MINGGIR MINGGIR MINGGIR !" Pak Supri datang membawa tuding di tangannya.

"Sudah bubar bubar! Bukanya di kelas belajar. Malah buat keributan di sini." Pak Supri mengalihkan pandangan matanya ke arah Alvaro.

"Masya Allah Alvaro! Kamu ini nggak tobat-tobat ya? Hobi banget mukulin anak orang," teriak Pak Supri lalu memukul pantat Alvaro dengan tudingnya. Alvaro meringis kesakitan. Kalau saja orang yang memukul pantatnya dengan tuding itu bukan gurunya, mungkin ia sudah memberontak dan menghajar orang itu habis-habisan.

"Kamu tau kalo menganiaya orang itu dosa?" lanjut Pak Supri.

"Berarti bapak juga dosa dong. Bapak juga nganiaya saya tadi," timpal Alvaro mengelus elus pantatnya yang masih terasa nyeri.

"Kamu ini ya? Kalo masalah itu beda lagi. Dibilangin orang tua ngeyel banget. Cepat ikut ke ruangan saya!" Pak Supri menjewer telinga Alvaro. Alvaro yang di perlakukan seperti itu hanya pasrah dan terus merengek kesakitan. Manik matanya mengarah ke Nata yang kini sedang menatapnya juga.

"Rasain lo."

Hai kawan kawan.....😊😊
Part ini udah aku perbarui, tapi kalau misalnya masih ada kesalahan komen aja ya?
Makasih ya yang udah vote and coment. Gimana ni ceritaku?
Menurut kalian lanjut apa nggak?

Happy reading......

LEN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang