Pagi itu wajah Zahra terlihat sangat pucat dan kepalanya juga terasa sangat pusing, namun hal itu tidak dijadikannya sebagai suatu alasan untuk tidak beribadah kepada allah. Setelah melakukan salat subuh, ia merasakan sakit yang sangat hebat di kepalanya. Sakit itu juga di sertai dengan darah yang keluar dari hudungnya hingga akhirnya ia kehilangan kesadarannya.
Di dalam ruang UGD, dokter dan perawat rumah sakit segera memeriksa keadaan Zahra yang saat ini sedang kritis. Alat pengontrol jantung telah terpasang di tubuhnya. Dari Bed Side Monitor terlihat bahwa tekanan jantung Zahra semakin menurun. Hal itu tentunya membuat mereka panik dengan keadaan Zahra saat ini. Dokter segera memberikan pertolongan kepada Zahra melalui alat DC Shock, meskipun jantung Zahra tidak berdetak lagi, dokter terus berusaha untuk menyelamatkan nyawanya. Sementara itu diluar ruangan terlihat bi Umu sedang mondar-mandir dan berdoa untuk keselamatan Zahra. Meski bekerja sebagai pembantu di rumah Zahra, ia sangat menyayangi Zahra dan sudah menganggapnya sebagai anak sendiri. Begitu juga sebaliknya, Zahra sangat menyayangi bi Um dan menganggapnya seperti orang tuanya sendiri. Sejak Zahra SD, orangtuanya sering bekerja di luar kota bahkan di luar negeri. Hal itu membuat mereka jarang ada di rumah, sehingga mereka tidak sempat untuk merawat dan menjaga Zahra. Oleh karena itu bi Um lah yang merawat dan menjaga Zahra selama orang tuanya sibuk bekerja. Bi Um berdoa dan terus berdoa kepada allah untuk kesembuhan Zahra.
Sudah setengah jam lebih dokter berada didalam ruangan dan kini mereka keluar dari ruangan itu. Melihat dokter sudah keluar dari ruangan itu, bi Um segera menghampirinya dan menanyakan keadaan Zahra.
"Bagaimana keadaan Zahra sekarang dok?" tanya bi Um
"Alhamdulillah dengan izin allah kami berhasil menyelamatkan nyawanya. Saat ini ia masih tidak sadarkan diri." Jawab dokter
"Alhamdulillah ya allah. Lalu kapan ia akan sadar dok?" tanya bi Um lagi
"Mungkin sekitar satu jam nanti ia akan segera sadar. Kalau begitu saya perisi dulu." Jawab dokter
"Iya. Terima kasih dok." Balas bi Um
Setelah Zahra di pindahkan ke ruang perawatan, bi Um terlihat kelelahan dan tertidur di sofa. Sementara itu, orangtua Zahra yang sedang bekerja di luar negeri sedang dalam perjalanan menuju keruangan tempat Zahra di rawat. Bi Um terbangun dari tidurnya setelah menyadari kedatangnan orangtua Zahra yang saat ini sudah berada di dalam ruanganan.
"Bi Um, bagaimana dengan keadaan Zahra saat ini?" tanya mama Zahra
"Saat ini keadaan Nn. Zahra sudah membaik." Jawab bi Um
Tidak lama kemudian Zahra sadar dan berlahan mulai membuka matanya. Ia melihat mama, papa, dan bi Um sedang menghawatirkannya.
"Ma, pa, bi Um." Ucap Zahra pelan
"Pa, bi, Zahra sudah sadar." Ucap mama
"Iya ma." Balas papa
"Alhamdulillah akhirnya Nn. Zahra sudah sadar." Ucap bi Um
"Mama sama papa kenapa bisa ada di sini?" tanya Zahra
"Tadi bibi yang memberitahukan mereka kalau kamu masuk rumah sakit lagi." Jawab bi Um
"Iya sayang. Saat bi Um bilang kalau kamu masuk rumah sakit, papa sama mama langsung pulang ke sini." Ucap papa
"Keadaan kamu sekarang bagaimana?" tanya mama dengan khawatir
"Zahra sudah baikan kok ma. Mama, papa, sama bi Um tidak perlu khawatir." Jawab Zahra sambil tersenyum
"Syukurlah kalau bagitu." Ucap papa
Keesokan harinya, keadaan Zahra terlihat lebih membaik dan sehat dari hari kemarin. Seorang perawat masuk dan memberitahukan bahwa dokter memanggil orangtua Zahra untuk ke ruangannya sekarang. Setelah mendengar itu, orangtua Zahra segera pergi ke ruangan dokter. Sesampainya mereka di sana, dokter mempersilahkan mereka untuk duduk.
"Ada apa dok?" tanya mama Zahra
"Hasil tes dari pemeriksaan kanker yang ada di otak Zahra sudah keluar." Jawab dokter
"Lalu bagaimana hasilnya dok?" tanya papa Zahra
"Kanker yang diderita Zahra telah masuk ke stadium tiga. Hal ini akan sangat membahayakan nyawanya. Jika kita tidak segera bertindak, maka nyawa Zahra tidak dapat terselamatkan. Kanker ini sewaktu-waktu bisa saja merengut hidupnya. Obat yang telah kami berikan juga tidak dapat mencegah perkembangan kankernya. Saya sarankan untuk melakukan kemotrapi." Jelas dokter sambil memberikan hasil tes pemeriksaan
Mama Zahra sangat terpukul mendengar hasil tes yang di sampaikan oleh dokter. Air matanya tidak berhenti menetes. Setelah keluar dari rumah sakit, Zahra, bi Um, dan orangtuanya segera berangkat ke Jepang untuk pengobatan kemotrapinya. Pesawat yang di tumpangi mereka sudah lepas landas dari bandara. Setelah cukup lama di perjalanan, akhirnya mereka tiba di Kansai. Setelah sampai, mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju apartemen orangtuanya.
Kamar apartemen mereka berada di lantai tiga. Sesampainya mereka di kamar, Zahra segera beristirahat karena kesehatannya sedikit menurun. Sementara Zahra beristirahat, bi Um memasukan barang-barang Zahra ke kamarnya. Matahari semakin meninggi tetapi Zahra masih belum bangun. Bi Um pergi untuk membangunkan Zahra karena dari tadi ia belum makan. Ketika bi Um membangunkan Zahra namun ia tidak terbangun dari tidurnya. Berkali-kali bi Um mencoba untuk membangunkannya tetapi ia tetap tidak terbangun. Melihat Zahra yang tidak terbangun juga membuatnya khawatir dan ia segera di bawa ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampaikan Dariku Walau Satu Ayat
Teen FictionKehidupan seperti apa yang kau inginkan? Apakah aku bisa memberikan sebuah makna dari arti yang sesungguhnya sepertimu? Saat hidup tak lagi lama dan semangat yang tak pernah padam, kau datang dalam kehidupanku. Adakah yang dapat ku lakukan? Saat poh...