Prolog

840 121 11
                                    


Happy reading..

********

Aku kembali merapatkan jaket yang aku kenakan saat aku kembali merasakan hembusan angin kencang yang meniup tubuhku. Dingin.

Aku mendongakan kepalaku ke atas langit melihat rintik demi rintik air hujan yang terus turun dengan lebat membasahi jalanan kompleks perumahan yang selama ini aku tingali dengan ali.

Drtttt... Drtttt... Drt....

Aku langsung meronggoh kantong jaket yang aku kenakan saat aku merasakan getaran dari handphone yang sedari tadi aku kantongi.

Ali calling....

Aku tersenyum saat membaca nama penelpon yang tertera di layar ponselku.

" Hallo. Assalamu'alaikum " sapaku pada penelpon di sebrang sana.

" Di mana?. Kenapa kamu gak ada di rumah? Aku baru pulang kantor lo ini. Kamu kemana aja? Sama siapa? Kamu baik baik saja kan? "

Aku tertawa kecil saat mendengar pertanyaan beruntun dari sang penelpon di sebrang sana.

" Haha.. aku baik baik aja sayang. Ini aku lagi ada di depan mini market komplek kita. Tapi aku lupa bawa payung jadi. Yaaa berteduh dulu. Tunggu ujan reda sayaaaaag... hehehe.. maaf yaaaa aku lupa kasih tau kamu. Aku kira gak bakalan sampai malem gini. Tapi eh malah ujan ya gini deh janinya. Maaf ya. Yaaa yaaa. Hehehhe "

Tawa ringanku mengalir begitu saja saat mendengar suara desisan dari sang penelpon. Aku sangat bersukur kepada tuhan karna telan menciptakan laki laki sebaik ali untuk menjadi pendamping hidupku. Aku bersukur karna tuhan menciptakan manusia sebaik dia. Yang masih mau menerima aku apa adanya dengan semua kekurangan yang ada dalam diriku. Terima kasih batinku.

" yaudah!. Tunggu di sana jangan kemana mana. Sekarang aku jemput. Bye.... love you. Hati hati. "

" Mmmmm. Tooo.. "

Tuttt..  tut.... tutttt...

Aku mengeleng saat mendengar suata telpon yang terputus begitu saja.

Dasar posesif gitu aja marah. Batinku menggerutu.

Aku menghelai nafas pelan. Melangkahkan kaki sedikit ke depan mendekat dengan air hujan yang berjatuhan dengan derasnya dari genteng depan mini market tempatku berteduh. Aku Mengulurkan tangan dengan perlahan utuk merasakan dinginya air hujan yang jatuh dari genteng depan mini market tempatku berteduh malam ini.

Dingin. Batinku. Aku tersenyum samar saat bayangan masa lalu yang lewat di pikiranku.

Dua tahun sudah berlalu dari pernikahanku dengan ali. Tapi waktu tidak ikut membawa ali pergi dari dirinya yang dulu. Dia masih sama dengan ali yang aku kenal dulu. Masih mencintaiku dengan sangat. Menerimaku serta dengan kekuranganku juga.

Aku sangat beruntung bisa memilikinya. Dia yang sabar dan juga mencintaiku.

Tuhan aku mencintai dia. Kataku pelan dalam hati.

Senyum merekah di kedua sudut bibirku langsung merekah saat melihat kedatangan seseorang di sebrang jalan sana dengan payung hitan yang berada di genggaman tanganya. Dia ali. Ali berjalan terburu buru masih dengan setelan kerjanya dengan dasi yang sudah terlepas dari lehernya dengan dua kancing kemeja teratas yang terlepas. Dan jangan lupakan sandal jepit pink polkadot miliku yang sering aku kenakan saat di dalam rumah dan sekarang lihat ali memakainya dengan gaya santainya.

Hahaha lucu sekali suamiku ini.

" Hai... " Aku menyapanya dengan suara ceriaku saat dia sudah sampi di depanku.

My Last PromaiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang