Dream in a Dream
Present
1 year later.
"Dokter Seokjin?"Seokjin mengangkat wajahnya, kemudian tersenyum ketika melihat orang didepannya,
"ah, Eunha ya? Mari-mari silahkan duduk," Ajak Seokjin kepada Eunha yang sedang mengangguk,
"Jung Eunha, saya tidak percaya, ternyata masih ada orang sebaik kamu. Di umur segini, biasanya justru banyak orang yang masih giat-giatnya melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi," Ujar Seokjin sambil menggelengkan kepalanya kagum melihat map Eunha,
"Sedangkan kamu mau-maunya menjadi volunteer di rumah sakit jiwa begini..."
Eunha berjalan disebelah Seokjin yang sedang menjelaskan seluk beluk rumah sakit jiwa tersebut, terkadang diselingi oleh cerita tentang latar belakang beberapa pasien.Ada yang membuat Eunha bergidik, ada juga yang membuatnya ikut merasa kasihan,
"Nah, hanya sampai sini kita hari ini," Ucap Seokjin sambil berhenti di sebuah ruangan, "Ini yang terakhir."
Eunha melongokkan kepalanya di jendela kecil yang ada di pintu tersebut,
Didalam ruangan tersebut, terlihat sepasang insan yang tengah mengobrol, terlihat jelas raut muka bahagia dari wajah sang pria ketika tangan gadis itu mengelus-elus rambutnya.
Eunha sempat merasa bahwa dia bukan sedang melihat pasien rumah sakit jiwa karena senyum bahagia lelaki itu, tapi pikiran itu ditepis oleh otaknya.
Meskipun keduanya terlihat saling menyayangi, ada perasaan sedih di dalam hati Eunha ketika melihat mereka,
Rasanya...
Seperti melihat mimpi sedih seseorang, mungkin?
"Dokter" panggil Eunha, "Mereka dua duanya sakit?"
Seokjin menggeleng, "bukan seperti itu, Eunha"
"Pasien ini tidak sesakit orang lain," lanjut Seokjin, "Tidak perlu sampai dibebat, makanya setiap hari banyak orang yang mengunjunginya"
"Hanya saja..."
"Hanya saja?" Sambung Eunha penasaran,
"Dia mengidap skizofrenia, setelah bangun dari tidurnya, dia terus menerus berdelusi tentang seorang perempuan yang berasal dari mimpinya, sering sekali. Saya sampai hafal tentang seluk beluk gadis itu,"
"Siapa? Mantan kekasihnya?" Tanya Eunha lagi,
Seokjin tersenyum mendengar rasa penasaran Eunha, "Nama gadis itu Chungha, kalau saya analisis dari ceritanya, Kim Chungha adalah cinta bertepuk sebelah tangannya saat awal masuk perkuliahan,"
Eunha menatap bingung Seokjin, "Lalu? Kenapa kita tidak mencoba mendatangkan Chungha?"
Seokjin menggelengkan kepalanya sedih, "Eunha, Chungha itu sudah meninggal beberapa tahun yang lalu."
"Awalnya, pasien ini hanya memimpikan 'Chungha' itu sesekali, yang membuat kekasihnya memakluminya, dia pikir kehilangan orang yang disukai dulu memang menyakitkan, jadi itu adalah hal yang wajar"
"Nyatanya, mimpi itu terus mendatanginya, dan dia tidak menolak keberadaan mimpi itu. Sampai mimpi itu menguasai otaknya,"
"Dimulai dari memanggil nama kekasihnya menjadi 'Chungha' dan lama kelamaan berdelusi bahwa 'Chungha' selama ini tinggal bersamanya."
"kekasih dan teman-temannya sudah mencoba membawa sang pasien ke psikolog, tapi itu tidak membuahkan hasil. Pasien ini justru meminum obat tidur dengan dosis yang tinggi, berharap agar bisa tinggal dengan 'Chungha' selamanya di dunia mimpi"
"Pada akhirnya, semua orang terlihat menjadi 'Chungha' dimatanya. Itu yang membuatnya masuk kesini,"
Eunha terdiam mendengar penjelasan Seokjin, dia tidak tahu bahwa mimpi ternyata bisa berpengaruh kedalam kejiwaan seseorang sampai seperti ini.
Maka dari itu, sejak dulu Eunha tidak suka ketika dia bangun dari tidur dan masih mengingat mimpinya semalam.
Karena seindah apapun mimpinya, semua itu akan lenyap saat dia membuka matanya.
Baru saja Eunha hendak bertanya lagi, pintu ruangan tersebut terbuka, memperlihatkan seorang gadis manis berambut sepunggung,
"Ah, dokter Seokjin, suster, selamat sore" sapa gadis itu sopan, Seokjin balas tersenyum,
"Sore juga Sejeong, sudah selesai?"
Sejeong mengangguk, "Udah, saya tadi nagih janjinya dia" Sejeong menunjukkan topi wisuda yang berada di tangan kanannya,
"Dia pernah bilang, 'If our dreams come true, will you marry me?' dua kali. Satu buat saya, satu lagi buat Chungha"
"Sekarang giliran mimpi saya udah tercapai semua, dia yang kebanyakan mimpi," ucap Sejeong sambil tertawa pahit,
"Saya duluan ya dok? Nanti jam 4 ada Minhyun kesini kok"
Seokjin mengangguk sambil tersenyum lembut, "Selamat ya nona Sejeong, atas kelulusan anda," Ucapnya kepada Sejeong, lalu sedetik kemudian menatap Eunha, "Eunha, bisa tolong antarkan nona Sejeong ke depan? Saya ada perlu sebentar,"
Eunha mengangguk cepat, "mari nona, saya antar"
Sepeninggal Eunha dan Sejeong, Seokjin membuka pintu kamar pasien tersebut, kemudian melihat mata sang pasien yang sedang menatapnya ragu,
Matanya mengerjap-ngerjap sebentar, lalu menatap Seokjin bingung,
"Chungha? Bukannya tadi baru pulang? Kenapa balik lagi?"
Seokjin tersenyum miris, "Daniel, apa kabar?"
end.
a/n
HUHUHU MAKASIH SEMUA YANG UDAH BACA!!!!!11!
sampai jumpa di buku 'rada bikin mikir ala audrey' lainnyaa!! Kalau kalian sedang rada gabut boleh kok cek works aku yang bobrok hehe ^___^
Btw di foto pertama yang 3-an tuh sejeong minhyun eunha huhuhu padahal kan rambutnya pendek:((
btw lagi
Masih ada yang bingung?? Nga kan ^___^
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream in a Dream ++ k. daniel [✔]
Historia Corta❝Still, dream always be a dream❞ [feat 95-97 liner]