Kim Tae Hyung terbaring di salah satu ranjang perawatan. Bulu matanya mengepak lamban saat membuka. Lambat-lambat mengumpulkan kesadaran, tapi rasa sakit juga mulai ikut terkumpul ke dalam hatinya. Dia memicingkan mata. Hari ini penglihatannya makin suram, semua hal nampak bagai gumpalan warna."Tae Hyung-ah...."
Panggilan itu lagi, dia meringgis jengah, "Aku bahkan sudah sangat bosan mengusirmu," katanya.
Sun Hi duduk di tepi ranjang, meraih tangannya dan mengelus lembut, "Itu lebih baik, kau tak akan mengusirku lagi jika sudah bosan." Dia bergerak menuntun Tae Hyung untuk duduk, dan pria itu menurut. Para perawat memberinya banyak suntikan yang membuat sarafnya lemas.
Dia dengan hati-hati menuntun Tae Hyung untuk turun dari tempat tidur dan mendudukannya di kursi roda yang telah disiapkan tak jauh darinya. Dia mendorong kursi roda dan gantungan infus untuk ikut bersama mereka. Sun Hi membawanya pergi ke depan cermin.
Kembali terpukul, gadis itu berdiri di belakang Tae Hyung dengan masih memegang kursi roda. Refleksi mereka berdua di cermin jadi pusat pandangan. Matanya jatuh menatap pantulan mata Tae Hyung, mencoba menggali banyak kekuatan di sana, tapi yang dia dapat setelahnya adalah kesedihan yang bertambah-tambah. Kembali Sun Hi merasa terbebani oleh keputusan Tuhan, dia mengalihkan pandangan dari mata itu ke pantulan wajahnya sendiri yang lebih mudah untuk dihadapi.
"Aku ... Min Sun Hi. Hari ini aku terlihat begitu jelek, dan sangat tidak bergaya. Aku pernah berhenti memakai make up karena takut kau akan lebih mencintai make up-ku dari pada wajah di bawahnya. Tapi sejak kau menolakku, aku memakainya lagi, berharap kau menerimaku, meski sebenarnya kau sedang menerima polesan warna-warna itu," dia bercerita, "tapi ... ternyata kau masih menolakku. Aku begitu jelek sampai tidak bisa lagi dibantu oleh make up, ya?"
Tae Hyung tidak menjawab, tiga perempat jiwanya sudah melayang pergi keluar pintu.
"Ah, aku bercerita yang tidak-tidak." Sun Hi mengeluarkan tawa terbata. "Seharusnya aku datang untuk membantumu membersihkan diri." Dia meraih sikat gigi dan odol dari saku perawatnya, menuang sedikit odol ke atas sikat.
Dari belakang tubuh sang perawat Min sedikit menunduk, tangan kirinya mendekap dada atas Tae Hyung, sedangkan tangan kanannya mengangkat sikat gigi untuk berada di depan mulut pria itu, "Maaf, aku harus membuka mulutmu," Sun Hi berbisik jahil kemudian agak memaksakan sikat gigi itu untuk masuk.
Dia tatap lagi bayangan Tae Hyung. Rasanya luar biasa, hampir meletus. Sikat itu bergerak pelan menggosok gigi Tae Hyung dari gigi depan sampai geraham dalam, sedangkan tangan kiri Sun Hi mengeratkan dekapannya, "Aku ingin melakukan ini setiap hari."
Tiba saatnya segelas air di sodorkan Sun Hi untuk dipakai berkumur, dan Tae Hyung tidak bisa menolak. Kecuali jika pria itu mau menghabiskan sepanjang waktu dengan busa di mulut. Gadis Min tersenyum senang, "Kau boleh berpikir bahwa membiarkanku menggosok gigimu adalah hal paling menggelikan, dan sama sekali tidak romantis," ujarnya sembari menyeka sisa-sisa air di bibir dan dagu Tae Hyung.
Air mata yang membasahi pipi tak digubris gadis itu, dia tidak terisak, tahu bahwa Tae Hyung tidak akan dapat melihatnya.
Sun Hi meraih handuk yang terendam dalam sebaskom air hangat. Dia peras hingga air di serat kain itu menyusut. Dibawanya handuk basah itu ke pipi Tae Hyung, menyapukannya lembut dari satu sisi wajah ke sisi lain.
Masing-masing dari mereka tertahan dengan hati yang patah. Rasa sakit memberangus mulut mereka berdua. Kebisuan menjadi hadiah untuk kebersamaan bertahun-tahun lalu.
Tangan tae Hyung bergetar pelan di atas paha, seperti bimbang ingin meraih tangan yang sedari tadi melingkari dada. Dia kumpulkan kekuatan, menyentuh tangan Min Sun Hi, bergabung menyentuh dadanya sendiri "Akh!" Pria itu kesakitan, dia ingin berbicara lebih banyak tapi tak ada yang keluar dari mulutnya. Dia mendorong tangan Sun Hi untuk menjauh dari tubuhnya lalu bangkit tertatih.
Tae Hyung berjalan ringkih dengan sebuah tangis bisu. Nampak sedih sekaligus marah.
"Kenapa kau melakukan ini?" katanya serak, "Sikat gigi, handuk basah, dan semua yang kau lakukan adalah menghina harga diriku! Tidakkah kau mengerti? Aku benci saat kau berkorban dan membuat hidupku seperti bergantung padamu!" retorikal dan getir, dia terisak. Kursi rodanya menggelinding tak tahan dengan tubuhnya yang menumpu, penyangga infus juga menyusul jatuh. Tae Hyung roboh tersungkur di atas lantai, kehilangan pegangan. Napasnya berat.
Min Sun Hi terpaku, diam merasa ada yang terenggut. Air mata yang tadinya sudah tenang kini kembali terundang, entah berapa banyak lagi yang akan tergelontor, "A-apa aku menyakitimu? Apa kau sakit karenaku?" dia bergerak mendekat, tangannya mencoba menggapai Tae Hyung tapi malah bergetar tak terkendali.
"A-aku berjanji untuk tidak membiarkanmu sakit, tapi ... aku...." Sun Hi turut ambruk. Tubuh mereka duduk berhadapan, saling menangis dan tertahan dalam sedu sedan.
Tae Hyung mendongak, berusaha melihat gadisnya. Dia hanya dengar tangis kuat seorang yang mustahil dilupakan. Air mata hangat itu mencairkan sesuatu yang telah membeku. Dia bergerak, merengkuhkan tangannya ke tubuh Min Sun Hi, kendati ingin berkata bahwa gadis itu segalanya.
"Aku benci untuk merepotkanmu, aku benar-benar benci membuatmu bersedih dengan hidupku yang harusnya hanya untuk kutangisi sendiri. Aku tak pernah memberimu kebahagiaan, maka tak seharusnya aku membagikan kesedihan padamu. Kuharap kau mau mengalah pada hidupku."
Tangan Sun Hi perlahan mendaki punggung Tae Hyung dan membalas pelukannya. Kebekuan dalam diri mereka meleleh dan masuk ke dalam darah. Nadi mendenyutkan pesan yang tidak pernah bisa tersampaikan, mereka bisa mendengar itu sekarang. Sebuah ketulusan dalam kesunyian.
"Min Sun Hi, sekarang kau harus paham, bahkan jika aku berbalik pergi dan tidak pernah kembali, kau harus mengerti. Kau masih segalanya, aku selalu merekammu, tapi aku benar-benar sudah berhenti mencintaimu."
"Aku berhenti mencintaimu."
"Cinta kita sudah berakhir."
"Jangan bertahan untuk sesuatu yang tidak lagi ada di antara kita."
"Maafkan aku, Sun Hi...."
KAMU SEDANG MEMBACA
BITTER SALT
Fanfiction"Kutanya padamu satu hal Min Sun Hi. Jika hidup ini menyenangkan, katakan padaku caranya! Dan jika hidup ini menyedihkan, kenapa kau masih ada di sini?"-Bitter Salt Kim Tae Hyung hanya seorang pecandu narkoba, dan Min Sun Hi hanya seorang gadis yang...