9

223 20 0
                                    

Irene menelan ludah dengan susah payah. "Apa yang terjadi?" Pikirnya.

Irene kembali kekelas dengan terburu - buru, sedikit membanting pintu kelas yang membuat semua orang kaget. Termasuk Suho.

"Pak, saya minta izin, ada urusan penting." Kata Irene setelah mengambil tasnya. Yang hanya diiyakan oleh pak dosen.

Suho menangkap tatapan khawatir dari wajah Irene dan mulai bertanya - tanya. 'Apa yang terjadi?'

*********************************

Irene berjalan dilorong rumah sakit dengan lesu, ia dengar semuanya dari dokter, ia tak percaya ibunya yang sehat, ceria, dan baik itu bisa mengalami sebuah penyakit yang ganas.

Kakinya serasa mati rasa, otaknya dipenuhi rasa takut, bagaimana bisa seorang panutan hidupnya bisa mengalami hal seganas itu, bagaimana kelanjutan hidupnya bila tak ia kehilangan sang bunda?

Ia menangis sampai air matanya kering, ia tak tau apa yang harus ia lakukan setelah mendengar berita tidak menyenangkan itu, ia hanya duduk dilorong rumah sakit seorang diri, pikirannya menerawang tantang sang ibu.

Lidahnya seakan mati rasa, mulutnya seakan tidak bisa berbicara, ia seakan tak punya harapan hidup lagi. Semua seakan gelap sejenak.

"Irene!!!" Teriak sang ayah setengah berlari menuju Irene yang yang termenung disusul tante Meri dibelakang.

Irene menoleh namun kehabisan kata - kata.

"Ada apa dengan ibumu?" Tanya Ayah.

Irene hanya menggeleng dengan tatapan kosong.

Ayah membuang nafas lesu "Kamu disini dulu ya, jaga Irene, biar aku cek kedalam." Kata ayah pada tante Meri yang dibalas Tante Meri dengan anggukan.

Ayah sudah pergi meninggalkan Irene dengan tatapan kosongnya ditemani tante Meri yang melihat Irene dengan iba.

Tante Meri mengelus bahu Irene "Gimana perasaan mu?"

Irene terdiam lalu mulai menjawab. "Sakit....sa...sakit banget tante." Irene mulai menangis sesegukan.

Tante Meri melihat Irene dengan iba kembali.

"Padahal, mama baik, ma..ma gak pernah jahat sama orang, tapi kenapa mama yang harus mengalami peristiwa ini, kenapa gak orang jahat diluar sana, atau pembunuh berantai, atau seorang jalang, tapi kenapa mama tante, Kenapa??!!" Irene meninggikan suaranya.

Tak sadar, Tante Meri meneteskan air mata,

"Tante tau perasaan kamu, kamu boleh menangis, tapi tidak boleh terlalu lama, karena menangis tak akan menyelesaikan masalah."Tante Meri tersenyum.

Irene agak kaget mendengar apa yang dikatakan Tante Meri. 'Kata - kaga itu, kata - kata yang pernah dikatakan oleh mama,

"Tante..." Irene memanggil Tante Meri dengan pelan.

"Apa?" Tante Meri menatap Irene.

"Tanteeee......" Irene mewek. Kali ini sambil memeluk Tante Meri yabg kaget, namun membalas pelukan Irene dengan senyuman.

"Ayo masuk, kita akan berbicara dengan dokter diruang ibu Irene" Kata ayah yang tiba - tiba datang.

"Apa ib...u su..sudah sa...dar?" Tanya Irene yang hanya dibalas anggukan dari ayah.

Mereka pun masuk ke dalam rumah sakit, melewati lorong - lorong yang terlihat menyeramkan dimata Irene, Irene benci rumah sakit, disini banyak kenangan kelam nan menyedihkan, tempat dimana manusia menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya diiringi teriakan tangis dari semua orang yang menyaksikan kepergiaanya.

Mereka sampai didepan ruang ibu Irene, ayah mengambil langkah, memutar gagang pintu dan menyaksikan ibu yang sudah siuman disertai dokter yang berdiri disisinya.

"Irene.." ibu memanggil Irene dengan sangat pelan, nyaris tak bersuara.

Irene hampir tak kuasa menahan tangis.

"Sini nak," ibu memanggil Irene, yang langsung diiyakan oleh Irene.

"Mama minta maaf...." Suara ibu menjadi serak "mama minta maaf" Ucapnya sekali lagi.

Kali ini Irene benar - benar tak dapat menahan tangis. "Mama gak perlu minta maaf, aku yang harusnya minta maaf, tugas aku buat menjaga mama, tapi aku lalai, aku.....aku..." Irene tergagap.

"Ssshh, udahlah nak, semua yang terjadi tak perlu disesali." Kata ibu yang membuat Irene terseguk - seguk semakjn kencang yang membuat setiap pasang mata yang melihatnya merasa iba.

************************************

Jam pulang sekolab telah tiba. Suho meraih tas dab segera pulang, tapi ia teringat Irene, 'apa yang terjadi pada anak itu' pikirnya.

"Ehhh, bro ngantin yukk." Teriak Jinyoung yang langsung merangkul Suho dengan bangga.

"Yang lain ada?" Tanya Suho.

"Ada dong"

"Yaudah ayo." Suho mengambil tasnya dan buru - buru menarik Jinyoung ke kantin. Dikantin, Eunkwang dan Taehyung sudah menunggu mereka.

"Lama amat lo." Kata Taehyung pada Suho.

"Biasa, dosen killer, abis jam pelajaran dengerin dia ngomel terus" kata Suho bete.

"Tapi gue heran deh sama dia..." kata Suho.

"Dia siapa? Irene lagi? " Kata Eunkwang. "Dia mulu, suka lu ya sama dia." Kata Eunkwang yang membuat Suho salting.

"Deh apaan" kata Suho panik.

"Lagian ya, gua bukan mau ngomongin itu, tadi itu dia aneh banget, masa dia izin sama pak dosen buat pulang, katanya urusan penting banget, tapi dia keliatan buru - buru, kayak ada sesuatu yang gawat sedang terjadi." Kata Suho.

"Tuh kan bener, naksir nih orang sama tu cewek." Kata Taehyung yang diiyakan dengan Eunkwang.

"Deh kagak, gua cuma care sebagai temen doang" kata Suho.

"Iyain dah" balas Jinyoung "gini aja dah, lu datengin rumah Irene, tanyain soal kemarin kenapa sama minta maaf masalah kamera."

"Dia masih marah sama gua, gua gak ada muka lagi ini. Dia kalo marah susah memaafkan." Kata Suho.

"Udah gapapa, berusaha aja." Balas Jinyoung.

Suho berpikir sejenak. "Yaudah gini aja, lu aja yang wakilin gua kerumah dia, tanyain kemarin kenapa, tapi sebelumnya, minta maaf dulu soal kamera, yayaya?" Kata Suho sumrigah.

"Ogah ah, kenapa harus gua, masalah sama lu ini kan bukan sama gua." Kata Jinyoung.

"Ntar gratis seumur hidup dah main ps dirumah gua." Suho menawarkan.

Jinyoung kelihata berpikir. "Bener nih?"

"Iya" Suho mengulurkan tangan, "jadi gimana nih, deal?"

'Deal'

Complicated || Suho & IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang