Part 4

102 20 9
                                    

5 bulan kemudian....

Seiring berjalanya waktu.

Tika mulai bisa menerima semuanya.

Namun, ia masih tidak bisa melihat kemesraan sahabatnya.

Setelah kembali dari Bangkok, ia mulai berfikir.

Sesuatu yang terjadi, tak akan pernah kembali.
Dan itulah yang membuatnya lebih tegar dari sebelumnya.

Tapi, di dalam relung hati Tika yang ia coba rangkai kembali karena sebelumnya telah di pecahkan Devandra.

Tergambar jelas wajah Devandra di hatinya.
Tika masih mencintainya.

Sampai kapan pun!.

Ia akan mencintai Devandra.

Berbeda dengan Amel,

Semakin lama rambutnya semakin habis.
Hingga ia terpaksa harus mengenakan rambut palsu untuk menutupinya.

Semakin lama ia sulit untuk berjalan. Serasa tak memiliki tulang.

Namun, ia tak menunjukanya pada Tika dan Devandra.

Sungguh hebat.

Topengnya tak pernah terlepas dari wajah Amel.

Amel menangis dan meringkuk di pojokan kamarnya.

"Gue ngerasa gue harus ninggalin mereka"

"Gue jahat! Kenapa gue gatau kalo Tika suka sama Devandra!!!"

"Kenapa gue jadi duri dalam daging? Gue ngumbar mesra di depan Tika, tapi kenyataanya??"

"Tika mengorbankan cintanya buat gue!! Hingga dia rela tersakiti!"

"Rela sakit hati demi liat gue bahagia"

"LO JAHAT MEL!! LO JAHAT!!!!!"

Amel menangis sejadi-jadinya.

Ia terlalu bodoh untuk memahami apa yang terjadi.

Kenapa ia tidak mengerti? Tika selalu menghindar jika ia dengan Devandra bermesraan.

DIMANA PUN!.

Amel menghapus air matanya dengan kasar.

"Gue udah putusin! Gue! Akan pergi ke SINGAPURA!!"

Amel berdiri, ia berjalan dengan terpontang panting.

Memegangi sudut meja belajarnya, mengobrak-abrik buku, tempat pensil semua benda yang berada di sana.

Sepertinya ia tidak menemukan sesuatu benda yang ia cari.

dengan memegangi sudut meja belajarnya ia mulai perlahan-lahan berjalan walau sempat terjatuh-jatuh di lantai.

Ia bangkit.

Dengan susah payah dan sekuat tenaga ia mencoba berdiri.

Setelah berhasil berdiri ia mulai berjalan menuju meja riasnya.
Mengobrak-abrik meja riasnya.

Membiarkan lipstic,eye liner,mascara,hand body dan benda lainya terjatuh menggelinding di lantai.

Ia tetap tak menemukan barang itu. Ia meneruskan ke lemari kecil dan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

Membuang dokumen kuliahnya ke sembarang tempat keluar dari lemari itu.

Mata Amel menemukanya.

Ia menemukan barang yang ia cari.

Sebuah kertas berbentuk persegi panjang.

Itu ticket.

Amel mengambil ticket itu dengan duduk dan mulai menyender di lemari kecil dan kosong itu.

PERIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang