Satu

89 6 0
                                    


Hawa dingin kota Bandung masuk menyusup melalui celah ventilasi udara kamar kostku. Dingin terasa membangunkan lelap tidurku pada balutan selimut tipis ala rumah sakit. Sial, tubuh lemas sisa perjuangan semalam masih letih terasa. Aku terpaksa karena tergiur diskon uang sewa yang ditawarkan pemilik kost jika aku ikut ronda malam. Beranjak dari tempat tidurku, membuat secangkir kopi hangat setidaknya mengembalikan energiku untuk malam ini. Jika saja punya bandrek, maka itu lebih baik. Ya sudahlah kopi juga nikmat, apa lagi jika ditambah donat.

Oh iya, perkenalkan, namaku Galang Senja. Terkadang dipanggil Galang, terkadang dipanggil Senja, terkadang juga Yolanda. Kenapa Yolanda? Karena sering tertukar dengan teman sekelasku yang perempuan berparas cantik luar biasa di SMA. Jika kalian pikir wajahku juga cantik ketahuilah, kubukan hanya sekedar indah, aku tak akan terganti. Makanya tidak sedikit laki-laki mendekatiku, mengajakku berkenalan, lalu kecewa setelah tahu aku bukan Yolanda.

Tubuhku kurus namun masih berdaging, rambut ikal agak berminyak, panjang sepundak. Teman-teman bilang aku suka pakai baju kedodoran dengan ketek bau deodoran. Kulit mulus tanpa bulu-buluan. Bulu ketek, bulu kaki, bulu dada, dan bulu-bulu yang tak kusebutkan. Tetapi yang paling penting dari semuanya adalah aku laki-laki tulen, tidak ngondek, juga tidak suka sesama jenis.

Delapan belas dua-dua hari sabtu. Syukurlah ini malam minggu, untuk hari ini saja, aku akan menaruh bukuku. Biasanya kawan-kawan dekatku mengajak bertemu hanya untuk menghabiskan waktu bersama, rasanya ini sudah seperti rutinitas mingguan saja. Sejak lulus SMA hingga kini, bahkan walaupun hujan badai sekalipun kami tetap harus bertemu. Pastinya setelah hujan badai itu reda.

TELOLET TELOLET TELOLET TELOLET!!!

Hallo Assalamu alaikum|...|iya ini gue|...|ya gak lah biasa juga libur|...|ah, gak ah. Gue gak suka yang pedes|...|yang hot... boleh sih|...|ah, kampret lo, gue bukan homo!!|...|kirain serius|...|nah boleh tuh, ajak aja dia|...|siap, gue mandi dulu abis itu berangkat|...|okey.

Itu tadi temanku, manusia aneh dengan panggilan "GUN". Jangan salah mengejanya, ya. Karena nama aslinya Gunawan maka GUN di baca gun bukan gan. Kami berteman sejak kecil. Tumbuh dewasa bersama kemana-kemana selalu berdua. Ia sudah kuanggap saudara kandungku meskipun orang menyangka ia kekasih gelapku. Bagaimana tidak, ia seorang pria tampan dan rupawan sedangkan aku berwajah cantik menawan seperti perempuan.

Tidak seperti biasanya, malam ini kami berencana untuk bertemu dan berpesta di sebuah night club pinggiran jalan Dago. Bukan hanya kami berdua tetapi bertiga. Yang seorang lagi adalah seorang gadis yang diragukan kegadisannya. Tidak seperti yang kau pikirkan, aku yakin dia masih perawan hanya saja dia itu... lebih baik tidak aku katakan. Terlalu vulgar. Yang jelas dia juga sahabatku sedari SMA, Berti namanya. Kami biasa memanggilnya "Bret" supaya mudah.

Seusai mandi dan mewangi, aku memilih dan memilah pakaian yang cocok. Mix and match begitu. Jeans biru, kaus oversize, jaket bomber yang sedang kekinian kukenakan biar gaya ala-ala artis bollywood itu. Siapa namanya? Gahrukh Khan? Setelahnya aku menunaikan shalat maghrib, biarpun telat itu tak mengapa. Lebih baik daripada tidak sama sekali.

Aku pergi dengan sepeda motorku. Tidak kutunggangi tapi aku dorong karena ternyata bannya bocor. Hal seperti ini benar-benar membuatku menyesal mengontrak kostan sederhana yang letaknya berada di ujung jalan curam, terlebih lagi letak tukang tambal ban itu ada di pinggiran jalan utama. Tidak seorang pun yang membantuku atau bahkan berpapasan denganku saat ini. Jalanan sepi, gelap, hanya diterangi lampu lima watt yang dipasang di luar rumah di pinggiran jalan tanjakan ini. Oh apa itu orang? Atau hantu? Kok pakaiannya putih. Oh ternyata ibu-ibu pakai mukena, mungkin mau pengajian ke masjid di atas sana. Padahal aku berharap si ibu mau ikutan dorong motor ini.

Galang SenjaWhere stories live. Discover now