Dia siapa??

6 1 0
                                    

Sampai hari ini, tak pernah terpikir untuk memandang keluar dan mencari hal baru.

Apakah ini sebuah permulaan???

*****

Pagi cerah menyambut. Sayang tak secerah diriku yang gusar dan lesu. Ibu yang mendapatiku seperti itu pun terheren heran.

"Ada apa, eoh? Pagi pagi sudah bermuka kusut. Apa ada masalah?" Tanya ibu antusias.

"Tidak, Bu. Hanya sedikit mengantuk." Kilahku.

"Ya sudah cepat sarapan nanti terlambat, lho!"

"Iya, Bu." Aku mulai melahap sarapan ku. Dengan sedikit malas aku menghabiskan sarapanku karena tak ingin membuat ibuku kecewa.

"Aku berangkat." Kataku berpamitan pada ibuku.

"Hati-hati." Balas ibuku.

***
Di halte aku masih belum bisa semangat menghadapi kenyataan. Yach, kenyataan karena semua yang terjadi semalam hanya mimpi yang membuai hingga perasaanku terbawa kedalamnya. Saat bangun pun aku masih belum terima kalau semua itu hanya mimpi. Karena semua yang ku dengar dan ku lihat bahkan yang ku rasakan semua tampak nyata.

Kenyataan yang mengerikan. Pacar. Kekasih. Dan teman pria. Wah, sama sekali aku tak memiliki nya.

Memikirkannya saja aku tak pernah. Kenapa bisa semalam aku bermimpi seperti itu. Mimpi yang indah tapi sangat menggangu. Apa artinya mimpi itu?

Aku bahkan tak sedang suka seseorang atau sampai memendam perasaan . Bisa bisanya aku bermimpi mengutarakan perasaan pada seseorang. Di tambah lagi perasaanku di balas. Wah, keren. Tapi, aneh.

Hah... sudahlah. Hanya mimpi. Sekarang kenyataan yang ku hadapi. Kenyataan yang ku tatap dan ku jalani. Jangan berpikir tentang bunga tidur. Ya, Lee In Ha. Hadapi semua yang nyata saja.

Tanpa sadar bus yang ku tunggu tiba. Hampir saja aku tertinggal karena melamun. Aku buru buru masuk dan mencari tempat duduk. Sayang semua penuh, tak seperti hari biasanya. Yach, jadinya aku berdiri.

Akhirnya sampai di depan sekolahku. Aku turun dan mulai berlari menuju menuju sekolahku. Aku terburu buru karena hari ini aku ada janji menyelesaikan tugas dengan temanku, Hyo Ra. Aku berlari secepat mungkin karena kalau aku terlambat bisa bisa temanku yang satu itu mengomeliku seharian penuh tanpa peduli aku jengkel atau tidak. Hyo Ra tipe orang yang disiplin dan kalau udah janjian harus selalu di tepati. Yach, jadinya aku dharus bergegS.

Tanpa peduli apapun aku terus berlari. Sampai tiba tiba di sebuah tikungan....

BRUUKK...

Aku menabrak seseorang, buku yang di bawanya sampai berserakan tak karuan. "Ugh,"keluhku karena kepalaku seperti menabrak sesuatu. Ya, memang sudah jelas aku menabrak orang ini. Aku mulai mengerjakan-ngerjapkan mataku dan menelaah apa yang terjadi. Sampai aku sadar ternyata aku jatuh dan menimpa orang yang ku tabrak.  Aku tambah terkejut ternyata yang ku tabrak adalah seorang namja. Bukanya segera bangun malah aku berpikir aneh aneh. " Kenapa tampan sekali?  Apa dia malaikat? Apa aku sudah mati? Wah, beruntung sekali aku." Pikirku. Karena memang dia sangat tampan dan sepertinya aku belum pernah melihat siswa tampan ini.

"Yack, apa kau akan terus di situ? Berat tau. Apa kau tak malu melakukan ini di depan umum? Dasar mesum!" Kata namja itu membuyarkan lamunan ku dan mengembalikan ku pada dunia nyata. Aku hanya mengerjakan mataku. Masih mengumpulkan sisa nyawaku yang entah kemana.

"YACK, APA KAU TULI!!!??"  Teriak namja itu. Di serta dengan dorongan terhadapku. Aku sudah sadar sepenuhnya. Aku bangkit dan terduduk.

"Mi..mian.. ak.. aku tak sengaja." Kataku menunduk malu. Aku tak berani menatap wajahnya lagi. Aku takut sekali. Dan malu tentunya. Banyak mata yang memandang ku. Ini di luarku kemampuanku untuk menghadapi hal semacam ini.

Kulirik sedikit namja itu yang tengah sibuk memunguti bukunya yang berserakan karena ulahku. Tak ada jawaban atas pernyataan ku. Aku benar2 tak berani melihatnya takut dan malu.

"Se..Sekali lagi aku minta maaf. Ak..Aku benar benar minta maaf. " KatKu tergagap karena sangat.. ah entahlah takut atau malu.

Karena tak ada jawaban aku berdiri dan menunduk. Bergegas meninggalkannya. Baru selangkah aku hendak pergi tiba tiba tanganku di tahan seseorang. Ya, namja itu.

"Kalau mau minta maaf, antarkan ini ke guru Yang. Kau tau kan guru mapel sains fisika. Antar ke mejanya dan pastikan dia menerimanya sendiri." Katanya sambil menyerahkan setumpuk buku yang selesai di punguti nya tadi padaku.

Tanpa ba bi bu aku mengangguk dan meninggalkan dia begitu saja. Baru setelah beberapa langkah aku baru sadar kalau baru saja menuruti kata-kata namja itu.

"Lee In Ha, kenapa kau jadi bodoh begini. Harusnya kan kau tolak mentah-mentah perintahnya tadi. Aish.. mana lagi ini urusan sama guru Yang. Aku kan selalu menghindar dari yang namanya guru Yang Jung So. Menjengkelkan sekali." Gerutuku pada diriku sendiri.

"Permisi." Ketika masuk keruang guru dan mencoba mencari guru Yang. Ku pandangi se isi ruang guru. Sayang tak ku dapati sosok yang ku cari. Tanpa pikir panjang aku langsung meletakkan tumpukan buku yang sedari tadi ku bawa di meja kerja guru Yang. Kemudian aku bergegas keluar tanpa ragu sedikitpun. Karena aku ingat aku masih ada urusan lain.

Baru sepuluh langkah aku keluar dari ruang guru, sesosok namja bertubuh tinggi dan tegap tiba-tiba menghalangi jalanku.

"Hey, minggir lah! Aku mau lewat. Aku tak ada urusan denganmu." Ketusku tanpa ku lihat wajahnya.

Tetap tak ada reaksi. Akhirnya aku dongakkan kepalaku dan ku lihat siapa yang tepat berada di depanku. Lebih tepatnya sangat dekat dan hampir menempel. Karena saking dekatnya aku bisa tau tinggi ku hanya sebatas dadanya saja. Wah, aku jadi terlihat pendek sekali.

"Heeehh...!!!"  Seru ku terkejut saat ku tahu siapa yang ada di depanku.

Namja yang tadi ku tabrak.

"Apa sudah kau taruh di meja guru Yang? " Tanyanya tanpa peduli ekpresiku yang kaget setengah mati. "Dan apa guru Yang tahu kau sudah menaruhnya di sana?" Imbuhnya sebelum sempat kujawab pertanyaan yang pertama.

"Sudah dan belum." Jawab ku singkat.

Yang ku dapat hanya pandangan dengan kernyitan di dahinya. Tanda tak mengerti.

"Sudah ku taruh. Guru Yang tak ada jadi ya aku tak ketemu sama dia. Lagi pula nanti di juga tau kalau ada yang mengumpulkan tugas di mejanya. Ah, sudah ya, aku ada urusan yang lebih penting dari ini." Tukasku sembari hendak melangkah meninggalkan namja itu.

"Ku bilang kau harus bertemu dengannya dan menyerahkannya langsung. Baru aku mau memaafkanmu. Kalau tidak kau akan tau nanti akibatnya." Katanya dengan di iringi dengan seringaian tajam yang membuat aku bergidik. Tapi, tentu saja ku sembunyikan perasaan takut ku.

"Sudahlah, kalau kau tak mau memaafkanku tak apa. Yang penting aku tak mau berurusan dengan yang namanya guru Yang Jung So." Kataku sambil pergi berlari meninggalkan namja itu sebelum dia berhasil menangkapku.

"HE.. AKU MASIH BELUM SELESAI!!!! JANGAN COBA-COBA LARI DARIKU!!! AWAS SAJA!!!! AKAN KU BUAT PERHITUNAGAN DENGANMU!!!! DASAR GADIS MESUM!!!!"

Tbc

First Love In DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang