Part 12 ~ {Ancaman tinggal bersama}

5.5K 185 0
                                    

Warning : Part ini belum di edit maaf ya klo ada typo

Happy reading
-----------☆☆☆-----------

" maaf tuan dia adalah temanku, bisakah aku membawanya " ucap rasta.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Rasta baru saja keluar dari gedung yang direncanakan akan dipakai untuk cabang perusahaan milik ayahnya, kebetulan ayah dan ibunya masih berada di singapura sehingga harus dia yang melakukan pengecekan.

" astaga ayah keterlaluan, apa yang harus di cek lagi kalo paman rommy dan curut satu ini sudah sampai " grutunya sembari berjalan di lobby kantor yang masih kosong itu.

Di belakangnya berjejer pria dengan stelan jas yang di tugaskan ayahnya, untuk mengawasinya selama mereka belum tiba. Disamping kanan nya berdiri seorang pria yang seumuran dengannya sembari membawa sebuah tab di tanganya.

Mendengar gerutuan dari tuannya membuatnya tersenyum geli, dia tau bahwa kedatangannya akan mendapat sambutan 'hangat' dari tuannya ini.

" ehem maaf tuan siapa yang anda maksud dengan 'curut' itu tuan " tanya nya masih dengan senyum geli.

Tiba - tiba rasta berhenti berjalan membuat mereka juga menghentikan jalan mereka.

" ada ap .....  akhh tuan hentikan " ucap pria itu.

Sebab rasta tiba tiba mengapit kepalanya di bawah lengan nya.

" heh adik curut, berhenti memanggil ku tuan " ucap rasta.

" tapi --- aduh " ucapanya terputus karena rasta menyentil keningnya.

" alex gabriel antony, berapa kali ku bilang jangan memanggilku tuan " ucap rasta dengan gemasnya.

Para pengawal yang melihat mereka, tertawa kecil melihat keakraban mereka.

alex gabriel antoni adalah anak dari tangan kanan ayah rasta yaitu tuan rommy antoni, mereka hanya berbeda 5 bulan dan rasta sudah mengangap gabri seperti adiknya sendiri sebab dia hanya memiliki satu adik perempuan yang super manja.

" baik - baik aku menyerah kak ras " ucap gabri sembari menangkup tangannya.

Barulah rasta melepaskan gabri, rasta tersenyum jenaka saat mendengar grutuan gabri.

" sudahlah kak ayo pulang .. aku lelah baru saja mendarat sudah di suruh meninjau kantor huh " ucap gabri sembari merangkul rasta - setengah menyeretnya menuju sebuah mobil yang sudah menunggu mereka.

" heh memang siapa bosnya, kau atau aku " ucap rasta gemes.

" halah sama saja " ucap gabri.

Mereka lalu memasuki mobil dengan gabri yang menyetir, tiba disebuah jalan yang berjejer banyak toko di kanan dan kirinya tiba - tiba gabri menginjak rem secara mendadak.

" gabri ada apa? " tanya rasta.

" ka ras bukan nya itu ana " ucap gabri sembari menunjuk ke arah seorang laki - laki yang sedang mengendong seorang wanita.

" astaga ana " spontan rasta langsung membuka pintu dan mendekati pria itu, dibelakang nya gabri berlari mengikuti rasta bersama beberapa pengawal yang juga turun dadi mobilnya.

" maaf tuan dia adalah temanku, bisakah aku membawanya " ucap rasta.

Pria yang mengendong ana tampak terkejut, lalu setelah tersadar ia langsung mengubah mimik mukanya menjadi datar.

" tidak perlu saya bisa menanganinya " ucap pria itu lalu memberikan kode kepada pengawalnya untuk membuka kan pintu mobilnya.

Gabri hampir memberikan kode agar anak buahnya bisa bertindak tetapi max telah memberi kode kepada anak buahnya agar menahan mereka, alhasil rasta pun kalah telak sehingga ia enggan berkelahi dan membiarkan max berlalu bersama ana di dalam mobilnya.

Rasta pun memilih pergi sembari menelpon verell guna memberitahukan masalah ana kepadanya.

Di deringan ketiga verell baru mengangkat panggilannya.

" ya ras ada apa? "

" apa aku menganggumu "

" tidak aku sedang dalam perjalanan ada apa? "

" aku melihat ana pingsan dan dibawa oleh seorang pria, dan menurutku dia adalah pria yabg sangat berpengaruh. Apa kau mengenalnya? "

" APA? Dimana kau melihatnya, sepertinya aku mengenal pria itu apa kau ingat plat nomor mobilnya. "

" Ditoko buku permata, tidak "

" baiklah terima kasih ras "

" ya santai saja " ucap rasta lalu nenutup telponnya.

" kuharap penyakitnya tidak semakin parah " batin rasta.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Setelah berhasil kabur dari temannya ana, max langsung pergi menuju rumah pribadinya yang terletak cukup jauh dari pusat kota bandung.

" sebenarnya ada apa dengan kesehatanmu ana, bahkan tanganmu pun mengeluarkan banyak keringat " batin max sembari mengenggam erat tangan ana.

" stef bisa kau lebih cepat, dan apakah kau sudah menghubungi alan " ucap max

Stef yang sedang mengemudi pun melirik tuannya dari kaca spion.

" ya tuan dia sedang dalam perjalanan " ucap nya lalu kembali fokus pada jalanan.

Tiba - tiba max merasakan tangan ana bergerak dan tak lama kemudian mata coklat itu pun terbuka perlahan.

" max " lirih ana.

" ya ini aku, apa kepalamu masih pusing " tanya nya.

" hanya sedikit memangnya ada apa denganku " tanya ana bingung.

Max pun terkejut begitu juga stef yang mendengar percakapan mereka.

" ana apa kau serius? Kau lupa apa yang terjadi pada mu tadi " tanya max terkejut.

" aku .... ah hara .. hara dimana dia max. Apa yang kau lakukan padanya " ucap ana panik dan menatap max tajam.

" aku tidak melakukan apapun, dan apa yang sedang kau cari " tanya max saat melihat ana yang tengah panik sibuk mencari sesuatu di sekelilingnya.

"Tas ... dimana tas ku max " tanya ana.

" tasmu ada di bagasi mobilku " ucap max santai.

" Apa? ... kau benar - benar keterlaluan, bagaimana aku bisa menghubungi hara kalau begini " ucap ana kesal dan menyandarkan kepalanya ke kursi mobil

" aku akan memastikan teman mu baik - baik saja ... asalkan kau mau tinggal bersamaku " ucap max

" .. dan tidak ada penolakan, atau temanmu akan benar - benar dalam bahaya " sambungnya saat tau ana akan membantahnya.

Ana yang sempat ingin membantah pun mau tidak mau terpaksa menyetujuinya, sebab hara lah yang menjadi taruhannya.

" baiklah setidaknya biarkan aku menghubungi verell agar dia tidak menghawatirkanku " ucap ana.

Max pun memberikan ponselnya dan segera di ambil oleh ana.

Ana pun segera mengirim pesan kepada verell, dan setelah terkirim ponselnya langsung di ambil oleh max.

" hey kembalikan ponselku " protes ana.

" aku akan mengembalikannya nanti, sebaiknya kau tidurlah perjalananya masih sangat jauh " printah max.

Mau tidak mau ana pun terpaksa mengikutinya karena kepalanya masih terasa pusing. Dan tak lama kemudian ana pun memasuki alam mimpinya.

Setelah memastikan ana tertidur max yang memperhatikannya dari tadi menarik kepala ana dan menempatkannya di bahunya yang telah di berikannya sebuah bantal kecil.

" seandainya kau bukan putri dari keluarga Wiskey aku pasti tidak akan menyakitimu seperti ini " lirih max seraya mengusap kepala ana lembut.

* tbc

----------☆☆☆---------

Apdet again 😗
Ya meskipun agak lama

Vote dan comment ya..
Oke see you next part ✋

942 kata

Between Hate And Love (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang