step by step

472 57 20
                                    

Pemuda itu terus berjalan tanpa memperdulikan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Kakinya terus menapakkan di aspal jalan yang tertutupi oleh sedikit genangan air. dalam balutan jaket yang cukup tebal tangannya ia benamkan di saku jaket tersebut dan sesekali ia mengusap tangannya untuk memberi kehangatan.

Jalanan kali ini begitu ramai walaupun sedang turun hujan, muda-mudi berlalu lalang, bergandengan dengan pasangan mereka, dan sesekali tertawa bersama.

Kotak memorinya dengan lancangnya membongkar selipan kecil yang merupakan salah satu dari berbagai banyaknya memori yang ia habiskan bersama teman yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri.

Satu minggu telah berlalu semenjak keluarnya ia dari grup itu, grup yang telah membesarkan namanya sebagai seorang yang sekarang terpandang dengan poster-posternya yang berada dimana-mana begitupun dengan berita tentang dirinya yang belum luput dari media hiburan Korea maupun China.

Dalam perjalananya menuju apartemen miliknya yang terletak di Qingdao, ia lebih memilih untuk berjalan kaki menikmati suasana malam yang ada di kota kelahirannya sendiri. Sudah lama sejak terakhir kali ia menginjakkan kakinya disini, ia merasa malu akan semua yang akan ia hadapi sekarang.

Beberapa reporter terus saja mengincarnya dan terus menanyakan bagaimana nanti hinaan serta cacian pedas yang ia terima di akun media sosial miliknya oleh beberapa orang yang menginginkan ia mati dan juga tak banyak dari mereka yang menginginkan dia agar tetap tinggal.

Ia membuka pintu apartemennya, tak terasa sejak tadi ia bergulat dengan pikirannya sampai ia tiba di tempat tujuannya yaitu apartemennya. Tak banyak yang mengetahui apartemen miliknya yang ada di Qingdao, ia sengaja menginap di tempat ini karena menurutnya ini tempat paling aman untuk menghindar dari kejaran para reporter.

Ia baru kembali dari studio miliknya untuk melakukan rekaman lagu baru yang ia tulis sendiri, Zitao namanya, sekarang yang ia lakukan adalah duduk diam di atas kasur dan kembali bergulat dengan pikirannya.

Pertanyaan yang terus terulang di pikrannnya adalah 'haruskah ia minta maaf?'
Ia terlalu malu untuk melakukan itu, terlalu malu untuk minta maaf kepada orang yang telah ia katakan pengkhianat karena telah lebih dahulu meninggalkannya dari grup tersebut dan sekarang ia hanya bisa menelan salivanya sendiri karena ia juga mengikuti jejak dari si 'pengkhianat' tersebut.

Pikirannya masih begitu labil saat itu, sehingga ia tidak berpikir panjang terlebih dahulu ketika mengatakan kata-kata pedas kepada orang yang paling ia sayangi di grup itu dan telah meninggalkannya sendiri.

Dia merasa bersalah kepada kakak-kakak seperjuangannya yang berasal dari China dan terlebih kepada Yifan, yang merupakan anggota pertama yang hengkang dari grup yang tenar kala itu.

"Gege, Tao kangen..."

Ia meneteskan air matanya ketika mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya ia ucapkan.

Ia meringis pelan ketika dengan tidak sengaja ia duduk bersilah untuk menyamankan duduknya, Zitao menatap telapak kaki kanannya yang masih ada tanda kebiru-biruan karena cederanya terakhir kali ketika ia melakukan latihan dance bersama mantan grupnya terakhir kali kala itu.

Ia saat ini masih dalam proses pemulihan sebelum ia kembali bersinar di atas panggung yang nantinya akan menjadi konser solo pertamanya.

drrt. drrt.

Handphonenya bergetar, dengan segera ia mengambil handphone miliknya dan melihat notifikasi yang tertulis 'Luhan sent you a message'

One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang