Semuanya seolah adalah angin lalu yang berhembus menembus kokohnya tubuh. Dada terasa ditekan kuat, serta napas yang semerta-merta memang ia tahan. Telinga dingin itu berdengung keras. Seolah ada gemuruh petir menggelegar.
Binar pada mata elangnya meredup. Entah mengapa rasa bahagia hanya tergores tipis pada salah satu kepingan hati. Ia melengos, menggapai udara sebelum bergumam ringan. Agaknya Tae Hyung tak ingin membuka percakapan lebih jauh. Sejauh ini, hanya ia seorang, hanya ia seorang diri yang menanggung sesak di dalam dada.
Wajah cantik Han Gyeong Ree terus merusak kesenangannya. Dan kali ini, kesenangannya benar-benar telah hancur. Ia baru saja mendatangi gadis itu tadi sebelum ia kembali ke rumah. Brengsek. Itulah yang keluar dari dalam benak. Ia memaki diri sendiri. Mengumpat keras bagaikan dirinya adalah musuh buyut.
"Sudah berapa bulan?"
Tersenyum tipis terkesan dipaksakan, Tae Hyung menghampiri sang istri yang telah berdiri dan berbicara dengan salah satu pelayan muda sejak ia melamun. Entah berapa lama ia merenungi kesalahan sepihaknya.
"Dokter Go mengatakan sudah dua minggu. Masih terlalu muda."
Wajah cantik itu merengut. Tae Hyung tak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh bibir merah muda itu. Menangkup dengan bibirnya. Namun saat ia akan menempelkan bibirnya, Bibi Hwang datang dengan suara lantang, mengatakan bahwa makanan telah siap.
"Tae Hyung-ah, jangan hanya berdiri di sana. Istrimu butuh istirahat."
So Ryung tertawa lebar, meninggalkan Tae Hyung sendiri. Berjalan mengekori, Tae Hyung tampak melupakan masalah Han Gyeong Ree. Walaupun nanti, pasti akan teringat kembali. Tae Hyung sendiri bisa memastikan hal itu.
***
Pemuda berwajah tampan yang tengah menatap layar komputer itu nampak kebingungan. Mencari sesuatu dari dalam map berwarna merah. Sedikitnya, ia melirik pemuda berisi di seberang. Hembusan napas serta wajah yang sangat kusut sangat kontras dengan keadaan kantor baru miliknya yang berkembang cukup baik.
Pasti mengenai Jung So Ryung.
Pemuda itu menebak tepat. Sebelum meloloskan suara bass khas miliknya, ia mengambil pena dari tempat pena di hadapan. Lalu melempar asal hingga menimbulkan bunyi 'tuk'. Park Ji Min, setidaknya terhibur.
Kepala itu segera bergerak mencari sumber suara. "Hei." Ji Min menatap Jeon Jung Kook selidik. Ia jelas tahu ini permainan bocah kelinci yang berada satu ruangan dengannya. Menghembuskan napas kesal. Ia segera beranjak.
"Hyung!"
Ji Min bergeming, tetap melanjutkan langkah meninggalkan ruangan pengap yang mengunci dirinya hampir seharian penuh. "Hei! Hyung!" Ji Min berdecak sebal, membalikkan tubuh spontan saat kedua mata sipitnya tertutup.
"Apa? Apa?"
Jung Kook tersenyum pongah, ia berhasil, begitu lah isi hatinya. "Bawakan kopi." Ji Min semakin sebal dibuatnya. Melangkah tak peduli dan semakin cepat meninggalkan ruangan. "Jika ingin saran dariku, maka satu gelas kopi cukup untukku." Jung Kook sedikit mendongak dan berteriak mengatakan pendapat yang hanya ia akui sendiri kebaikannya.
Ji Min tentu akan menolak. Ia tahu betul seperti apa pemuda itu. Jung Kook sama sekali tidak bisa membantu, bahkan jika perlu, Jung Kook akan menghabiskan seluruh rencana gilanya yang ia susun rapi sejauh ini.
Rencana gila?
Ya, bahkan banyak ia pikirkan mengenai gadis bersuami itu. Namun seperti hilang ditelan bumi. Gadis itu sulit dihubungi dan juga ditemui. Penjaga keamanan rumah itu pun mencoba menghalanginya dengan berbagai cara saat ia akan melangkah masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bright Wedding | Kim Tae Hyung
Fanfic[Complete] Jung So Ryung yang terpaksa menikah karena membantu sang teman, Han Gyeong Ree. Kim Tae Hyung yang dingin dan penurut hingga berakhir dengan pernikahan bersama Jung So Ryung. Bagaimana kehidupan mereka nanti? Adakah cinta yang mulai tumbu...