Extra Chapter 1

1.4K 140 14
                                    


Lima tahun telah berlalu, Seungwan yang mengalami duka pada tima tahun lalu itu mulai berfikir. Jika Yoongi sudah sangat bahagia didunia barunya.

Hari-harinya kini sangatlah indah bersama dengan pekerjaannya yang menyelamatkan setiap nyawa. Seungwan selalu tersenyum dengan ramah, dan melayani dengan baik.

“Selamat pagi, Dokter Wendy” sapa setiap orang pada Seungwan, mereka kerap menyebutnya dengan nama asalnya. Alasanya hanya satu, agar lebih muda memanggilnya.

“Selamat pagi, Suster Yerim. Bagaimana kabarmu? Apakah kau sudah benar-benar pulih setelah persalinanmu?” Ini alasan setiap orang menyukai pelayanan dan sikap dari Seungwan, karena dia sangat peduli dengan kesehatan dan keselamatan semua orang.

Bahkan Seungwan sempat menyelamatkan seorang ibu yang akan melahirkan ditengah-tengah keramaian dalam bus. Dan, kemampuan dan kecerdasannya sebagai dokter kandungan sekaligus ibu dan anak.

Seungwan berhasil menjalankan persalinan yang terjadi dalam perjalanan itu, dan setelahnya ia bertanggungjawab untuk membawa ibu dan bayi kerumah sakit.

“Ah~ aku sudah baik-baik saja dok. Berkat persalinan yang dibantu olehmu” Seungwan terkekeh kemudian menganggukan kepalanya.

“Sebaiknya kau jangan terlalu lelah, kau juga harus mengurus anakmu bukan? Kasihan jika suamimu mengurusnya sendirian” Yerim benar-benar merasa sedang bersama ibunya, jika didekat Seungwan. Jiwa keibuan dan kedewasaannya sungguh ketara.

Walaupun dirinya belum menikah diusia kepala tiga ini.

“Jungkook terlalu senang dengan bayi kami sekarang, dia sudah hampir seminggu mengambil cutinya. Dia benar-benar pemilik perusahaan yang ceroboh” ucap Yerim dengan menggelengkan kepalanya, mencibir suaminya sendiri.

Sekali lagi Seungwan hanya tertawa dan kembali memberikan selamat kepada pasangan muda itu. Lalu dirinya kembali berkeliling mengunjungi pasiennya.

***

“Apa yang kau lakukan disini, Wendy-ah?” Seungwan memutar badannya menghadap kebelakang, dan menyandarkan pungungnya pada sandaran yang terpasang dipinggiran atap rumah sakit.

Dirinya akan merasa lelah jika tidak mengunjungi tempat ini. Menurut Seungwan, tempat ini sangat cocok untuk suasana hatinya yang sangat menyukai ketenangan.

“Aku sedang menatap bintang dimalam ini. Ada apa kau kemari, Seulgi-ah?” jawab Seungwan, lalu menghampiri sahabatnya yang bernama Seulgi itu untuk duduk pada kursi panjang yang ada diatap.

“Aku ingin memberikanmu ini, kau harus datang” Seulgi menyerahkan sebuah undangan pernikahannya pada Seungwan.

Ia tersenyum lebar “Aku akan datang”

Kemudian Seulgi berdiri diikuti dengan Seungwan, lalu memeluknya. Sedetik kemudian, Seulgi meninggalkannya sendirian diatap.

Seungwan menatap sebuah undangan yang ada ditangannya, kemudian senyumnya tersungging.

Kini dirinya benar-benar harus berfikir positif dan bahagia, Ia tidak ingin Yoongi disana akan merasa kesedihan melihatnya sedang terpuruk karena melihat undangan pernikahan.

Tentu, dirinya ingin memberikan undangan seperti itu pada teman-temannya. Jika, pasangan itu tetap ada.

Namun, perasaanya untuk memulai hubungan kembali sungguh sulit. Bahkan sering mendapatkan perjodohan dengan orang tua pun, dirinya sulit menerima.

Triing~ Triing~

Benda persegi panjangan miliknya bersering, tangannya yang lain menganggur segera mengambil benda itu dan menerima sambungan telepon.

“Hallo?”

“...”

“Hallo?”

“...”

“Jika kau tidak mengucapkan apapun, aku akan mematikan telfonnya”

“Aku ingin bertemu denganmu”

Seungwan mendesah pelan kemudian meletakkan undangan itu pada saku jas kerjanya sebagai dokter.

“Baiklah” kemudian ia benar-benar mematikan sambungan telpon itu. Lalu meninggalkan atap untuk pulang, karena jam kerja sudah habis.

***

“Ada apa?” Setelah meninggalkan rumah sakit, Seungwan melajukan mobilnya untuk menuju tempat bertemunya dia dengan seseorang.

Kini, disinilah mereka berdua duduk berhadapan dalam sebuah cafe yang banyak sekali pasangan.

“Aku ingin kau menyetujui rencana keluarga kita berdua” sudah benar tebakan Seungwan, jika laki-laki yang memang seumuran dengan Yoongi ini akan mengucapkan hal itu.

Seungwan mendesah pelan merasa lelah “Maafkan aku, Mark. Aku belum yakin untuk menerimamu”

Laki-laki yang memang sudah kelewat tampan, dengan senyumnya itu sebenarnya sudah kepala empat. Dan, dia sudah menunggu jawaban Seungwan selama ini.

“Kau bisa memulai untuk membuka hatimu lagi, setelah bersamaku. Aku akan selalu berada disampingmu, apapun itu” ucapan Mark sangat mendalam, hingga menatap lekat kedua manik mata Seungwan yang masih bimbang.

Seungwan merasa ucapan dari Mark benar, setelah Yoongi kembali kepada sang pencipta. Dirinya selalu dijaga laki-laki itu.

Matanya terpejam, kemudian mendesah sedikit kasar dan keras. Seungwan benar-benar bingung saat ini.

“Aku masih membutuhkan waktu untuk keputusanku, Mark”

Mark mengangguk dan tersenyum kemudian berpamitan untuk kembali bekerja pada perusahaan orangtuanya.

Haruskah dirinya menerima perjodohan ini? Tetapi hati Seungwan masih ada Yoongi, dan Jika tidak menerima perjodohan ini.

Seungwan akan menjadi perawan tua, seketika ia mengusik pikiran jelek itu. Kemudian mengambil ponselnya.

Hallo?”

“Irene-ssi, apakah kau memiliki waktu? aku ingin berkonsultasi padamu sebagai pasien”

Ada apa denganmu, Wendy-ssi? Minggu depan aku kosong dalam perjanjian apapun, kau bisa kerumah atau rumah sakitku”

Baiklah, aku akan kesana lusa”

Seungwan mematikan sambungan ponselnya, dan beranjak untuk kembali ke apartemennya.

Last Love [ssw;myg] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang