Being dumb on last day

37 6 8
                                    

                  

Sesampainya di rumah, keadaan sangat sepi. Ah tidak­, suara dengkuran kucingku terdengar jelas. Ayah dan Ibu? Mungkin mereka sedang menikmati waktu berdua di luar entahlah aku tak terlalu memedulikannya.

"Hey Kiko! Merindukanku? "

Bagus Jennie! Menyapa kucing yang sedang tidur? Kau sekarang mendapat jawabannya bahwa dia tidak peduli kau pulang atau tidak, lebih baik kau masuk kamarmu sekarang.

Oke, kepala berhenti berbicara! Kau selalu mengkritikku.

Perbincangan dengan kepalaku ini cukup menguras kesabaranku untuk segera tidur. Lantas aku bergegas ke kamarku yang sorry- berantakan. Sangat berantakan. Hehehe setidaknya aku nikmati dulu kamarku yang berantakan ini sebelum aku memarahi –kelak anakku nanti dan menyuruhnya membereskan kamarnya.

Kubaringkan tubuhku dengan kasar dan terdengar "Ahh.."

Mhm, itu desahanku karena bisa beristirahat.

Setelah beberapa menit menikmati sejuknya sprei-karena sekarang sudah mulai menghangat dan tak nyaman, aku teringat kembali dengan misi yang akankulakukan nanti. Aku menatap langit-langit rumah sembari mencoba memikirkan keuntungan dan kerugiannya.

Aku rasa itu ide yang bagus untuk pengetahuanku, tandai.

Tapi.. biaya dan kelengkapan alat belum tentu menjamin keselamatanku sampai kembali ke bumi, tandai.

Ah kenapa itu terlihat kuning-kuning? Merembes?

Loh kok ada bentol-bentol di situ? Apa itu sarang burung?

Aku harus mengecat ulang itu. Ya harus, tandai.

Hey tunggu- seharusnya aku memikirkan misiku... KENAPA DENGAN LANGIT-LANGIT ITU? INGIN CARI MATI?

"Baiklah, mau tidak mau aku juga harus ikut misi ini. Jika aku menolak pasti aku akan menyesal nanti." Aku mengangguk mantap. "It's time to sleep!"

****

Pagi hari yang cukup menyegarkan (itu karena aku bangun terlalu pagi, jika kau ingin tahu), setidaknya masih ada hari yang cukup menyenangkan sebelum bertemu Pak Rudie besok dan yang aku tahu di sini perutku menggerutu berulang kali. Sial! Aku baru ingat- jika papa dan mama pergi.... Itu berarti tak ada yang memasak!

KRUYUUUUUKK~ DUAAAAR~

BENAR BENAR PERUTKU MELEDAK SEPERTI SUPERNOVA!

TING TONG TING TONG!

Suara berisik! Kuharap mama dan papa yang pulang disertai makanan yang mereka jinjing,

"Kuharap begitu.. Kuharap begitu.. kuharap begitu." Mulutku terus komat-kamit sambil berjalan ke arah pintu. Entah aku merasa jantungku berdetak cepat. Aneh.. apa yang datang Ben? Oh tidak mungkin. Dengan perlahan aku tarik knop pintu dan kulihat perlahan dari ujung kakinya.

Oke, ini sepatu siapa? Aku tak pernah melihatnya... jangan bilang pencuri? Oh ya ampun apa kesalahanku...

"Jenn? Kau tak apa?"

Aku hapal suaranya!

Aku mengangkat kepalaku perlahan dan melihat wajahnya. Terpampang jelas wajah cerah Kak Matthew dengan wajah khawatir. Benar ini Kak Matthew bukan Ben! Ah syukurlah..

"O-oh Kak Matthew, kukira siapa."

"Bagaimana wajahku? Ada yang berubah?"

Aku perhatikan sekali lagi wajahnya dan mulai menyipitkan kedua mataku. Mata, hidung dan bibirnya..

Bling-bling, Boom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang