PERHITUNGAN

4 1 0
                                    

Aku tak kenal dan tak mau kenal. Entah dia menarik atau tidak tak ada urusan denganku.

*****

"HE.. AKU MASIH BELUM SELESAI!!!! JANGAN COBA-COBA LARI DARIKU!!! AWAS SAJA!!!! AKAN KU BUAT PERHITUNAGAN DENGANMU!!!! DASAR GADIS MESUM!!!!"


Teriakan yang sangat jelas ku dengar dari seorang namja bertubuh tinggi tegap berwajah tampan yang tak ku tau namanya. Tanpa peduli aku berlari menghindar darinya. Jengkel. Karena dia membuat pagiku terasa ribut.

***

BRUK..!!

Kulempar tas sekolahku di atas meja dengan sangat emosi. Tak ku pedulikan tatapan Hyo Ra padaku yang penuh amarah karena aku terlambat membantunya menyelesaikan tugas. Yang ku pikirkan sekarang adalah kata-kata namja tadi. Cah, bisa-bisanya mengataiku seperti itu. Membuat aku emosi saja.

"Atas dasar apa mengataiku seperti itu. Siapa dia menjengkelkan." Gerutuku.

"Yak, In Ha-ya apa yang kau bicarakan?? Pagi pagi sudah meracau tak jelas." Hyo Ra tampak bingung dengan tingkahku. Tapi,masih ku lihat dia sedikit marah padaku.

"Ini semua gara-gara tugas sialan itu. Di tambah lagi kau yang selalu menyuruhku datang tepat waktu. Aih... menyebalkan sekalai!!"

"Kenapa aku di bawa-bawa?? Aku bahkan tak tau apa-apa." keluh Hyo Ra kesal.

"Ya, kau memang tak tau apa-apa. Tapi, gara-gara aku berlari untuk bisa tepat waktu sampai disini aku jadi menabrak seorang namja aneh. Mengesalkan sekali. Di tambah lagi, bisa-bisanya aku menurut begitu saja kata-kata yang di perintahkannya. Setelah itu dia meneriakiku dengan sebutan mesum segala. Apa itu masuk akal?? Atas dasar apa dia mengatakan itu." kataku menggebu-gebu.

"Apa kau sudah selesai cerita??"

"Ya, sebenarnya masih ada lagi. Tapi,itu intinya."

"Apa dia keren??" pertanyaaan macam apa itu. Dasar HyoRa gadis aneh. Bukannya menanggapi malah pertanyaan aneh keluar dari bibirnya yang selalu crewet.

"Kenapa malah bertanya seperti itu?? Menggelikan." kataku dengan tatapan heran dan kesal pada sahabatku yang satu ini.

"Kalau dia keren dan tampan pasti aku tak akan menolaknya." Dengan wajah berseri seri dia mengatakan itu di hadapanku. Kalau saja dia bukan teman baikku pasti sudah ku acak-acak wajahnya.

"Dasar kau itu selalu saja, yang menyangkut masalah namja selalu nomor satu. Kau itu.. ah... sudahlah." kesalku tak mau berdebat lagi dengannya. Karena tak akan ada habisnya.

"Kau itu memang kebalikan dari diriku. Aku suka semua hal tentang pria keren tapi kau sama sekali tak tertarik dengan yang satu itu. Kadang aku bertanya apa kau ini normal??"

"Yak!!! Shim Hyo Ra jaga ucapanmu! Tentu saja aku masih normal. Kau ini temanku bukan, sih?!" Aku semakin jengkel saja dengan ulah sahabatku ini. Mengataiku seenak kakinya. Dasar tak berperasaan. Lagi-lagi, ingin sekali ku acak-acak wajahnya itu.

"Hehe,, habis kau tak pernah bicara soal yang begituan. Maksudku namja. Jadi aku bertanya-tanya soal itu. Apa kau tak berpikir atau tertarik pada makhluk yang satu itu?"

'Pertanyaan macam apa itu kenapa membuat jantungku terkejut? Apa memang aku tak normal seperti yang Hyo Ra katakan? Tidak kan??' tanyaku dalam hati.

"Aku hanya tak tertarik saja." Tukasku singkat.

TEEET TEEET....TEEET..
Tanda jam pelajaran harus di mulai. Kuakhiri obrolan ku dengan Hyo Ra. Dan mulai berkutat pada pelajaran.

Akhirnya pelajaran berakhir. Saatnya istirahat dan makan siang. Ku seret Hyo Ra yang sedang asik ngrumpi masalah cowok untuk menemaniku makan di kantin. Tak ku pedulikan omelannya yang panjang kali lebar jadi luas itu. Aku kesal kalau harus makan sendirian.

"Aapa apaan, sih!! Menyeretku seolah aku ini barang saja." Gerutunya yang tak ku pedulikan.

"Temani aku makan!"

"Ya, Memeng siapa yang biasanya menemanimu makan? Bukankah cuma aku. Tak perlu menyeretku segala. Ish... seperti anak kecil saja."

Tanpa ku pedulikan ocehan nya. Ku bawa ia kekantin. Menyeretnya seperti orang bodoh. Tak peduli ia kesal sekali padaku. Sekarang ini aku hanya ingin bercerita panjang lebar tentang kejadian tadi pagi. Kejengkelan ku masih penuh. Aku butuh pelampiasan.

Tepat sepuluh meter sebelum masuk ke kantin, ku dapati satu pemandangan yang sedikit familiar. Sesosok namja tampan bersandar di dekat pintu masuk kantin. Banyak gadis-gadis yang menyapanya dan seperti mengajaknya masuk tapi si namja enggan dan menolaknya. Sontak aku berdiri membatu dan berusaha putar balik. Membuat Hyo Ra terheran-heran.

"Yak, katanya mau makan kenpa berhenti di sini?" kesal Hyo Ra.

Aku berbalik dan berbisik pada Hyo Ra "Apa kau lihat namja yang di sana?"

"Maksudmu yang di sana itu yang di depan kantin dengan banyak gadis mengerubunginya seperti gula di semuti itu?"

"Iya. Eh, apa maksudmu seperti gula di semuti?"

"Entahlah, hehe..."

"Aku harus menghindar darinya, ayo pergi!!" ajaku.

"Tapi,sepertinya dia kemari."

"Makanya cepat pergi."

Ku seret HyoRa dan bergegas pergi dari sana secepat mungkin sebelum dia menangkap ku. Eh, kenapa aku berpikir begitu? Seharusnya kan aku bersikap biasa bukannya malah kabur. Aku sudah selesai berurusan dengannya.Titik.

Sudah ku putuskan. Aku akan menghadapinya. Kuputar tubuhku dan kembali tak lupa HyoRa tetap ku pegang erat. Pasti setelah ini aku kena Omelan darinya, karena sikap plin planku.

Namja itu sudah di depanku. ku berusaha melewati nya. Sial, dia tak mengijinkan ku lewat.

"Yak, apa maumu?" Kesal ku.

"Kita belum selesai, dasar gadis mesum." Balasnya dengan nada penuh benci padaku.

Apa-apaan dia ini mengataiku seperti itu. Aku ini gadis baik baik. Dasar tak waras.

"Atas dasar apa kau mengataiku seperti itu, eoh? Urusan kita sudah selesai!!" Teriak ku emosi.

Tiba-tiba di memegang tanganku erat dan menyeretku tanpa bisa ku lawan. Banyak pasang mata yang menyaksikan kejadian itu. Tak terkecuali HyoRa yang hanya memandang ku tak bergeming. Sementara aku pasrah.

Di seretnya tubuh mungil ku kesebuah lorong sepi entah di mana ini aku tak tau. Padahal ini sekolahku tapi tempat yang asing. Di lemparkan tubuhku ke dinding dan tangannya mengunci diriku. Aku tak bisa berkutik. Aku terengah-engah.

"APA MAUMU??!!!" bentak ku.

"APA KAU TAU APA YANG TELAH KAU PERBUAT PADAKU??" jawabnya penuh emosi yang terpancar dari tatapan matanya yang berapi-api. Aku bergidik ngeri di buatnya.

"Lihat, siku ku jadi lecet gara-gara ulahmu. Kau tau betapa berharganya setiap bagia tubuhku." lanjutnya tak lupa di sertai seringaian mengerikan.

Aku bisa melihat sedikit luka gores di siku sebelah kanannya. 'dasar anak manja' batinku. Luka sekecil itu saja di besar-besarkan. Aku yang sering jatuh dan banyak luka gores saja tak masalah. Dia kan namja, memalukan kalau tak punya luka seperti itu sepanjang hidupnya.

"Dasar."dengusku.

"Apa kata mu!!?" balasnya penuh emosi.

"Ku bilang DASAR. Apa kau tak dengar? Kau ini namja macam apa membesar besarkan luka kecil seperti itu?" Aku tak tahan lagi kalau hanya diam tak menggapai. Aku benci di tindas.

"Setiap inci tubuhku berharga mahal. Apa kau tak tau siapa aku, eoh!?"

"Siapa peduli kau ini siapa, aku tak suka ya dengan sikap sok mu itu!" Sekarang tak ada lagi rasa takut dengan seringaian tajamnya itu. Ku balas tatapan tajamnya dengan pelototanku yang paling mematikan.

"Akan ku buat kau menyesal mengatakan itu. Ingat itu." Katanya penuh kesungguhan dan pergi meninggalkanku begitu saja.

"Huufh... apa aku gila? Darimana aku punya keberanian seperti itu. Tapi ini melegakan pria aneh itu sudah pergi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First Love In DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang