Sesuatu Tentang Kita

13 2 0
                                    

Setelah sampai di depan pintu apartemen Juna, aku menekan enam digit angka agar pintunya terbuka. Aku tersenyum kecil kala teringat betapa bodohnya Juna.

Cowok waras mana yang mengulang angka nol sebanyak enam kali sebagai password apartemennya?

Ya Tuhan bahkan aku melupakan sebuah fakta kalau Juna 'kan memang gak waras(?)

Dia agak gila.

Waktu kuceramahi, Juna bersikap acuh tak acuh. Mengabaikan aku yang mengoceh karena kegilaan kombinasi password miliknya.

Juna lebih memilih bermain PS sedangkan mulutku hampir berbusa karena terlalu banyak minum soda, eh maksudku, terlalu banyak ngomel. Mengesalkan.

Dan lusa-nya saat aku ke apartemen Juna, passwordnya bukan enam angka nol lagi. Sudah diganti dengan tanggal ulang tahunku.

Sebenarnya itu membuatku sedikit tersanjung. Sedikit ya. Sedikit.

"JUNAAA I'M COMING," teriakku setelah meletakkan tas di sofa.

"DAPUUURR," balas Juna kencang.

Aku melangkahkan kaki menuju dapur. Sesampainya di dapur aku mengambil susu kotak coklat di kulkas baru menghampiri Juna.

"Lagi apa sih?" Tanyaku setelah meletakkan kotak susu di meja dapur.

Juna melirikku sekilas, "lagi nyuci," jawabnya.

"Oh nyuci," aku mengangguk-anggukkan kepala. "Yang ini kurang sabun tuh," kataku menunjuk pinggiran penggorengan.

"Ck. Gue lagi masak, pintar."

"Gue juga udah tahu, pintar."

"Ya kalo udah tahu, buat apa nanya?"

"Suka-suka gue lah."

"Semerdeka lo aja dah, Re."

Juna menuang sendok sayur berisi cairan kental berwarna putih ke penggorengan. Kalau aku tidak salah, dia sedang membuat pancake.

Menunggu sekitar beberapa menit, Juna membalik pancake agar tidak gosong. Dan setelah matang, Juna mengangkatnya lalu menaruh di piring bersama dengan tiga pancake lainnya yang telah matang pula.

"Gantiin bentar ya, Yang," ucap Juna.

"Apa?" Tanyaku bingung.

"Ini..." Juna menunjuk penggorengan.

Aku mengangguk mengerti lalu bergeser lebih dekat ke arah Juna.

"Gue ke kamar sebentar. Mau ambil hp," katanya menatapku.

"Oke," jawabku.

"Awas, jangan samapai gosong," Juna mengacak pelam rambutku lalu berjalan ke luar dapur.

Aku mulai menuang satu sendok sayur adonan dengan gerakan gerakan tak beraturan di atas penggorengan hingga terbentuklah suatu mahakarya pancake yang indah. Hmmm aku sepertinya bangga dengan hasilnya yang lucu.

Soalnya bentuknya ini berbeda dengan milik Juna, punya dia 'kan cuma sekali doang terus udahan. Punyaku ada bentuk artistiknya.

"INNALILAHI...."

Aku berjengit kaget karena Juna berteriak di sebelahku–lebih tepatnya di sebelah telingaku.

"Ya Allah, Rere lo bikin pancake apaan?!"

"Ucul 'kan? Unyu-unyu 'kan Jun?"

[KSS 1] Karena Dia ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang