Prolog

636 81 18
                                    

Rambut berwarna hitam itu tersapu pelan mengimbangi sang pemilik yang sedang menyusun bunga-bunga matahari kuning cerah yang berada di depan rumah kecil miliknya. Dengan langkah ringan, pria itu berjalan memindah pot-pot kecil itu dengan hati-hati, takut jika bunganya akan jatuh dan gagal untuk ia tanam.

Jeju... Sama seperti dulu, sama seperti saat ia tinggalkan pada empat tahun yang lalu. Jungkook merindukan bagaimana suasana damai di pulau ini. Walaupun, tingkat kunjungan turis meningkat tapi setidaknya pulau ini tak sebising Seoul. Dulunya, di tempat ini ia bersekolah dan menghabiskan sebagian besar masa remajanya. Entahlah... Jungkook dilahirkan di seoul akan tetapi sejak bangku sekolah menengah ia lebih memilih hidup dengan neneknya. Hingga saat ini, ia memilih bertahan di Jeju walaupun neneknya telah meninggal dunia dan kedua orang tuanya selalu bersikeras memintanya untuk kembali pulang ke Seoul.

Selesai, semua pot-pot kecil bunga matahari itu telah tersusun dengan sempurna di taman kecil beranda rumahnya. Sedikit lelah memang, tapi ini kegiatan menyenangkan menurut Jungkook. Jungkook menghembuskan nafasnya pelan ketika kedua maniknya menangkap sebuah ayunan berwarna putih yang terletak tepat dihalaman depan rumahnya. Ia tersenyum sembari berjalan pelan dan mendudukan diri disana. Entah mengapa perasaannya menjadi bahagia ketika ia kembali ke Jeju. Ia terlalu merindukan pulau ini berserta segala kenangan indahnya.

"Bagaimana sekarang? Apa aku terlihat jelek?" pria cantik itu tersenyum kepada namja yang duduk disampingnya, tangan namja itu terulur dan merapikan letak bunga yang terletak pada sela telinga pria disampingnya.

"Sekarang, jauh lebih cantik." Senyuman tampan milik namja itu membuat hati Jungkook menjadi berdebar tak karuan, sepasang mata elang yang selalu mengintimidasi nampak terlihat lebih manis ketika menjadi segaris bulan sabit dengan lengkungan menawan pada bibir namja itu.

"Tae hyung.. jangan tersenyum seperti itu." Suaranya menjadi terdengar lebih lucu pada pendengaran namja yang ia panggil Taehyung itu. Hingga membuat Taehyung terkekeh pelan sembari mengamati rona merah yang tiba-tiba muncul pada kedua pipi milik Jungkook.

Jungkook hanya membalas kekehan Taehyung dengan pukulan ringan yang diciptakan tangan rantingnya pada dada bidang milik namja itu. Mencoba membuat Taehyung berhenti menggodanya. Padahal, namja itu tahu jika senyumannya mampu membuat kaki Jungkook terasa seperti jelly, Jungkook bisa jatuh kapan saja kedalam pesona Taehyung.

Ketika matahari beranjak tinggi, mereka berdua akan tetap menghabiskan hari libur sekolah di tempat ini. Hanya duduk dipinggir pantai sembari menikmati gulungan ombak atau duduk pada ayunan putih didepan rumah Jungkook sembari menikmati belaian-belaian angin laut yang harum.

"Kookie, kau menyukai warna apa ?" Suara itu, suara milik Taehyung yang tiba-tiba terdengar pada pendengaran Jungkook diiringi suara lembutnya sang angin yang mampu membuat tubuhnya menegang. Jungkook menoleh dan menatap sepasang mata yang selalu berhasil membuatnya masuk terlalu dalam.

"Hitam mungkin? kau tau kan aku menyukai Kucing hitam yang menggemaskan itu?" Jungkook hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Taehyung, setelahnya ia kembali menatap hamparan air yang terlihat berkilau terpapar sinar matahari didepan matanya. Taehyung hanya mengangguk perlahan, menyetujui apa jawaban Jungkook. Pria itu—jungkook— selalu tergila-gila dengan tokoh kartun kesukaan anak kecil itu, bahkan mungkin sudah ratusan jumlah tokoh itu didalam kamar Jungkook.

"Turquoise." Kalimat pelan Taehyung membuat Jungkook menoleh dan mengerutkan alisnya, pria itu tak mengerti apa yang diucapkan oleh namja yang kini fokus manatap lautan di depan mereka.

"Aku menyukai warna Turquoise." Seolah tahu apa yang dipikiran Jungkook, Taehyung mencoba memperjelas kalimat yang diucapkannya.

"Kenapa Turquoise? setahuku, namja kebanyakan memilih warna netral atau mati. Seperti Hitam, Merah, Biru tua atau apalah yang nampak menakutkan." Kalimat Jungkook terdengar seperti anak balita yang benar-benar tak tahu bagaimana cara menulis, membuat Taehyung terkekeh kembali.

"Apa harus namja menyukai warna seperti itu? nyatanya aku lebih menyukai Turquoise."

"Baiklah, kalau boleh tahu kenapa kau menyukai warna itu ?" Tubuh Jungkook ia bawa menyamping, mencoba membuat perhatiannya sepenuhnya pada Taehyung.

"Karena aku menyukai Turquoise sama seperti aku menyukaimu." Kalimat yang keluar dari bibir Taehyung mampu membuat Tubuh Jungkook seolah beku secara tiba-tiba, entah apa yang terjadi pada semua saraf ditubuhnya yang tiba-tiba seolah mati bahkan udara disekitarnya terasa menipis, membuat Jungkook hampir tak dapat bernafas.

"Jangan bercanda hyung..." Jungkook terkekeh dengan suara lirih ketika menyadari jika mereka sering melontarkan candaan seperti ini sebelumnya, namja itu tak pernah serius pada ucapannya. Walaupun Taehyung tahu bagaimana Jungkook memiliki sebuah rasa lebih kepadanya. Jungkook juga tahu, jika Taehyung hanya menganggapnya sebagai adik yang wajib namja itu lindungi. Tak lebih, karena mereka hanyalah sepasang kakak-adik di tingkat sekolah menengah.

"Kau tau kan aku menyukai laut? kau tau kan jika warna air laut itu adalah Turqouise, dan kau sama seperti air laut itu Jungkook.."

"Apa maksud-"

Cup.

Sepasang mata cantik itu melebar ketika dengan gerakan cepat sesuatu yang lembut mengecup bibirnya dengan ringan. Ketika Taehyung menarik wajahnya sedikit menjauh, mata elangnya beradu tatap dengan sepasang mata milik Jungkook. Namja itu merasakan degup jantungnya ketika rona merah samar kembali menghiasi pipi putih milik Jungkook. Taehyung sadar, jika selama ini adik tingkat cantiknya itu berhasil membuatnya tersenyum tanpa paksaan, mengubah Taehyung dengan image dingin menjadi lebih hangat seperti batuan es yang mencair di tengah terik matahari.

Taehyung bersyukur ketika ia mengenal Jungkook pada masa perkenalan siswa baru disekolahnya, ia tersenyum mendapati Jungkook mengerucutkan bibirnya ketika membersihkan seluruh jendela di lorong lantai satu. Jungkook terus menggerutu karena tak terima dengan hukuman yang diberikan oleh seniornya hanya karena ia terlambat menghadari upacara penerimaan siswa baru.

Dan Taehyung bersyukur, ketika Jimin selaku senior kelompok Jungkook menyerahkan tugas untuk mengawasi Jungkook diberikan padanya, karena namja pendek itu harus mengurus juniornya yang lain. Dan mulai hari itulah, Taehyung mengenal seluruh apa yang ada pada diri adik tingkatnya itu.

Bagaimana cantiknya Jungkook ketika pria itu tersenyum, bagaimana merdu suranya ketika pria itu bersenandung, bagaimana banyak tingkah dan cerewetnya ketika pria itu sedang dalam perasaan yang baik, dan bagaimana pria itu selalu bekerja keras untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, termasuk melihat nilai di papan pengumuman paling atas.

"Aku menyukaimu Jungkook, sama seperti Laut. Aku menyukaimu Jungkook, sama seperti aku menyukai angin. Kau membawa perasaan tenang pada diriku. Mampu membuatku nyaman dan hangat, dan mampu menyentuhku dengan lembut. Aku mencintaimu."
________________________________________

Turquoise [Taekook ver.✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang