My 1st fanfiction
[From list on 2016]
Gadis Tsundere itu membunuhku
Selamat tinggal dunia...
Aku harusnya tahu kalau level ke-tsundere-an-nya berada pada tingkatan dewa
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Main Cast: Kim Min Gyu, OC
Cast: Seventeen
Genre: Romance,
Word: 700-an
17+
Dia memang gadis Tsundere dengan harga diri setinggi langit. Tidak ada dalam kamus hidupnya untuk bersikap manis. Apalagi untuk melihatnya melakukan Aegyo.
Aku masuk ke kafe yang sering kami datangi dan menunggunya pulang dari sekolah.
Kafe itu dekat dari rumahnya, jadi aku bisa melihatnya saat dia pulang. Ini akan jadi kencan bonus karena kemarin aku sudah membuatnya ketakutan setengah mati.
Seorang gadis berkepang dua, kacamata dengan frame bulat, rok dibawah lutut khas siswi teladan, masuk ke kafe dan membuatku terkejut.
Gadis itu baru saja melewatiku. Aku tidak percaya dia adalah pacarku.
Anehnya lagi, dia melangkah dengan sangat ceria sambil bersenandung. Entah apa yang membuatnya seceria itu.
"Caramel Mocchiato, satu." Ucapnya memesan minuman yang akan dibelinya.
Menyenangkan bisa memperhatikannya diam-diam. Aku tersenyum dibalik maskerku.
Untungnya, kafe ini lumayan sepi.
"Ah! Uangku mana, yah? Perasaan aku belum menyentuhnya sama sekali..." Dia yang tampak khawatir menggeledah saku dan tasnya.
"Ya!" Aku memanggilnya. Memberinya kode untuk segera menghampiriku.
"Apa kau melihat uangku?" Tanyanya dengan tampang polos dan menggemaskan.
"Ya, ini aku Kim Min Gyu..."
"Yaaa~ Uri jagiya~ kau akan membayarkan minumanku, kan? Oppa~?"
Aku yang membuka maskerku ternganga melihat tingkahnya barusan.
Gadis paling tsundere yang pernah kutemui itu mendadak bertingkah manis. Bukan hanya tingkahnya, bahkan suaranya juga dibuat menggemaskan.
"Ya..."
"Ne? Ne Oppa~?" Ucapnya memohon sambil menggembungkan pipinya.
Bahkan dalam mimpipun aku tidak pernah melihatnya melakukan aegyo seperti ini.
"Ah! Eh? Ne..." Ucapku mengeluarkan dompet dan memberinya uang sepuluh ribu won.
"Gumawo, Jagiya~"
Aku kembali melongo melihat tingkahnya sekarang. Aku belum terbiasa dengan sikapnya yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari biasanya.
Setelah dia membayar minumannya, dia duduk di depanku sambil meminum minumannya dengan tampang menggemaskannya.
Aku sangat ingin memeluknya sekarang.
Dia meniup minumannya dan terlihat sangat senang saat mendengar suara letupan gelembung di minuman itu.
"Jagiya~ aku tidak bermimpi, kan?" Ucapku berusaha mengikuti cara bicaranya.
Mendadak air wajahnya berubah suram. Lirikan matanya setajam mata pisau.
"Ya! Ireona! Sekarang sudah jam berapa, hah?!"
Aneh, dia mengatakan hal seperti itu disaat seperti ini.
"Ya! Kim Min Gyu!" Dia kembali ke sifat lamanya.
"Ireona!"
BYUR!
Dia menyiram minuman dinginnya ke wajahku.
Aku heran kenapa wajah pacarku bisa berubah menjadi wajah Won Woo.
"Kapan kau akan mengambilkan pakaianku?"
Won Woo bukan hanya mencubitku, dia juga menyiram wajahku dengan air.
"Hyung, kau kejam sekali. Aku sudah menaruh pakaianmu di lemari."
"Ah? Mian..." Ucapnya santai sembari menaruh gelas di meja. "Gumawo Min Gyu-ya..." Dia baru mengatakannya setelah akan menutup pintu kamar.
Mimpiku jadi terganggu karenanya. Dasar Jeon Won Woo pengganggu itu...
Setelah berolahraga, sarapan, latihan, aku langsung menghubunginya.
"Kau sedang apa sekarang?" Aku menekan tombol kirim.
"Sedang memikirkanmu. Kau?" Balasnya beberapa menit kemudian.
Aku senyam-senyum sendiri saking senangku.
"Aku juga~" Balasku dengan emotikon bergambar hati.
"Tadi bukan aku yang kirim. Aku diperjalanan pulang."
Tentu saja itu bukan dia. Mustahil...
"Sepertinya aku tidak bisa ke rumahmu. Ada banyak wartawan yang meliput kampanye di dekat rumahmu."
"Tunggu aku di kafe."
"Ne, jagiya~"
Ini pertama kalinya aku mengiriminya kata sayang seperti itu. Aku ragu dia akan suka. Alih-alih suka, mungkin dia akan langsung menghajarku.
Dia hanya membacanya. Bahkan tidak ada balasan stiker atau semacamnya.
Aku melihatnya masuk ke kafe dengan surainya yang di jepit setengahnya.
Kali ini rutenya, kafe, bioskop, belanja, rumah.
"Apa aku bisa melihatmu melakukan Aegyo? Seperti Buing Buing~" Ucapku sambil melakukan Aegyo. "Setidaknya kau harus berterima kasih dengan ucapan yang manis karena aku sudah membelikanmu pakaian mahal itu..."
"Kamsahamnida, Oppa~ Buing Buing~" Ucapnya dengan sangat manis.
Begitu menggemaskan hingga aku menyentuh pipinya dengan jari telunjukku, menepuk lembut pipinya, memutar telapak tanganku di pipinya, sebelum mencubitnya.
"Oppa-ya~ apa kau sudah gila?!" Dia balas mencubit pipiku.
Sebagaimanapun Tsundere-nya pacarku ini, dia tetap manis saat melakukan aegyo.
"Saranghae jagiya~" ucapku memeluknya erat sebelum pergi.
"Na ddo. Niga nomu shilta." Ucapnya dengan gembira lalu berubah datar.
Seperti biasa, dia selalu seperti ini. Tapi aku tahu dia juga menyayangiku.