Part 21

13.3K 482 41
                                    

Hari ini Mamak dan Bapak sedang pergi ke Siantar untuk menghadiri pesta pernikahan kerabat mereka di sana. Kemungkinan mereka akan lama berada di sana. Karena akan ada banyak acara adat yang harus diikuti sampai acara selesai.

Bi Asih dan Pak Usuf sudah pulang ke rumahnya. Setelah selesai menyelesaikan tugas, Fandi menyuruh mereka berdua untuk istirahat saja di rumah dulu. Dan Fandi tidak perlu repot - rept jika butuh bantuan nanti, karena rumah Pak Usuf dan Bi Asih bersebelahan dengan rumah orang tua Fandi dan terhubung dengan pintu samping halaman rumah.

Fandi dan Almira di rumah hanya berdua sekarang ini. Keadaan yang seperti ini membuat Fandi merasa dunia dan rumah ini hanya miliknya dan Almira saja. Dia bisa berdekatan dengan Almira kapan saja dan di mana saja.

"Ah... Nikmat Tuhan mana lagi yang mau di dustakan" ucapnya ketika semua orang pergi dan hanya menyisakan dia dan istrinya.

Karena Bapak dan Mamaknya menginap selama lebih dari seminggu di Siantar, kesempatan langka ini akan dipergunakan Fandi dengan sebaik - baiknya. Bahkan rencananya dia ingin mengulur waktu kepulangannya ke Jakarta bersama Almira. Mumpung masih di sini, kalau udah di Jakarta waktuku akan terbagi dua dengan pekerjaan pikirnya.

Ditambah lagi tak ada para pengganggu yang berkeliaran di rumah ini. Jadi dia merasa sangat bebas. Biasanya kalau Bapak dan Mamaknya ada di rumah, ada saja yang direcoki ketika dia berduaan dengan Almira, terutama si bapak. Tak senang hatinya kalau belum mengganggu anaknya. Lain lagi dengan Mak Ros. Dia suka sekali menculik Almira untuk di ajak shopping lah, arisan lah, masak lah. Fandi hanya bisa gigit jari. Mau membantah, takut mamak balas dendam seperti kemarin.

Namun harapan tinggal harapan, senyuman lebarnya itu lenyap seketika di hari kedua. Harapan ternyata tak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Penggagu baru datang ke rumah ini.

"Assalamualaikum"ucap sesorang begitu masuk ke dalam rumah sambil menenteng tasnya

"Waalaikumsalam"jawab Fandi yang sedang duduk kemudian mendatangi orang tersebut.

"Eh...kamu ada di sini Fan. Tumben. Memangnya gak banyak pekerjaan kamu di sana ?" tanya orang yang memiliki wajah yang persis seperti Fandi sambil menggulung lengan bajunya

"Darimana aja kau bang ? Kenapa kau tak ada memberi kabar. Mamak hampir aja kena serangan jantung mendengar kau kabur begitu aja di hari pernikahanmu. Gak sayang kau lagi sama mamak kita ?"bukannya menjawab pertanyaan, Fandi malah mencecar saudara kembarnya ini dengan berbagai macam pertanyaan. Jika saja ia tak mengingat pesan orang tuanya untuk selalu akur dengan saudara kembarnaya ini, mungkin sekarang bogem mentah sudah bersarang di wajah Adrian.

"Sudahlah, aku lelah. Mau istirahat. Tolong suruh bik Asih nanti membangunkanku saat makan malam"ucap Adrian dan pergi begitu saja

"Heran aku. Terbuat dari apa hatinya itu ya. Udah buat masalah, kabur begitu saja, sekarang pulang dengan santainya macam tak terjadi apa - apa"ucap Fandi geleng - geleng kepala.

Saat makan malam tiba, Adrian sudah duduk sambil menyantap makan malamnya. Tak lama kemudian, Fandi dan Almira datang. Adrian yang merasakan kehadiran orang lain di sekitarnya, mengangkat kepalanya. Pandangannya begitu lurus dan tajam. Dan terlihat kilatan amarah di matanya.

"Bang kenalkan, ini istriku Almira"ucap Fandi memperkenalkan istrinya.

Adrian berdiri menghempaskan sendok dan mengelap bibirnya dengan serbet secara kasar kemudian menghempaskannya begitu saja.

"Kenapa kau begitu kasar bang. Apa salahku ? Aku becakap bagus - bagus samamu la"

"Bukan kau. Tapi dia. Aku jijik melihatnya. Aku pergi dulu. Selera makanku hilang jadinya karena melihat dia" ucap Adrian dan pergi begitu saja dari ruang makan

Segini aja ya readers

Vote and commentnya ya, guys

Mendadak JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang