o n é

582 64 13
                                    

Seorang gadis dengan rambut di kuncir ke samping bernama Seulgi itu berhenti tepat di depan pintu kelasnya dengan nafas yang terengah-engah setelah berlari.

Mengingat dia pagi hari ini bangun sekitar jam tujuh kurang lima belas menit dan baru sampai sekolah pada jam tujuh lewat lima menit. Tentu saja jam segitu guru sudah masuk ke kelasnya untuk mengajar, dan dia telat lima menit.

Tangannya dengan ragu membuka pintu kelas yang membuat seisi kelas serempak menoleh ke arahnya. Begitu juga dengan Guru Lee yang kegiatan mengajarnya menjadi terhenti berkat Seulgi.

Gurunya itu berjalan ke arah Seulgi dengan spidol yang masih setia di tangannya. Sedang Seulgi, dia hanya mampu terdiam untuk menunggu gurunya itu berbicara. Kedua tangan gadis itu kini sudah mengepal dan sedikit basah karena keringat.

"Kamu tahu ini jam berapa, Murid Baru?" tanya Gur Lee pada Seulgi.

Iya, hari ini adalah hari ketiga setelah semua murid baru di Hankyeo High School di terima untuk bersekolah di sana. Bodoh sekali karena Seulgi bisa-bisanya terlambat di hari-hari pertamanya.

"Iya, Pak. Sekarang sudah jam tujuh lebih sepuluh menit. Maaf karena saya terlambat." Seulgi menunduk, melihat ke arah sepatu hitamnya.

"Karena kamu sudah tahu letak kesalahanmu, sudah di pastikan kamu akan kena hukuman. Kira-kira apakah hukuman yang cocok untuk Murid Baru sepertimu, ya?"

Seulgi hanya terdiam di tempatnya. Dalam hati, dia sudah mengeluarkan berbagai sumpah serapah yang di tuju untuk dirinya sendiri.

Dasar, Kang Seulgi bego. Kenapa semalem lo gak setting alarm supaya bangun lebih pagi? Mampus aja kalo di hukumnya bersihin toilet.

"Baiklah. Hukuman yang saya berikan tidak terlalu melelahkan bagi anak perempuan. Kamu cukup tidak boleh mengikuti pelajaran saya, sampai bel pelajaran pertama selesai berbunyi. Jadi, selama itu juga hanya perlu berdiri di depan pintu kelas. Bagaimana? Itu tawaran terbaik untuk seorang murid baru seperti kamu." tawar Guru dengan marga Lee itu.

"Ah.. baik," ucap Seulgi dan mulai berdiri di depan kelasnya dengan posisi bersandar pada dinding.

Sambil menunggu jam pelajaran pertama selesai yang berlangsung selama satu jam, Seulgi memilih untuk mengambil ponselnya diam-diam untuk bermain game favorite yang baru saja dia download kemarin malam.

Sangking asiknya, dia sampai tidak sadar kalau ada seseorang yang memperhatikan dirinya sejak 5 menit yang lalu.

"Argh! Kenapa bisa kalah sih, woy?" kesal Seulgi hampir saja membanting ponsel di tangannya ke lantai.

"Lo harusnya kalau di hukum bukannya malah asik main game kayak gitu. Mendingan kalau baca buku. Lebih bermanfaat, supaya mata gak rusak juga. Penerangan di lorong ini redup."

Tepat setelah ada orang lain yang bilang hal itu, Seulgi langsung menyimpan ponselnya di saku almameter. Dia merasa kepergok menikmati hukumannya dengan cara bersenang-senang memainkan game.

"Murid baru ya? Tuh, tali sepatu lo juga lepas. Nanti kalo jatoh, lo sendiri juga yang repot, 'kan?"

Lagi-lagi, Seulgi segera duduk untuk membenarkan tali sepatunya yang copot. Sekarang dia tidak tahu harus berterima kasih atau justru mengeluarkan kembali sumpah serapah kepada orang yang terus saja bicara padanya, padahal mereka sama sekali tidak saling mengenal.

"Ngiket tali sepatu harusnya yang kenceng. Pantes aja tadi copot, lo ngiketnya asal begini."

Deg.

Club Dance ;seulmin [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang