Musim dingin telah menyapa beberapa kota di Korea. Termasuk Seoul yang terbilang padat. Tak menyulitkan beberapa kendaraan untuk dipacu dengan kecepatan tinggi. Sepertinya itu menjadi tolak ukur lain. Kejadian seperti kecelakaan bisa saja terjadi, bukan?
Namun tidak bagi dua orang yang sedang bercengkerama di dalam sebuah rumah kecil di kawasan distrik. Nampak hangat, gadis dengan make up menutupi wajah natural itu tampak sedang memainkan kuku panjang yang baru saja di ganti. Anggap saja itu pemborosan, karena bahkan gadis di hadapannya pun beranggapan sama. Terdengar bunyi lonceng di atas jendela yang dibiarkan terbuka membawa sayup angin menelusup masuk menusuk persendian.
Gadis yang masih sibuk dengan kuku baru ini nampak sedang di rundung masalah, lagi. Helaan napas menjadi bumbu lain selain wajah cantik di tekuk itu. "Lalu aku harus bagaimana?" Gadis itu menghentak-hentakkan diri di atas lantai yang telah di lapisi karpet beludru berwarna merah. "Aku mau saja menikah. Tapi kau tahu?" Gadis itu kembali berujar menatap penuh kesungguhan gadis yang masih enggan mengalihkan perhatian darinya. "Orang tuanya berharap segera memiliki cucu. Bayangkan saja, aku? Harus hamil? Bagaimana mungkin?"
Helaan napas gadis ber-make up itu membumbung. Mengerutkan kening. Gadis beriris hazel di hadapan masih belum berkomentar. Ia enggan, sekedar mendengarkan mungkin sudah cukup membantu menurutnya. Itu bukanlah hal baru bagi mereka. Sedari SMU, mereka terus seperti ini. Gadis bernama Han Gyeong Ree yang sibuk mengoceh, dan gadis bernama Jung So Ryung yang sibuk mendengarkan. Sesekali saja, Jung So Ryung menanggapi asal dan seadanya. Itu pun terkadang tidak digubris oleh Han Gyeong Ree.
"Aku akan menginap di sini malam ini. Aku muak bertemu Ayah yang akan memaksaku--lagi untuk menerima lamaran itu. Konyol sekali."
Berlalu dari ruang tengah menuju kamar yang sudah sering ia gunakan jika bermalam di rumah Jung So Ryung, Gyeong Ree dengan marah menutup pintu geser kasar, hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Jung So Ryung cukup terkejut dan menggelengkan kepala menatap pintu kamar Gyeong Ree dengan ekspresi heran dihiasi senyum tipis. "Selalu seperti itu. Jika bukan aku, mungkin orang lain akan menganggapmu menyebalkan. Tapi, kau teman yang baik."
Berdiri dan menyambar mug yang terisi setengah air putih, membawanya ke dapur hendak membersihkannya. Setelahnya ia akan bergerak menuju kamar dan lekas tidur. Besok ada wawancara, dan tidak boleh terlambat, bukan? Dengan senyum manis menghiasi wajah, So Ryung mulai menebarkan doa. Menuju alam bawah sadar, memutar mimpi indah sang pangeran dan putri.
***
Mantel hitam itu ditanggalkan. Wajah kusut sehabis bekerja seharian membuat tubuh terasa lelah dan letih. Ia memutar knop pintu kamar mandi, menyegarkan tubuh, berendam mungkin adalah pilihan terbaik saat ini. Namun, niat itu ia urungkan tatkala getar pada ponsel di atas nakas membuyarkan pilihan.
Berbalik menghampiri ponsel yang mulai bergerak-gerak. Menyambar dan menggeser salah satu ikon setelah melihat ID pemanggil. Jung Ho Seok. "Tae Hyung-ah, kau sudah akan tidur?" Dahinya membentuk kerutan halus. Menjawab singkat hanya dengan deheman. Ia mengendus mendengar gumaman dari seberang.
"Wakil Presdir Kim memintamu untuk ikut rapat besok. Kau harus hadir."
Semula ia bingung. Ia harus bertemu dengan seseorang, apa harus membatalkan janji demi rapat tidak penting yang hanya akan membahas tentang saham perusahaan? Suaranya ia tahan sejenak. "Tunggu kabar dariku besok pagi. Aku akan memutuskan besok." Tepat setelah kalimat itu selesai ia pidatokan, ia menyudahi panggilan. Membuat pria di seberang mengerang kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bright Wedding | Kim Tae Hyung
Fanfiction[Complete] Jung So Ryung yang terpaksa menikah karena membantu sang teman, Han Gyeong Ree. Kim Tae Hyung yang dingin dan penurut hingga berakhir dengan pernikahan bersama Jung So Ryung. Bagaimana kehidupan mereka nanti? Adakah cinta yang mulai tumbu...