10

229 19 0
                                    

"Iya." Suho mengulurkan tangan. "Jadi gimana nih, deal?"

"Deal."

************************************

Jinyoung sudah berdiri dirumah Irene malam ini, kenapa malam? Karena dia bobo siang terus kebablasan. Jinyoung melihat kertas alamat yang ia pegang, memastikan apa rumah yang sedang berhadapan didepannya ini adalah rumah Irene. Setelah memantapkan hati, Jinyoung mulai mengetuk pagar.

"Siape lu?" Jinyoung kaget karena suara tersebut berasal dari seorang nenek yang membuka pintu.

"Eh, anu...anu nek eee... saya..saya" Jinyoung terlalu gugup karena melihat raut wajah nenek yang galak.

"Ngomong tuh yang bener, haho haho, dah kayak Azis gagap lu" Balas nenek.

" Saya mau ketemu Irene, nek." Kata Jinyoung tegas.

"Ngapain anak cowok pergi kerumah anak perawan malam - malam?" Kata nenek galak. "Pulang gak lu. Gua bilangin pak Haji nih" Ancam nenek.

"Deh jangan nek, saya kesini niatnya baik, buat---"

"Biarin dia masuk nek." Tiba - tiba Irene yang muncul dengan wajah sedihnya mengagetkan nenek dan Jinyoung.

"Gapapa nih?" Tanya nenek

"Ya."

"Yaudah, masuk lu." Kata nenek pada Jinyoung.

Jinyoung pun masuk dan duduk di ruang keluarga.

"Lu kalo mau ngemeng sama cucu gue, ngemeng aja, tapi jangan ngapa - ngapain lu, gua mau tidur dulu." Kata nenek.

"Ya nek."

Irene membuatkan minuman, membawanya ke ruang tamu, lalu duduk disebelah Jinyoung, namun tak berkata - kata. Sikapnya ini malah membuat Jinyoung canggung.

"Ada apa?" Katanya mulai membuka suara.

Irene menggeleng.

"Cerita aja."

Irene tetap menggeleng.

"Hmmmm." Jinyoung menghela nafas, mulai mencari topik lagi, "Suho katanya mau ganti kamera lu." Jinyoung melanjutkan lagi "Tapi dia nabung dulu,"

Irene hanya mengangguk.

"Lu kenapa dah, kenapa?" Tanya Jinyoung lagi.

Irene terdiam lagu namun beberapa saat kemudiam menangis. Jinyoung kaget sekali. Pasalnya, ia tak tau mengapa Irene tiba - tiba menangis.

"Sakitt....sakitt banget... Ibu gue." Irene mulai tersedu - sedu.

Jinyoung heran, ada apa dengan ibu Irene?

"Emang ibu lu kenapa?"

"Kanker kulit." Irene tersedu - sedu. "Pantesan waktu gua liat kulit emak gua, kulitnya ada bintik - bintik coklat, ternyata itu gejalanya. Huhuhu." Irene menangis semakin kencang.

Jinyoung bingung, apa yang harus ia lakukan, ia pun mengelus bahu Irene "Dah gaperlu ditangisin, tabah aja, pasti ada sesuatu dibalim itu yang terbaik bagi lo" Kata Jinyoung.

"Hiks....Hiks....Jinyoung." Irene tiba - tiba memeluk Jinyoung, yang membuat Jinyoung salting, pasalnya, mereka belum terlalu dekat namun ia sudah berani menempel padanya seperti ini.

Hati Jinyoung deg - degan, mukanya memerah, ia malu, baru kali ini ada seorang wanita yang dekat padanya, namun ia tak berani mengusir Irene yang memeluknya karena apa yang terjadi pada Irene.

Ia merasakan gelenyar aneh, namun ia buru - buru menepisnya.

"Udah..udah..." Jinyoung tetap profesional dalam menyikapi temannya yang sedih.

Irene hanya menangis diiringi tepukan ringan Jinyoung dipunggungnya.

************************************
Jinyoung tiba dirumah pukul 9 malam. Bajunya basah karena air mata dan ingus Irene. Ia merasa ilfeel. Ia akan mandi. Ia harus mandi.

Selesai mandi ia membuka handphonenya dan menemukan 5 misscall dari Suho, ia pun mencoba menelepon Suho.

Tut...tuttt "Halo." Suara dari seberang menyapa.

"Halo, eh gua udah ke rumah Irene tadi malam dan bilang kedia lo minta maaf. Dah ya kerjaan gua kelar. Inget janji lu." Kata Jinyoung datar.

"Masa? Gua gak caya."

"Yaudah bye."

"Ehhhh, iya iya gua caya, besok kita omonginya." Suho memohon

"Iya bye." Jinyoung menutup telepon.

Jinyoung berjalan kekasur dan bergelung dibalik selimut. Pikirannya menerawang pada kejadian saat Irene memeluk dirinya,
Saat Irene menceritakan seluruh perasaannya, dan saat Irene menangis di pelukannya.
Ia merasa saat itu Irene sedang rapuh, seperti tak punya semangat hidup. Jinyoung ingin membantunya, Jinyoung ingin menyelesaikannya.

Tiba - tiba dada Jinyoung berdegub kencang saat mengingat Irene, Jinyoung merasakan gelenyar aneh, ia tak pernah merasa seperti ini saat mengingat wanita lain, namun Irene berbeda, dia punya keunikan tersendiri.

Jinyoung buru - buru mengeyahkan pikiran itu, ia tak boleh seperti itu. Irene sedang sedih dan tugasnya adalah untuk menghiburnya.

************************************

Disisi lain, Suho menutup telepon sambil berseru girang, membuat Eunji yang berada dibelakangnya terloncat kaget.

"Ngapa lu?" Tanya Eunji heran.

"Gpp." Jawab Suho.

"Bang, pliss bang maafin gua ya." Kata Eunji memohon.

"Kagak." Kata Suho galak.

"Bang. Pliss." Rajuk Eunji.

Suho luluh.

"Bang..."

"Iye, iye. Tapi kalo lu buat masalah lagi, gua bakal buang lu ke jurang." Ancam Suho.

"Dan aku berharap ada oppa korea yang nangkep aku dibawah sana" Eunji Kesenangan

Suho mengernyit jijik "Ngigo ni bocah."

***********************************

Sementara Jinyoung terdiam dikamarnya, menciba tidur namun ua tetap tak bisa, menutup matanya pun ia tak bisa.

Akhirnya pun pikirannya menerawang, menelusuri eajah cantik seorang wanita yang baru saja ditemuinya. Irene. Wajah putih, mata besar dan hidung peseknya membuat Jinyoung terpana.

Jinyoung langsung melongo, 'ngapain gue mikirin dia'

Jinyoung pun mengalihkan pikirannya. Namun ia malah membayangkan muka galak nenek Irene.

"Iihhh" Jinyoung langsung terduduk dikasurnya.

'Tadi Irene, sekarang neneknya yang barbar, bisa gila gue lama - lama'

Complicated || Suho & IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang