Last Change -Bagian 1-

79 20 4
                                    

"Good morning, Rafleta sayang." Seperti biasanya, setiap pagi Gery selalu datang ke rumah Rafleta untuk menjemputnya pergi ke sekolah.

Rafleta yang baru sampai di hadapan Gery tampak memasang raut wajah yang malas. Malah ia langsung masuk ke dalam mobil tanpa berbicara apapun pada Gery. Tidak usah ditanya, Rafleta cuek dan masa bodoh dengan apa saja yang menurutnya tidak penting.

Gery mengendikkan bahu nya lalu masuk di jok pengemudi.

"Gold jewelry shining so bright strawberry champagne on ice lucky for you that's what i like....th— yahhh... Kok dipatiin sih, Ra. Lagunya bagus tau."

"Bodoamat, lo berisik. Nyetir aja yang bener, ntar kalo kenapa-kenapa gimana?!"

Dengan menahan kesalnya Gery menurut, entah kenapa ia tidak bisa membantah Rafleta. Dan Rafleta malah asyik memainkan ponsel nya setelah radio itu tak lagi terdengar suara.

"Ra, tolong ambilin hp gue dong."

"Ambil sendiri,"

"Yahh... Rafleta, ambilin cepet."

Rafleta berdecak. "Mau apa sih, Ger? Gue bilang kan lo fokus nyetir aja. Ngeyel banget ih."

"Gue bete, lo sih lagi enak-enak nyanyi dipatiin, yaudah sekarang ambilin hp gue."

"Gak mau."

Gery terus merengek seperti layaknya anak kecil. Hingga tiba-tiba terdengar suara.

Ciiitttt

Tubuh mereka seperti terhuyung ke depan begitu saja. Rem yang mendadak dilakukan Gery untung saja tidak berakibat fatal.

"Rafleta, lo gapapa kan?" Tanya Gery setelah ia menetralkan nafasnya.

Rafleta diam, seperdetik kemudian matanya menatap ke arah dimana mata Gery berada, Gery pun menatap tatapan itu dengan intens. Bagaimana tidak, didalam mata Gery terlihat bahwa ia cemas.

"GUE BILANG JUGA APA! LO SELALU GAK MAU DENGER OMONGAN GUE. LO BERTINDAK SESUAI YANG LO MAU. GUE BENCI SAMA LO, GERY!" Lalu Gery tersontak kaget setelah mendengar bunyi kenop pintu mobil yang keras.

Wajah cemas Gery pias. Gery tau ia salah, Gery juga tau ia selalu konyol. Tetapi Rafleta selalu bersikap kasar. Gery hanya diam memandang punggung Rafleta yang semakin lama semakin jauh. Gery rasa ia tidak perlu khawatir, letak sekolah sudah tidak jauh dari tempatnya sekarang.

Dasar cewe aneh, untung-untung gue cemasin. Kalo bukan pacar aja, udah gue goreng lu!

***

"Kenapa lagi, Ra?"

"Tau ah, gelep!"

Ellen -Teman sebangku Rafleta- pun mengangkat kedua alisnya. Melihat Rafleta yang tiba-tiba datang melempar tas ke atas meja lalu duduk dengan sebal adalah hal yang tidak akan dilakukannya jika ia tidak sedang ada masalah.

"Gara-gara Gery, ya?"

"Siapa lagi kalo bukan dia."

"What him do it this time? Dia jalan sama Sandra? Atau udah ada yang baru lagi? Atau dia ketahuan mabuk? Atau—"

Last ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang