"Yein-ah, apa kamu menyukai jungkook? Apa tidak ada tempat tersisa untukku?"
***
"aaa telaaaat!"
Teriakku begitu melihat jam dinding menunjukkan pukul 6.40 am.
Mandi, ganti baju, dandan. Semua aku lakukan terburu-buru. Setelah semua selesai, aku langsung berlari menuju sekolah.
Karna tidak punya banyak waktu, aku tidak sempat sarapan. Aku terus berlari di bahu jalan menyusuri kota seoul yang ramai. Tidak peduli tatapan orang-orang, yang penting bisa sampai tepat waktu.
Di hari senin, pintu gerbang sekolah ditutup jam 7.00 am. Aku melirik jam tanganku, 6.58
Oh tidak, pasti terlambat
"Yein-ah, cepat naik"
Kata Jimin, teman sekelasku yang terkenal 'badboy'
Aku pun naik tanpa fikir panjang. Jimin langsung melajukan motornya kesekolah. 1 menit lagi, jimin semakin melajukan motornya. Tanpa sadar aku memeluk jimin karna laju motornya 80km/jam.
Sekolah sudah terlihat, gerbang sekolah belum ditutup. Aku dan jimin lolos dari hukuman membersihkan WC dan gudang lantai 2.
Tepat waktu. Aku hanya meletakkan tasku di teras kelas kemudian berbaur di barisan.
Aku melirik ke samping kanan, nampak jungkook yang baru datang juga, sama sepertiku.
Kook-ie juga terlambat
Mata kita saling menatap. Aku tersenyum kepadanya tapi dia hanya menatapku sinis. Ya, itu sering terjadi.
***
Jam 7.30, upacara telah selesai. Semua murid pun masuk ke kelasnya masing-masing.
Aku masuk kedalam kelas dan duduk di kursiku. Aku menatap ke arah tempat duduk jungkook dan taehyung. Mereka adalah teman sebangku. Jungkook ada, tapi tidak dengan taehyung.
mungkin dia terlambat? Atau memang tidak sekolah?
Fikirku.
"Yein-ah, kamu sudah mengerjakan pr Biologi? Sebentar lagi Jang ssaem akan masuk" tanya sujeong.
"Sudah dong"
Aku menjawabnya dengan semangat karna aku sudah mengerjakannya dari jauh-jauh hari. Tapi wajahku perlahan memucat. Keringat dingin bercucuran. Ya, aku lupa membawa buku nya!
Tanganku gemetaran. Jang ssaem sudah berada di depan pintu.
"Beri hormat"
"Selamat pagi pak!" Sahut semua murid serentak.
"Letakkan pr kalian di atas meja" perintah jang ssaem.
Aku semakin panik, aku melihat semua temanku. Nampaknya bukan aku saja yang terlihat panik. Ada satu orang yang bernasib sama denganku.
"Siapa yang tidak mengerjakan?" Tanya jang ssaem.
Dengan gugup, aku mengangkat tanganku. Aku melihat kearah orang yang panik tadi. Dan benar, dia juga sama denganku.
"Jeon jungkook, Jeong yein, dua murid berprestasi tidak mengerjakan pr. Bikin malu saja. Kalian tau kan hukuman apa yang harus diberikan kalau tidak mengerjakan pr? Kalian tidak boleh mengikuti pelajaran saya selama satu bulan! Jadi, silahkan..."
"Sebentar pak!" Aku menyela pembicaraan jang ssaem.
"Anu, pr jungkook ketinggalan bersama prku di rumahku. Aku menyontek pr nya dan lupa membawanya" jawabku menunduk dengan suara gemetar.
Aku tau, aku berbohong.
Satu kelas menatap kearahku. Jungkook menatapku heran.
"Benarkah itu Jeon jungkook?" Tanya jang ssaem.
Aku memberikan kode isyarat kepada jungkook agar meng'iya'kan pertanyaan jang ssaem.
"I.. iya" jawab jungkook ragu sambil tertunduk sepertiku.
"Melibatkan orang lain agar mendapat hukuman yang sama sepertimu, itu memalukan jeong yein. Jeon jungkook, kamu bisa tinggal dalam kelas dan jeong yein silahkan keluar"
Aku berdiri dari kursiku dan berjalan keluar. Satu kelas meneriakkanku.
Aku keluar dan duduk di teras kelas. Aku menenggelamkan wajahku di kedua telapak tanganku sambil menangis.
Bahkan dia masih tega menatapku seperti itu saat aku membelanya.
Batinku dalam hati.
Aku menghapus air mataku, kemudian termenung.
Aku tau, semua yang aku lakukan sia-sia. Aku tau, apapun yang aku lakukan demi dia aku akan tetap dapat pandangan yang sama dari dia. Pandangan tidak menyenangkan.
Aku sadar, aku membela orang yang sama sekali tidak mengharapkannya dariku. Aku sadar, aku bodoh. Tapi, aku tidak mau mengingkari janjiku.
Kita dulu pernah berjanji, dengan bulan dan bintang malam yang menjadi saksinya.
Dari ekor mataku, aku melihat seseorang berjalan kearahku.
"Yein-ah"
Aku mendengar suaranya yang pelan memanggilku.
"Neo gwaenchana?"
Tanya nya sambil duduk disampingku.
Aku menganggukkan pertanyaannya.
"Kenapa kamu terlambat taehyung-ah?" Aku kemudian bertanya padanya.
Bau pembersih toilet tercium jelas dihidungku. Dia pasti habis membersihkan toilet.
"Telat bangun hehe" jawabnya
"Haruskah aku jujur padanya kalau aku telat bangun karna memikirkan pertanyaannya kemarin?"
Batin taehyung.
"Kamu kenapa diluar?"
"Aku lupa membawa prku"
"Haha dasar. Masih muda udah pikun. Penuaan dini nih" katanya dengan nada mengejek.
Kehadiran taehyung kali ini sedikit menghibur. Aku bisa tertawa disampingnya.
Aku tertawa bersama taehyung. Kami bercerita banyak hal. Dia juga bercerita tentang sifat jungkook. Jungkook ternyata masih seperti yang dulu. Masih seperti jungkook yang dulu aku kenal.
"Benarkah itu taehyung-ah?"
"Iya"
Sesekali aku meyakinkan yang dibilang taehyung. Jungkook bukan berubah. Spesifiknya, jungkook berubah di depanku. Dia menjadi orang yang pendiam, bahkan terkesan galak apabila didekatku. Aku bingung kenapa dia jadi begini.
"Kenapa kamu terus bertanya tentang jungkook, yein-ah?"
Shit! Pertanyaan taehyung langsung membuatku gugup.
"Eh, ah ani. Hanya saja dia terlalu pendiam jadi tidak begitu mengenalnya" jawabku bohong.
Haruskah aku jujur pada taehyung kalau kami sudah berteman sejak kecil? Bahkan sempat dijodohkan oleh orang tua kami? Apa harus aku jujur ke taehyung kalau sebenarnya aku.. menyukai jungkook?
Annyeong readers!! ^^
Update lagi nih hehe
Gimana part 3 untuk Im(possible) ini?
Makin gaje yah? Atau pendek? Membosankan? Itu semua harap dimaklumi karna author masih amatir 🙈
Maka dari itu, vote&comments kalian sangat berharga untuk cerita ini 💕
Dan terima kasih untuk kalian yang telah membaca cerita ini yaa :DJangan lupa voments 💕💕
See u at next part 👋

KAMU SEDANG MEMBACA
Im(possible)
Fanfictie❝Pain is when you fall in love alone❞ 『Jung Yein』 ❝Pain is when you fall in love but you can't tell her❞ 『Jeon Jungkook』