part 1

44 0 0
                                    

"Woi sempak jenglot!" teriak Dava sambil ngejar Yuna yang ninggalin Dava di mobil. Yuna kesel dari tadi Dava ngeselin banget. Mereka memang berangkat sekolah bareng.

"Apaan sempak tuyul? Sesama sempak mending ga usah teriak teriak! Berisik bego!" jawab Yuna ketus. Dava menyejajarkan langkahnya dengan Yuna.

"Ihhh sempak jenglot kalo lagi marah bikin gemezz" Dava memonyongkan bibirnya yang membuat Yuna jijik setengah mati melihat tingkah Dava. Yuna sangat tidak suka melihat tingkah Dava tersebut, tapi Dava sering melakukan itu saat Yuna ngambek.

"Sono, jijik gue" Yuna menyodor kepala Dava dengan telapak tangannya. Dava sedikit meringis lalu tertawa. Dan lanjut menggoda Yuna lagi. Kebiasaan Dava disaat Yuna lagi PMS gini, Yuna sensitif banget. Dava seneng banget liat wajah Yuna yang kesal.

"Jijik tapi sayang kan una?" goda Dava sambil mencubit hidung Yuna. Dava nyubitnya gak nanggung nanggung. Yuna meringis, hidungnya langsung memerah. Dava langsung lari dari pada Yuna ngamuk lebih baik dia menghindar. Dava tertawa sekencang kencangnya membuat semua siswa yang ada di sana melihat kearahnya. Tapi bukan Dava namanya jika tidak membuat onar.

"Tunggu woi sempak tuyul! Terima pembalasan gue!" teriak Yuna. Yuna berlari mengejar Dava, dan lagi seluruh perhatian tertuju kepada mereka berdua. Pasangan yang sangat gila.

***

Merah di hidung Yuna belum juga hilang. Dia harus balas dendam sama Dava. Gara gara dia teman sekelasnya menertawakan Yuna 'yuna, lo nangis? Gue pikir lo gak bisa nangis' 'serius lo nangis yun? Hidung lo merah' 'apa lo putus sama Dava ya? Makanya lo nangis semaleman'.
Anjir dari kapan yuna bisa nangis. Sudah jelas Yuna cewek paling kuat di sekolah. Gak ada yang pernah liat Yuna nangis. Sejak lahirpun dia tidak nangis. Dokter harus mencubitnya dulu baru dia nangis.

Bel istirahat sudah datang, Yuna langsung bergegas menuju kelas Dava dia harus membalas perbuatan Dava.

Yuna sekarang sudah di depan kelas Dava. Celingak celinguk dia mencari Dava di dalam kelasnya. Tapi tidak ada tanda tanda Dava di sana. 'Kemana tuh sempak tuyul' gumam Yuna.

"Dorrrrr!"

"Kampret anying!" Dava tertawa mendengar umpatan Yuna.

"Lo ngapain kesini? Baru sebentar gue tinggal udah kangen aja" ucap Dava mengelus rambut Yuna. Dia tau Yuna akan balas dendam kepadanya. Makanya Dava bersikap baik sekarang.

"Gak usah sok baik deh lo, dasar sempak tuyul. Lo gak liat hidung gue masih merah gara gara lo cubit tadi pagi" ucap Yuna manunjuk hidungnya. Ternyata kekesalan Yuna belum berakhir.

Mati lo Dava

"Abisnya gue gemes sama hidung lo,  tambah sayang deh"
"Sayang sayang kepala lo"
"Lo sayang sama kepala gue doang? Sama guenya enggak?"
Dava memasang wajah sedih yang dibuat buatnya. Yuna tertawa melihat wajah Dava yang imut. Lalu mereka tertawa bersama. Entah apa yang mereka tertawakan merekapun tidak tau. Begitulah jika orang sedang jatuh cinta.

"Kita kekantin yuk, gue udah laper nih" rengek Yuna yang di balas anggukan oleh Dava.

Dava melingkarkan sebelah tangannya dibahu Yuna sambil berjalan menuju kantin. Semua siswa sudah tau dengan pasangan gila ini. Karna Dava adalah murid nakal sama nakalnya dengan Yuna. Cocok deh mereka berdua.

"Lo pesen makanan gih" ucap Dava sambil mencari tempat duduk.

"Males ah, lo aja deh. Lo kan cowok gue yang paling ganteng" rayu Yuna kepada Dava.

"Yang laperkan elo" ucap Dava gak mau kalah.

"Lo mau pacar lo ini mati kelaparan?" ucap Yuna dengan muka orang yang belum makan 3 hari.

"Iyadeh, manja banget nih anak" Dava mencubit pipi Yuna gemas.

Dava menuju tempat makanan. Dan dia teriak.
"Unaaa... Lo tolongin gue bawa mangkun ini dong. Tangan gue kan cuma dua. Pacar apaan sih lo ini. Cepet sini bantu bawain"
Tuh kan bikin malu Yuna lagi.

Yuna menatap Dava horor dia yakin Dava sengaja mengencangkan suaranya agar semua orang mendengar dan membuat Yuna malu. Yah itulah kebiasaan Dava.

Yuna langsung menuju ke arah Dava. Dava hanya cengengesan melihat wajah kesal Yuna. Mereka langsung menuju meja yang tadi.

"Jangan panggil gue kayak gitu lagi goblok! Bikin malu aja lo" Yuna menatap Dava kesal. Dava hanya tertawa dan memakan makanannya.

"Itukan panggilan kesayangan gue buat lo"

Yuna tidak menjawabnya, dia langsung memakan makanannya tadi. Meladeni Dava bisa bisa dia kesal sendiri.

Tiba tiba perut Yuna terasa perih. Mungkin ini karna Yuna PMS dan ini hari pertama. Yuna meringis dia memegang perutnya. Dava langsung menoleh ke Yuna. Dia cemas. Dava sangat khawatir jika Yuna sakit.

"Una, lo kenapa?"
"Perut gue sakit, ini kan hari pertama" ucap Yuna pelan manahan perih di perutnya. Sangat jelas di wajah Dava kalo dia cemas.
"Yuk, gue anter ke UKS. Lo bisa jalan? Mau gue gendong?"
"Gue bisa jalan Dava"

Dava membimbing Yuna menuju UKS.

"Lo tidur di sini aja dulu. Biar gue temenin. Lo butuh apa" Dava sayang banget sama Yuna, walaupun dia sering bikin Yuna kesal. Tapi Dava lah orang yang paling khawatir jika Yuna sakit. Dia tidak akan meninggalkan Yuna. Dava akan setia menemani Yuna.

"Gue butuh lo doang, udah" Dava tersenyum mendengar kata kata Yuna. Mereka saling mencintai. Dava menggenggam tangan Yuna. Dava menatap Yuna lembut. Mata mereka bertaut sekatang.

"Yaudah, mending sekarang lo tidur, atau mau gue anter pulang?" ucap Dava lembut. Dia gak mau Yuna kenapa kenapa.

"Gue disini aja dulu, lagian dirumah gak ada siapa siapa"
Memang benar dirumah Yuna tidak ada siapa siapa selain bibi yang mengurus rumahnya. Orang tua Yuna sedang pergi keluar kota.

Dava terdiam sejenak lalu dia berkata.

"Gak bisa. Lebih baik lo pulang aja. Biar gue temenin di rumah sampe orang tua lo kembali"

Dava mengambil hpnya dan menelvon salah satu teman sekelas Yuna untuk mengizinkan Yuna kepada guru nanti, karna Yuna sakit. Sedangkan Dava tidak memberi tahu temannya, dia sudah biasa bolos seperti ini.

Lalu dia membawa Yuna kemobilnya, Dava tidak bisa tenang melihat Yuna seperti ini.

"Lo gak harus seperti ini. Gue baik baik aja"
"Una, lo gak baik baik aja. Muka lo pucet gitu. Udah deh, jangan ngebantah"

Yuna hanya bisa diam jika Dava sudah seperti ini.

Didalam perjalanan Dava menyuruh Yuna untuk tidur. Yuna hanya menurut apa yang dikatakan Dava.

Sesekali Dava menoleh ke arah Yuna dan mengusap lembut rambut Yuna.

***
Vomment

seNior giLa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang