13 - Damn Birthday Party

21.3K 2.9K 204
                                    

Sena mengusap nisan di depannya. Setelah pulang dari Bali kemarin, dia memutuskan untuk tidak masuk kuliah hari ini.

"Eomma..."

"Kau baik-baik saja?"

"Apa kau hidup bahagia disana?"

Wanita itu menunduk lalu kembali mendongkak. "Jangan terlalu mengkhwatirkanku eomma. Putrimu adalah wanita kuat. Aku akan melawan semuanya dan membongkar penyebab kematianmu, menghukum orang-orang sialan itu dan wanita ular yang selalu kau sebut sahabatmu itu."

"Aku akan menang. Lihat saja. Karena Park Sena tidak akan kalah. Jadi tenang saja, percayakan semuanya pada putrimu."

Dia meletakan buket bunga di depan nisan. "Maafkan aku eomma, karena aku baru menemuimu sekarang. Tidurlah dengan tenang. Putrimu disini akan baik-baik saja."

Sena bangkit untuk berdiri. "Aku akan kembali lagi." Dia lalu berbalik kembali menatap makam ibunya. "Aku selalu merindukanmu. Setiap saat." Dia melanjutkan langkahnya kembali.

"Sena-ya."

Tidak perlu menengok pun dia mengenali suara milik siapa yang memanggilnya. Tanpa menoleh sedikit pun dia melanjutkan langkahnya dengan cepat.

Apa boleh buat, langkah pria itu lebih lebar sehingga dengan cepat bisa menyusulnya dan menarik tangannya.

"Lepas," ujar Sena. Pria itu menggeleng. "Tidak. Sebelum kau mau mendengarkanku."

"Lepaskan tanganku!" teriak wanita itu. "Aku bilang lepas! Apa kau tuli?!"

"Ikut denganku." Pria itu menarik tangannya memaksanya untuk mengikuti pria itu. Pria itu membawanya kembali mendekat pada makam ibunya.

"Annyeong eommoni. Maafkan aku, karena aku tidak hadir di pemakamanmu dan tidak pernah mengunjungimu...."

"....maafkan aku juga karena telah meninggalkan putrimu. Aku benar-benar minta maaf. Sekarang aku sudah kembali dan--"

"Apa yang kau lakukan?!" potong Sena cepat.

"Aku Xi Luhan. Akan membahagiakan putrimu mulai saat ini. Jadi izinkan aku untuk bisa membahagiakan putrimu."

"Omong kosong!" Sena menghentakkan tangannya, membuat genggaman pria itu terlepas. Lalu segera berlalu, menjauh dari pria bernama Xi Luhan itu.

"Sena-ya..."

"Taukah kau jika aku begitu merindukanmu? Kemana kau selama seminggu ini?" Luhan mengerjar wanita itu dan langsung menghadang jalannya.

"Bukan urusanmu." Sena menubruk pria itu dan melangkah dengan cepat. Luhan kembali mengejar wanita itu sampai parkiran.

"Tidak kah kau merindukanku? Apa kau tidak merindukan Luhan-mu ini?"

Langkah Sena terhenti, tangannya terkepal kuat. Mencoba sebisa mungkin untuk menahan air matanya. Tidak, dia tidak ingin menangis di hadapan pria itu.

Luhan membalik tubuh wanita itu lalu menangkup kedua pipinya. "Aku tanya sekali lagi. Tidak kah kau merindukan Xi Luhan-mu ini?"

Sena memalingkan wajahnya. "Tidak." Luhan meraih dagu wanita itu memaksanya untuk menatapnya. "Tatap aku dan katakan kalau kau tidak merindukanku."

Tender LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang