3 dia lagi

74 9 0
                                    


Kulangkahkan kakiku perlahan menuju halte bus yang terletak tak jauh dari komplek rumahku. Pagi ini begitu terik, tak seperti biasanya. Sang mentari bersinar dengan sombongnya seolah menertawakan keadaanku. Penampilanku begitu berantakan, dengan rambut acak acakan yang tergerai dan kedua mata yang menghitam pertanda aku kurang tidur. Sama seperti malam sebelumya, malam ini aku kembali di hantui sosok itu. Ia kembali hadir dalam mimpiku. Memintaku bertanggung jawab atas apa yang tidak ku perbuat. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Yang jelas sosok itu selalu menghantui disetiap tidurku. Tatapanya begitu membunuh seolah ingin menerkamku. Kuarahkan pandanganku ke deretan kursi halte yang hanya diduduki 2 orang dewasa. Salah satunya seorang wanita muda seumuran tanteku yang mengenakan seragam kantoran. Parasnya begitu cantik ditambah dengan sepatu highills yang kian menambah keanggunanya. Tak lama kemudian sebuah mobil mendekat yang membuat wanita muda itu tersenyum bahagia. Ia berdiri dan memasuki mobil mewah tersebut. Tak lama kemudian mobil itu melesat dan bergabung dengan pengendara jalan lainya. Kini hanya
tinggal aku dan seorang bapak bapak berkumis yang menghuni halte bus ini. Mungkin bapak tersebut sedang menunggu bus sama halnya denganku. Ku lirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku. Ku hembuskan nafasku kasar ketika melihat arah jarum jam yang menunjukkan pukul 7:10.

" telat 10 menit " gerutuku dalam hati.

Lima menit kemudian bus yang ku tunggu datang. Setelah melangkahkan kakiku masuk kedalamya ku edarkan pandanganku mencari kursi penumpang yang kosong.

Tak seperti biasanya hari ini penumpang bus begitu padat. Hampir semua kursi penuh dengan penumpang. Pandanganku terhenti pada salah satu kursi yang terletak di paling ujung. Aku melangkah menuju kursi kosong yang kumaksud. Selama berada di perjalanan, pandanganku selalu tertuju pada jendela bus. Mengamati kendaraan yang lalu lalang diantara padatnya jalanan ibu kota. Sampai perhatianku tertuju pada segerombolan siswa yang sedang adu jotos di pinggir jalan. Tak ada yang mau mengalah, mereka saling memukul membabi buta dan ingin menjadi pemenangnya. Aku tersentak ketika melihat wajah salah satu dari mereka. Wajah yang sangat familiar bagiku. Yah, dia adalah cowok yang pernah kutemui ketika insiden 4 hari yang lalu. Aku belum sempat mengetahui namanya. Tapi aku begitu yakin kalau cowok yang sekarang adu jotos di seberang sana adalah cowok itu. Terlihat jelas ujung
bibirnya membiru. Pelipisnya mengeluarkan banyak darah segar. Aku bergidik melihat
pemandangan itu.

" emang bener bener bosen hidup tuh cowok " gumamku dalam hati.

Bus yang ku tumpangi terus melaju, membawaku menjauh dari pemandangan mengerikan tadi. Tak lama kemudian aku pun sampai di depan sekolahku. Aku sedikit berlari menuju gerbang sekolah, mengingat hari ini aku sedikit telat. Dan benar saja, pak Jiwo guru BK yang terkenal killer tersenyum sinis ke arahku. Senyumnya kian melebar ketika aku mulai mendekat.

" telat lagi, 30 menit " bentaknya padaku. Ia menatapku dari ujung rambut sampai ujung
kaki, sambil menggoyang goyangkan kumis tebalnya.

" Kamu tau apa yang harus kamu lakukan sekarang ? " sambungnya lagi sambil menatapku intens.

" hormat di depan tiang bendera selama 1 jam pelajaran atau membersihkan seluruh kamar mandi yang ada di sekolah " jawabku enteng.

Memang belakanganan ini aku sering berlangganan mendapatkan hukuman dari pak Jiwo, sehingga aku sudah merasa kebal dengan hukuman yang ia berikan.

" bagus, laksanakan ! "

Ku putar kedua bola mataku sambil berdecak sinis, aku melangkahkan kaki menuju lapangan sekolah untuk melaksanakan hukuman dari pak Jiwo.

10 menit

20 menit


Waktu berjalan begitu lambat, ku usap keringat yang mulai membanjiri keningku. Tiba tiba seorang siswa ikut berdiri di sampingku, tubuhnya tinggi dan tegap sehingga bisa menghalangi sinar matahari yang dari tadi menyengat kulitku. Kulirik cowok itu yang hanya diam menatap lurus kedepan.

Ah, dia. Ternyata cowok itu satu sekolah juga denganku. Dapat ku lihat bedge di lenganya yang menunjukkan bahwa dia anak kelas 12 IPA2. Berbeda dengan kelasku, karena aku memang mengambil jurusan IPS. Pantas saja aku tak mengenalnya.

" ngapain lo ?" ku beranikan diri membuka pembicaraan denganya. Namun tak ada jawaban, ia masih saja diam tanpa melirikku sedikitpun.

" lo nggak papa ? " ucapku lagi ketika mengingat kejadian perkelahianya di pinggir jalan tadi pagi.

Hening,

masih tak ada jawaban. Mulutnya juga masih bungkam enggan menjawab pertanyaanku. Atau memang cowok itu benar benar tidak mendengar ucapanku.

" budek " kata kata itu begitu mudahnya meluncur keluar dari mulutku. Namun kali ini
berhasil membuatnya menoleh, ia menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Aku
menoleh membalas tatapanya tak kalah tajam. Kini pandangan kami bertemu, bola mata yang kecoklatan dan alis matanya yang tebal membuatnya terlihat begitu tampan, rahangnya yang begitu kokoh menambah kesan macho padanya. Bekas luka lebam di wajahnya yang mulai membiru tak dapat melunturkan aura ketampan yang memancar.

" gak usah sok kenal "
Aku terlonjak dari lamunanku ketika mendengar suara dinginya, ku alihkan pandanganku menatap ke arah lain untuk menghilangkan degupan jantungku yang terasa meletup letup sejak tadi. Untungnya bel tanda bergantinya jam pelajaran segera berbunyi. Pertanda masa hukumanku telah selesai sehingga aku tak perlu berlama lama lagi di samping cowok ini.

********

Brakkk...

Ku lempar tas ranselku sembarangan kearah meja, Melda yang terlonjak kaget misuh misuh menatapku jengkel. Aku tak menghiraukan ocehanya, yang kubutuhkan sekarang hanya tidur untuk menghilangkan moodku yang rusak pagi ini. Ku pejamkan mataku dan mencari posisi senyaman mungkin untuk meletakkan kepalaku yang terasa berat ini keatas meja.

" heh, lo dari tadi kemana aja sih han ? kok baru nongol sekarang " ucap Melda sambil
menggoyang goyangkan pundakku.
Aku yang merasa sedikit terganggu akhirnya mulai menyerah dan mengangkat kepalaku sambil ku pijit pijit pelipisku yang terasa pusing.

" gue kena hukum pak Jiwo " terangku tanpa menatap ekspresi wajah Melda yang terlonjak kaget.

" lo kena hukum lagi ? " tanyanya lagi

" hem "

" lo kenapa sih han ? kalo ada masalah bilang ke gue. Ini nggak kayak elo yang biasanya tau nggak "

" dia dateng lagi di mimpi gue mel "

" hah? Maksudnya ? "

" kapan kapan aja gue ceritain " kuletakkan lagi kepalaku diatas meja, kantuk yang
menyerangku sedari tadi membuatku menguap berkali kali, hinnga tak membutuhkan waktu lama aku pun sudah tenggelam ke dunia mimpiku lagi.


" lo harus bantuin gue han, lo yang buat hidup gue kayak gini "

" gue harus ngapain ? lo siapa ? gue nggak ngerti ! " aku melangkah mundur perlahan. Aku
tak tau sedang berada dimana, hanya ada aku dan dia di dalam ruangan gelap ini.

Dia terus melangkap mendekatiku yang semakin ketakutan. Gadis itu menangis sejadi jadinya, langkahnya terseok seok menatapku sendu tiba tiba sebuah anak panah melesat kearahku, tepat mengenai keningku.

" aaarrrggghhhhh....."













Syukron buat yang udah mau baca 😊
Sampai jumpa di part selanjutnya.

ResponsibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang