ㅡBintangku hilang! Kesadaranku melayang! Kita terperangkap!
***
"Sekarang, Hoseok-hyung tidak ada kabar. Akan terjadi apa lagi?"
Jimin melirik kaget mendengar ucapan dari Taehyung. Dia membuang wajahnya, malah terlihat seperti orang salah tingkah.
"Jim, ada apa?" lagi-lagi Taehyung berbicara. "Kau mengetahui sesuatu tentang keberadaan Hoseok-hyung?"
Tentu, hampir seminggu aku merawatnya yang masih koma di rumah sakit.
"Tidak, aku tidak tahu. Aku juga cemas, di mana dia sekarang berada, ya?"
Jungkook menggaruk-garuk kulit kepalanya yang tidak gatal. "Kau ini, Hyung," ucapannya mengarah pada Taehyung. "Dalam keadaan seperti ini, masih sempat curiga dengan orang lain."
"Bukan seperti itu, Kook. Aku khawatir, segala kemungkinan bisa terjadi. Bagaimana kalau dia melakukan hal yang sama sepertiㅡ"
"Cukup, Tae." potong Namjoon. "Hilangkan pikiran-pikiran negatifmu itu. Hoseok-hyung tidak akan nekat melakukan hal seperti itu. Aku yakin."
Jimin berkeringat dingin, batin dan otaknya sedang berperang saat ini. Ia bimbang, akankah ia bercerita atau tidak. Melihat keadaan yang masih buruk, mana berani ia mangatakan hal yang sebenarnya. Justru segalanya akan semakin berantakan. Ia yakin, pikiran mereka semua masih kacau, terlebih perasaannya. Yoongi, masih terpatri dalam kenangan dan ingatan. Tak seorang pun dari mereka mudah mengabaikan dan melupakan. Semakin berusaha, rasanya akan semakin menyiksa.
"Ah, Hyung! Aku, kan, hanya khawatir. Apa aku salah?" nadanya sedikit meninggi, menyebabkan Namjoon dan Seokjin menghela napas panjang.
Seokjin menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya yang ia tekuk. Enggan berkomentar apa pun, tak tahu lagi bagaimana caranya menghadapi situasi. Ia malah berpikir untuk membakar bunga lili di rumah.
"Kau tidak salah, tapi cobalah tenang. Hari ini kita bertemu setelah kematian Yoongi-hyung. Tak ada alasan ke mari, mungkin Hoseok juga memiliki alasan mengapa ia tidak memberikan pesan kabar," ujar Namjoon yang malam ini terlihat berbeda dengan setelan kaos dan celana jeans selutut. Tidak biasanya pria ini mengenakan pakaian seperti ini, biasanya ia pakai celana panjang dan berbalut jaket. Malam ini ia kelihatan lebih sederhana.
"Baiklah, maafkan aku. Pikiranku terlalu kekanak-kanakkan." Taehyung berdiri dan membuat langkah menjauh. Lagaknya akan keluar dari markas, atau sekedar mencari udara segar dari ambang pintu.
Jimin mendongak memandangi punggung datar Taehyung. "Kau mau ke mana?"
"Pergi."
"Jangan sakit hati dengan perkataanku," dia, Namjoon sedikit memalingkan wajahnya dari tatapan sengit Taehyung.
"Tidak, aku hanya malas saja di sini. Aku seperti orang bodoh yang ada di antara orang-orang jenius. Tak pernah dihargai," senyumnya tipis dan tampak dipaksakan. "Biar aku akan mencari Hoseok-hyung, sebelum hal-hal buruk terjadi."
Namjoon berdiri hendak menghampiri Taehyung, namun sayang lelaki itu sudah berlari dan menghilang.
"Apa aku salah berkata seperti itu?" kesah Namjoon, dibalas gelengan kecil dari keempat sahabatnya yang masih tersisa di markas.
Senyap.
***
"Jungkook, tersenyumlah pada kamera." pinta Seokjin pada sahabatnya yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need You [BTS FF] [Complited]
Fantasía[BUTTERFLY REVISION] Masalahnya hanya sinting. Mereka datang sebagai bayangan, dan menyembunyikan sesuatu yang tidak patut dimengerti. Kim Taehyung, nama pria itu. Pilihannya hanya dua, ia sembuh dengan membunuh 'mereka' atau tetap sakit dan menghid...