4. Katanya Sih Tetangga, Tapi Kok?

27.7K 119 0
                                    

17+
Don't copy
Please vote guys

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Panggil dia kak Hans. Jangan-jangan. Kalian jangan ikut-ikutan memanggil dia kak Hans.
Dia lelaki yang tampan dan tinggi. Dia hanya milik ku. Haha gila? Tidak. Aku hanya melampaui batas kewajaran sebagai seorang tetangga. Peristiwa itu pun tak sengaja.

Kak Hans adalah anak dari tetanggaku. Rumahnya tepat di depan rumahku. Kami sudah bertetangga lama sekali. Keluarga Pak Ari (ayah kak Hans) pun sudah sangat mengenal keluargaku. Dari kecil, sekitar umur 4 tahun aku sudah di asuh oleh Bu Ari. Mengapa? Karena orang tua ku bekerja dari pagi sampai sore. Mereka bisanya hanya menjelang malam untuk mengurus aku dan kak Liya (kakak perempuanku).

Oh ya, aku belum memperkenalkan. Panggil saja aku Mawar. Bukan bukan.. aku bukan seorang pedagang nakal.
Panggil aku Ela. Usiaku dengan kak Hans hanya berjarak 4 tahun. Saat ini usiaku 18 tahun. Dan kak Hans 22 tahun. Bukan masalah kan?

Dari umur 4 tahun aku sudah bermain dengan kak Hans. Sampai sekarang pun masih bermain. Ya aku tahu kalau dia sudah punya pacar. Tapi kalau gini, pacarnya bisa apa? Mau jadi istri ke dua? Haha. Emang jodoh itu nggak kemana.

Meskipun kak Hans punya pacar, tapi kalok ada apa-apa pasti ceritanya ke aku. Awal-awal aku masih berpikir bahwa dia hanyalah tetanggaku yang sudah ku anggap sebagai kakak ku. Lama kelamaan pikiranku tentang hal itu runtuh rata dengan tanah. Aku merasa bahwa dia adalah segalanya. Bagaimana aku bisa berpikir seperti itu? Aku juga bingung.

Waktu itu, kak Hans dan aku di tinggal oleh orang tua kita pergi beli kebutuhan sehari-hari. Mereka sudah biasa melakukan belanja bulanan bersama. Kadang aku dan kak Hans ikut. Tapi karena aku ngantuk dan kak Hans ada temennya jadi kita tidak ikut. Kalau aku sendirian di rumah biasanya aku akan tidur di kamar kak Hans. Nggak apalah. Kan kita sudah seperti saudara. Sudah biasa kok.

Aku pun tidur di kasurnya kak Hans hanya memakai celana pendek dan baju yang tidak ada lengannya. Itu pakaian yang sudah biasa aku kenakan.

Beberapa menit kemudian, aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh bokongku. Aku tidak perduli. Lalu aku tidur lagi. Namun lama kelamaan sesuatu itu naik ke punggungku dan beralih merabah kaitan bh ku. Aku pun bangun dan kagetnya diriku ternyata kak Hans yang melakukan.

Kak Hans menutup mulutku dan menjatuhkan badanku ke kasur. Dengan kasar dia langsung menindihiku dan mencium bibirku dengan rakus. Aku pun mendorong-dorong tubuh kak Hans. Tapi apa boleh buat, badan kak Hans lebih kuat dari aku. Akupun akhirnya memukul-mukul punggungnya. Kak Hans malah berganti menciumi leher ku dan membuat bekas gigitan.

"awwww", ringisku.

Dia membuat bekas nya banyak sekali. Dia melepaskan baju yang ku pakai dengan cepat. Kemudian mencium payudaraku. Ku rasakan geli-geli yang enak. Kak Hans memainkan puting payudara sebelah kananku yang masih dalam pembentukan. Dia pegang-pegang putingku dan diraba. Lalu berganti memainkan puting payudaraku yang sebelah kiri. Dan yang payudara ku yang kanan ia remas.

"Ahh... Ahh... Ahh...", tiba-tiba ku mengeluarkan suara desahan. Dan desahan ku itu membuat kak Hans berhenti melakukan aktivitas meremas payudaraku. Ia melihat ku. Dan aku hanya bisa menggigit bibir bawahku.

"Aku suka payudaramu dan ekspresi mu sayang", ia mencium sekilas bibirku lalu kembali meremas kedua payudaraku.

"Ahh... Geli kak.. Ahh... "

Dia memendamkan wajahnya ke lembah payudaraku (tengah, antara payudara). Kepalanya menggesek-gesek lembah payudaraku dengan cepat. Dan itu membuat aku tambah geli.

Bibir kak Hans kembali beraksi. Bibirnya turun ke perut lalu menjilat-jilat perutku. Ada jilatan yang membentuk lingkaran, kotak, abstrak, dan lain-lain. Kak Hans menurunkan celana yang ku pakai. Menyisahkan celana dalam. Ia menyuruh melebarkan pahaku. Tanganya tak tinggal diam. Ia meraba-raba daerah sensitifku yang ada rambut-rambutnya. Dengan tak sabar ia langsung merobok celana dalamku berwarna pink. Ia menjilati bagian v ku dengan rakus. Ku rasa aku akan pipis. Ku keluarkan saja cairan itu.
Crottt.
Kak Hans langsung menelan cairanku.

Wuekk, jijik banget kak Hans. Batinku.

"Aku suka punyamu sayang.. Lezat", kak Hans menjilati selakanganku yang terkena cairanku tadi.

Aku merasakan ada hawa-hawa yang membuat rasa enak. Badanku menggeliat ke atas.

"Ahh.. Ahh... E-e nak ka-k... Ahhh"

Kak Hans tiba-tiba menurunku celana boxer nya dan mengeluarkan sesuatu yang panjang dan besar milik nya. Omegatt, aku tercengang. Tanpa aba-aba ia langsung memasukan penisnya ke dalam vagina ku. Dan tangan kak Hans memegang pinggulku. Memaju mundurkan pinggulku.

"Aaaaaa.. Sakit kak sa- kit... Hikshiks", tangisku pecah saat penis kak Hans di sodokan ke dalam vaginaku.

"Sa... kitt kakk... Ahhhh... ", tanganku meremas seprai kasur. Hawa panas merasuki kamar ini. Wajahku bercucuran keringat.

"Bentar lagi nggak sakit sayang... Sabar...", katanya yang terus menyodokan batangnya ke dalam vaginaku. Ku rasakan milik kak Hans sudah masuk dan memecahkan sesuatu di dalam sana.

"Aaaaaa... Hikshiks", jerit ku.

Ku lihat ada darah yang keluar.

"Nah bentar lagi enak kok sayang", dia terus menyodokan penisnya. Dan kurasakan lama-kelamaan perlakuan kak Hans saat ini enak.

"Ahh.. Ahhh.. ", desahku dan ku hanya bisa mengikuti gerakan kak Hans.

*

Peristiwa itu membuahkan hasil. Saat ini aku hamil dari hasil praktek nya kak Hans. Sudah 1 bulan. Terpaksa aku harus keluar dari sekolah dan menikah dengan kak Hans.

Awalnya orang tua ku dan kak Hans kaget. Kak Hans pun di ceramahi panjang lebar oleh Pak Ari. Tapi ya gimana. Itu adalah resiko kak Hans karena sudah membuat aku begini. Terus pacarnya kak Hans kemana?
Kak Hans akhirnya memutuskan pacarya.

LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang