"Kenapa diem?" tanya dia ketika kami hendak keluar dari parkiran mobil sebuah mall.
"Engga kenapa-kenapa," jawabku.
Aku berpikir jika aku berbicara pun tidak akan berarti apa-apa baginya. Kecemburuan yang aku rasakan hanya akan menjadi angin lalu dan tidak pernah dia pedulikan. Lagipula dia tidak begitu memperhatikan wajahku yang sangat kesal.
"Aku engga suka kamu deket-deket sama temen cewek kamu!" kataku.
"Astaga itu kan temen, masa kamu cemburu sama temen aku sih," katanya.
"Kamu lupa dulu aja kita berteman,"
"Kamu engga terima?"
"Jangan alay ah, cemburunya yang elit dikitlah. Lagipula itu teman-temanku dari SMA bahkan sebelum bertemu dengan kamu pun aku sudah bersahabat dengan mereka. Mereka seperti keluarga bagiku."
"Seperti keluarga? Apakah kedekatan dalam persahabatan kalian harus menyakitiku?"
"Kamu sakit hati kenapa?"
"Emang wajar kamu dipegang-pegang gitu?"
"Yaelah dia kan temen aku,"
Saat ini ingin rasanya aku turun dari mobil dan berteriak sekeras-kerasnya. Aku heran bagaimana bisa dia menganggap kecemburuanku sebagai hal yang tidak berguna. Apakah dia tidak pernah merasakan cemburu?
YOU ARE READING
Yang Tidak Pernah Kau Pahami Ketika Aku Cemburu
RomanceCemburu itu bikin mules. Mood yang bagus bisa jadi berantakan gara-gara cemburu. Bagi sebagian orang, poto berdua itu wajar, tapi ada juga yang bilang engga wajar. Why? Potonya deket banget, sampai kayak pengen deket-deketan banget. Selain itu, ada...