2

307 58 8
                                    

"Jungkook? Kau benar Jungkook?" Tubuh kecil Jungkook menegang ketika mendengar suara berat dibalik tubuhnya. Sepertinya, ia pernah mendengar suara ini.











-Turquoise-



Dengan gerakan kaku, Jungkook membawa kepalanya untuk menoleh dan benar saja. Jungkook sedikit terkejut ketika menemukan seseorang yang sangat ia kenal berdiri dibelakangnya dengan senyuman menawan. Park Jimin, sunbaenya selama di Sekolah Menengah.

"Ah, Jimin hyung. Ne, ini aku." Sepertinya Jungkook harus mengubur dirinya karena suaranya benar-benar mencicit seperti seekor tikus yang masuk kedalam jebakan.

Hentikan Jungkook, ini hanya Jimin hyung. Bukan seseorang yang kau cintai hingga membuatmu gugup seperti ini.

Itu suara hati Jungkook yang memperingatkannya agar wajahnya tak memerah bagaikan kepiting rebus. Tapi, memang pada dasarnya dua namja jakung itu tak akan pernah terpisahkan. Dimana ada Jimin ini tak jauh darinya akan ada seorang namja datar yang mempunyai sikap sedingin kutub utara —Taehyung—.

"Benarkan ini kau? Aku melihatmu kemarin di depan rumah. Tapi, masih belum yakin jika benar-benar Jungkook dongsaengku yang manis." Jimin menarik Jungkook kedalam pelukannya dengan erat kemudian sedikit memutar-mutar tubuh kecil yang tak siap itu.

"Hentikan, ini menggelikan hyung. Dan lagi, aku bukan dongsaeng manismu seperti dulu." Jungkook tersenyum sembari menjauhkan tubuhnya dari tubuh Jimin. Jemarinya ia bawa ke atas kepalanya untuk sedikit merapikan rambutnya yang terlihat kusut karena pergerakan tiba-tiba yang diberikan oleh namja itu.

"Hei, aku tahu. aku tahu kau sekarang bukan dongsaeng manisku lagi. Tapi sudah tumbuh menjadi seorang namja yang sempurna." Senyuman milik Jimin entah mengapa malah terlihat mengerikan dimata Jungkook.

"Jadi, sudah berapa lama kau disini?" Jimin membawa tubuhnya untuk duduk disamping Jungkook. Melupakan bungkusan pancake yang ada di tangannya untuk segera ia antarkan pada seseorang yang menunggunya di mobil.

"Kemarin. Aku baru sampai kemarin. Dan hari ini aku memutuskan ingin berjalan-jalan." Jungkook tersenyum menanggapi pertanyaan Jimin. Sudah lama ia juga merindukan namja ini-Jimin-. Untunglah Jimin juga masih tinggal di sini, jadi jika sewaktu-waktu Jungkook membutuhkannya untuk berjalan-jalan ia tak perlu kerepotan untuk membawa belanjaannya seorang diri.

"Aku kira kau tak akan kembali setelah pergi dari sini. Padahal, aku akan membuat jadwal untuk mengunjungimu di setiap akhir bulan." Jimin ikut tersenyum ketika melihat senyuman Jungkook yang masih cantik seperti dulu.

"Candaanmu masih seperti dulu hyung..."

"Aku serius Jungkook." Jimin tertawa kemudian ketika melihat namja didepannya mengerucutkan bibir. Benar-benar masih mejadi Jungkook nya yang manis.

Kling...

Itu suara lonceng angin yang membuat Jimin menghentikan tawa kerasnya. Entah apa yang Jimin lihat dibalik tubuh Jungkook karena pintu masuk terletak disana. Jungkook ikut terdiam ketika melihat raut wajah Jimin didepannya berubah, Jungkook tak mengerti kenapa Jimin bisa mengehentikan tawanya ketika mendengar suara yang diciptakan lonceng angin tersebut. Hingga, Jungkook ikut memberanikan diri untuk menengok apa yang Jimin lihat dibalik tubuhnya.

Dan disana.
Semoga saja ini bukan ilusi optik.
Atau mungkin Jungkook tengah gila karena rasa rindunya.
Tapi jika ini adalah ilusi, sangat keterlaluan.
Seperti menertawakan Jungkook karena merasakan rindu seorang diri.

Jungkook merasa tubuhnya tak bisa digerakan sedikit pun ketika sorotnya menemukan sorot yang telah lama hilang itu. Seperti waktu berhenti dan membiarkannya tak mendapatkan udara untuk ia hirup walupun hanya sedikit. Dan entah sejak kapan hatinya menjadi berdebar tak karuan, Jungkook merasakan sebuah rasa hangat yang merambat kedalam hatinya hingga menjalar ke dua pipinya. Seperti anak remaja saja yang merasakan jatuh cinta. Tapi memang saat ini Jungkook merasakan itu semua. Jatuh kedalam pesona seseorang untuk yang kesekian kalinya. Dan parahnya, itu adalah seseorang yang sama. Seseorang yang pernah menjadi masa lalunya, yang pernah mengisi seluruh harinya dan setiap hembusan nafasnya. Seseorang yang selalu ia puja berdiri disana, menatapnya dengan tatapan yang juga terkejut kearahnya. Taehyung, seseorang yang berdiri disana.

Tadinya Jimin berpamitan padanya untuk turun sebentar, meninggalkan dirinya seorang diri didalam mobil milik Jimin yang telah terparkir didepan sebuah kedai Pancake. Beberapa saat yang lalu, Jimin pergi untuk membeli beberapa bungkus pancake. Tapi, Taehyung tak tahu mengapa namja pendek itu sangat lama didalam sana. Jika dilihat, kedai pancake itu sepertinya tak begitu ramai saat ini jadi jika namja itu mengantri tak akan membutuhkan waktu yang lama. Beberapa menit berlalu dan Taehyung masih setia menunggu sahabat jakungnya itu sebelum pada akhirnya dirinya kehabisan kesabaran dan berjanji akan menyeret namja itu keluar jika menemukannya didalam kedai berdinding merah itu.

Taehyung turun dari mobil milik Jimin, namja itu sempat menyipit karena korneanya harus menyesuaikan sinar pagi dari matahari yang cukup terik. Angin laut langsung menyambutnya hingga membuat beberapa helai rambut miliknya bergerak kecil mengikuti arah angin. Taehyung sempat tertegun ketika menyadari kedai pancake yang mereka kunjungi. Dulu, ia dan namja itu sangat suka mengabiskan sarapan disini. Pasti dengan menu yang sama, dua buah
pancake coklat dan dua gelas susu murni hangat. Dan sarapan itu pasti berakhir dengan Taehyung yang tertawa geli karena noda dari selai coklat yang membuat wajah namja itu menjadi tak karuan. Yang pasti, tempat ini juga berperan besar dalam kehidupannya di masa lalu.

Kling...

Taehyung mendorong pintu kaca itu agar tubuhnya dapat masuk kedalam kedai, sorotnya menelusuri setiap sudut kedai untuk mencari dimana namja pendek itu berada. Dan disana rupanya, entah apa yang telah temannya temukan didalam kedai ini selain pancake dan susu. Taehyung mengurungkan niatnya untuk menghampiri Jimin ketika ia melihat seorang namja yang duduk tepat disamping Jimin dan tampak berbincang dengan hangat. Mereka tertawa ketika Jimin melontarkan kalimat bernada candaan. Hingga Jimin sedikit terkejut ketika namja itu menemukannya telah berdiri di dekat pintu masuk. Taehyung tak begitu melihat pasti, namun ia yakin jika namja di hadapan Jimin sepertinya juga ikut menegang. Ia seperti tak asing lagi dengan namja yang tengah duduk membelakanginya tersebut. Sepertinya, postur tubuh mungil dengan rambut hitam itu benar-benar ia kenali dengan baik. Tapi, Taehyung tak akan percaya jika itu adalah seseorang yang ia rindukan sebelum namja itu menolehkan kepalanya dan sorot mereka beradu.

Beberapa detik berlalu, hingga ia merasakan sebuah tatapan yang sangat ia rindukan. Taehyung mengenal namja yang duduk bersama Jimin itu, Taehyung mengenal sorot lembut dan binar cahaya yang terdapat di sepasang kelopak mata itu. Taehyung sangat mengenal namja dengan bibir merah alami dan wajah luar biasa cantiknya yang bahkan melebihi seorang yeoja. itu adalah cintanya, namja yang sempat ia lupakan karena keadaan, namja yang ia tinggalkan dengan rasa egois empat tahun yang lalu.

Sama sepertinya, Jungkook terkejut ketika melihat Taehyung yang berdiri disana. Namja itu telah tumbuh menjadi namja dewasa yang hampir tak Jungkook kenal. Taehyung telah menjadi seseorang namja yang sempurna. Pantas saja jika namja itu akan menjadi dambaan setiap orang diluar sana. Bahkan cara menatapnya saja sudah berbeda. Sudah bukan seperti Taehyung empat tahun yang lalu, kali ini tatapan itu benar-benar mematikan. Tapi, baginya sorot milik Taehyung tetap sama dengan sebuah kehangatan didalam kornea gelapnya. Jungkook mencoba tersenyum ketika hatinya bergejolak tak karuan, Jungkook benar-benar ingin berteriak bahagia ketika dengan tegap namja yang dirindukannya itu berjalan kearahnya dengan senyuman tampan yang hanya mampu Jungkook lihat.

"Jungkook." Itu suara Taehyung yang selalu Jungkook rindukan. Bagaimana namja itu memanggil namanya, Jungkook sangat menyukainya.

"Lama tak bertemu hyung."

Hai hyung, kau tau apa yang menjadi kesukaanku sekarang ?

Bukan menjadi, tapi aku menambah sesuatu yang menjadi kesukaanku.

Sejak kau pergi, aku menjadi menyukai Turquoise.

Sama sepertimu, kau juga Turquoise-ku.

Karena ketika aku melihat warna indah dari air laut ,
Sama saja aku seperti melihat dirimu.

Hai hyung, apa aku sudah bilang kalau sekarang aku juga menyukai laut?

Sama sepertimu.

Karena jika aku melihat laut, aku bisa menyalurkan rasa rinduku padamu.

Hai hyung, apa aku sudah bilang kalau aku juga menyukaimu ?

Ah tidak, aku juga mencintaimu sejak empat tahun yang lalu.
____________________________________

Next(?) Voment! 😀👇

30.09.17

Turquoise [Taekook ver.✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang