Sujeong mendiamkan Namjoon pagi ini. Dia masih kesal pada Namjoon yang benar-benar keras kepala. Ya, Sujeong memang sudah memahami alasan Namjoon melarangnya bekerja, tapi Sujeong tidak bisa terus-terusan seperti ini.
"Kau ingin mendiamkanku sampai aku kembali bekerja?" tanya Namjoon yang sudah rapi, siap untuk pergi ke kantor.
Namjoon menarik kursi di meja makan dan duduk di sana. Menikmati sarapan roti tawar dengan selai kacang favoritnya ditemani secangkir teh panas. Sementara Sujeong menyibukkan diri menyiapkan bekal untuk makan siang Namjoon, tidak menjawab pertanyaan Namjoon bahkan hanya dengan menggumam.
"Kita tidak seharusnya bertengkar untuk masalah yang sama. Kita sudah membahas masalah itu, Sujeongie," ucap Namjoon mengingatkan Sujeong kembali.
Sujeong masih diam dalam kesibukannya. Dia memang setuju dengan Namjoon. Tidak seharusnya mereka kembali berdebat untuk masalah yang sama. Mereka sudah menyelesaikan perdebatan ini waktu itu. Namun tetap saja Sujeong masih kesal.
"Baiklah jika kau keras kepala dan tetap ingin mendiamkanku. Aku tidak akan memakan bekal makan siang yang kau buatkan, ah bukan, aku tidak akan makan siang ini, siang selanjutnya dan selanjutnya," ancam Namjoon.
"Oppa!" pekik Sujeong bersamaan dengan dirinya yang menutup kotak bekal Namjoon dengan sangat keras.
Namjoon tersenyum tipis. Dia tahu Sujeong akan berhenti jika sudah menyangkut dengan jadwal makannya.
Sujeong berjalan mendekat ke arah Namjoon sambil membawa tas kecil berisikan kotak bekal suaminya. Diletakkannya di atas meja dan dia duduk di samping Namjoon.
"Kau benar- benar curang," kesal Sujeong.
Namjoon mendekatkan dirinya dan mencium kilat pipi gembul Sujeong.
"Aku tahu kau sangat menyayangiku," ucap Namjoon sambil memeluk Sujeong dari samping. "Sepertinya kita harus pindah ke Daegu," lanjut Namjoon, masih dengan memeluk Sujeong. Dia bisa merasakan Sujeong sedikit kaget.
"Ke Daegu? Kau dipindahkan ke sana?" tanya Sujeong penasaran.
"Ya, aku harus menjadi manajer di kantor cabang Daegu. Banyak karyawan di kantor sini dipindahkan ke sana, selain itu aku juga harus mengawasi pekerja-pekerja baru di sana. Bisnis pengiriman barang lewat pos sedang bagus-bagusnya sekarang, apalagi di Daegu," jelas Namjoon.
"Jadi kita akan benar-benar menetap di Daegu?" tanya Sujeong yang sedikit kecewa. Dia sudah merasa nyaman tinggal di Seoul.
"Kita memang harus menetap di sana, sayaaaang," ucap Namjoon gemas dan mencubit pipi Sujeong.
"Baiklah, kita bisa membicarakan itu lagi nanti. Sekarang kau harus berangkat bekerja, Oppa," ucap Sujeong sambil merapikan jas Namjoon kemudian mencium kilat bibir pria itu.
=_=_=_=_=
Semuanya berjalan begitu cepat bagi Sujeong. Setelah pembicaraan tentang rencana kepindahan mereka ke Daegu, mereka langsung mempersiapkan segalanya untuk segera pindah ke sana. Mereka juga sudah merundingkan ini dengan keluarga masing-masing.
"Kau yakin sudah membawa semuanya?" tanya Namjoon yang membantu Sujeong memasukkan koper-kopernya ke bagasi mobil.
"Aku yakin sudah semuanya," sahut Sujeong.
Namjoon dan Sujeong hanya membawa barang yang dibutuhkan saja, sisanya ikut mereka jual bersama dengan apartemen. Setelah berunding dengan keluarga besar, keduanya memutuskan untuk menjual apartemen mereka dan membeli yang baru di Daegu.
"Aku akan sangat merindukan kota ini," gumam Sujeong yang sudah duduk di kursi penumpang, di samping Namjoon.
"Kau akan cepat beradaptasi di sana nanti," Namjoon menguatkan Sujeong sambil mengusap lembut surai kecoklatan istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[C] I Can't Hold It Any Longer [Kim Namjoon - Ryu Sujeong]
FanfictionPasangan muda yang begitu dimabuk asmara sehingga mereka memutuskan untuk menikah tanpa memikirkan bahwa menjalani kehidupan rumah tangga tidaklah semudah yang mereka bayangkan. Bagaimanakah kehidupan rumah tangga keduanya?