Keep for reading.
-Author yang lagi bingung-
•••
Aku merutuki kebodohanku sendiri. Karenaku Papaku hampir saja meninggal. Kini pikiranku dua kali berputar. Hutangku semakin menumpuk. Oh tuhan! Kenapa kau jeratkan semua ini untukku. Mataku sudah sangat sembab, tidak terkecuali Mahe , Mama dan Mila. Papaku terbaring lemas diatas brankar rumah sakit. Jarum jarum dan selang selang memenuhi tubuh Papaku. Pluru yang ditembakkan ke perut papaku tembus sampai ke punggung belakang Papaku. Ya , disinilah semua. Keterpurukanku berkumpul.
Baguslah , kenapa bukan aku saja yang ditembak lalu mati? Apakah tuhan sebenci itukah kepadaku?.
Aku pamit untuk berangkat kerja. Sekarang pukul satu siang. Tandanya aku masuk setengah hari untuk bekerja. Zahira sudah memberi keringanan untukku, tidak mungkin jika aku meminta lebih kepadanya bukan?
Camila mengantarkanku sampai di restaurant tempatku mencari uang untuk menutupi hutang hutang yang semakin menumpuk. Camila menepuk bahuku sebanyak tiga kali. Berusaha membuatku tenang. Ya tentu saja aku akan tenang dan tegar. Bukankah aku wanita yang sangat kuat? Batinku.
Aku tersenyum kemudian melenggang pergi dari dalam mobil Camila. Kulihat para pegawai lainnya menatapku dan menyapaku. Akupun membalasnya dengan baik dan sopan.
Aku mengganti bajuku dengan seragam kerjaku. Kulihat para pengunjung mulai berdatangan. Hingga semua karyawan kerepotan. Segera aku membawa kertas dan pulpen yang biasanya kubuat untuk mencatat apapun makanan yang dipesan pembeli.
Pembeli demi pembeli telah kulayani dengan baik. Aku sangat lelah , benar benar lelah. Ditambah masalah Papaku yang masuk rumah sakit , itu semua membuatku jengah untuk hidup. Masalahku terlalu banyak , akan kutangani satu persatu , namun dengan senang hati masalah itu kembali bermunculan. Entah kapan semua ini akan berakhir. Aku benar benar sudah sangat lelah.
Pernah terbesit dipikiranku untuk bunuh diri , namun aku masih memiliki pola cara pikir sehat. Bagaimana nasib Papa dan Mamaku setelah kutinggal? Bagaimana nasib Mahe yang sifatnya berkebalikan dari ku. Aku wanita pemberani dan tak kenal takut segala rintangan. Namun dengan Mahe? Mahe penakut dan sangat sulit mengambil keputusan. Membuatku berfikir dua kali untuk meninggalkan mereka.
"Alessy. Layani tamu VVIP ya. Aku sedang sakit perut akibat sedang datang bulan." Ujar Clay. Aku mengangguk mantap. Kemudian kuusir jiwa kosongku itu. Aku melangkahkan ke arah kursi VVIP. Mungkin ini tamu yang amat sangat penting dibanding yang lain.
Aku menunduk hormat , "Ingin pesan apa?" Tanyaku sesopan mungkin. Pria itu melihat penampilanku. Aku membuyarkan lamunannya.
"Coffie Latte!" Serunya. Aku mengangguk , kemudian menulis pesanan pria itu. "Apakah ada lagi tuan?" Tanyaku. Pria itu menggeleng lalu mengibaskan tangannya menyuruhku pergi.
'Huh dasar!' Dengusku dalam hati.
Aku kembali membawa nampan berisi pesanan pria itu. Kaki ku tersandung membuat kopi yang kubawa menumpahi jas mahal pria itu. Aku membulatkan mataku.
"Maaf aku benar benar tak sengaja!" Ujarku. Pria itu mendelik kemudian berdiri.
"Kau! Kau tau ! Jas ini bahkn melebihi gajimu selama sebulan!" Sentaknya. Kini aku yang mendelik kearahnya. Nampan yang kubawa ku letakkan diatas meja.
Sekitar area restauran memang sudah sepi. Pegawai juga sudah banyak yang pulang. Tapi untuk istilah tamu VVIP boleh kapan saja memasuki restauran itu.
Aku mendengus kesal melihat pria dihadapanku ini. "Kau! Aku sudah mengucapkan kata maaf!" Usirku. Namun pria ini tetap keukeuh untuk berada di tempatku bekerja.
"Kau tak tau siapa aku?" Tanyanya dengan menaikkan salah satu alisnya. "Menurutku itu tidak penting." Sahutku acuh. Ia menghela napas kasarnya.
"Pergilah. Restaurant ini akan ku tutup." Ujarku berlalu dari hadapannya. Aku mengemasi barang barangku , dan mengganti baju seragam kerjaku dengan bajuku sendiri. Kulihat pria itu masih setia di tempatnya. Aku pun mulai geram.
"Kau! Benar benar membuatku pusing!" Seruku. Kulihat ia terlonjak kaget. Tanpa peduli ku jejakkan kakiku menuju pintu keluar. Pria itu bangkit kemudian mencegah tanganku untuk menutup pintu itu. "Kenapa kau keluar?! Bukankah kau ingin bermalam di sini?" Tanyaku ketus. Tanpa ba bi bu be bo ia melangkah meninggalkanku yang sedang berceramah. 'Pria aneh.' Batinku.
••••
Don't forget vote and comment,
Tbc :)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BILLIONAIRE
RomanceTerjerat hutang bukanlah suatu hal yang enteng. Setiap hari kehidupanku selalu dikelilingi oleh para markelar bank yang ingin menarik hutang hutang keluargaku. Ditambah dengan keadaan pekerjaanku yang sama sekali tidak mendukung , bagaimana bisa. D...