Chapter 3 – Something Behind the Bodyguard.
“Nona Reed.”
Kuhentikan langkahku ketika mendengar suara berat beraksen Inggris memanggil namaku. Aku melirik dari balik bahu, tidak berniat untuk membalikkan badan sama sekali. Dan kutemukan iris hijau susu yang sama yang menyebabkan aku bertengkar dengan ayah beberapa waktu lalu. Walau sebenarnya, dia tak bersalah sama sekali.
Kuhembuskan nafas perlahan, menyingkirkan sedikit perasaan gelisah yang kutujukan pada kembaranku. Menyipitkan mata sebelum bertanya malas, “Apa lagi yang mau kau lakukan, pengawal?”
Flint Stark berjalan mendekat ke arahku, dia masih mengenakan pakaian hitam yang sama. Hanya saja jaket kulitnya telah berganti dengan rompi merah-emas khas anggota kemiliteran dengan pin logam berbentuk kilatan cahaya dalam segi enam yang bersinar akibat pantulan cahaya lampu di koridor.
“Hanya ingin memastikan keadaan Anda setelah kembali dari ruang presiden, dan mengantar Anda agar kembali ke ruangan dengan selamat.” Flint tersenyum kaku, dan aku tak suka karena kentara sekali kalau senyumnya dipaksakan.
Aku mendengus sebal dan memandang mencemooh dari kaki panjang Flint yang dibalut sepasang boot coklat khas kemiliteran hingga berhenti pada rambut hitam kelamnya yang terlihat berantakan namun tetap bergaya. Sangat berbeda dengan rambut anggota militer lain yang biasanya berpotongan cepak.
Oh, terlihat sekali kalau dia memang dibedakan dari yang lain.
“Gedung ini dilindungi dengan keamanan dan sistem pertahanan 24 jam yang tidak diragukan lagi kehebatannya, serta dirancang dengan ratusan teknologi tercanggih awal bad 22. Yang dapat memastikan aku sampai di ruanganku tanpa lecet sekalipun, Tuan Stark.” Aku tertawa tak percaya, sebelum melanjutkan langkahku yang terhenti tadi tanpa memperdulikan Flint Stark yang mengikuti di belakang.
Aku berpura-pura tidak terganggu dengan suara langkah kaki Flint yang menggema di seluruh koridor yang kini hanya ada aku dan pemuda bermata hijau susu itu. Dan begitu pria berkulit coklat gelap –yang kurasa karena terbakar matahari akibat pekerjaannya di lapangan, itu kembali memanggilku, kuhentikan langkahku.
“Apa sih maumu?” Aku berbalik dan menatap kedua iris hijau susu itu tak percaya. Hah, dan kenapa aku baru sadar kalau iris hijau pucatnya itu benar-benar tak cocok dengan perawakannya yang dingin dan menyeramkan.
Oh dan satu lagi, dia kaku.
“Anda menjatuhkan ini tadi, Nona Reed.” Lagi-lagi dia menatapku datar yang menurutku malah terlihat aneh. Flint mengulurkan selembar kertas foto polaroid yang sudah terlipat sana-sini.
Mataku menyipit dan baru menyadari bahwa itu foto yang mengabadikan momen ketika Ash mencium pipiku dengan sayang di perayaan ulang tahunku yang berarti juga ulang tahunnya ke-16. Yang selalu kuselipkan pada jeansku, sejak Ash bergabung dengan federasi dua tahun lalu.
Hal yang kulakukan sebagai bentuk untuk menanggulangi rasa rinduku pada Ash, karena kembaranku itu menjadi jarang pulang akibat pekerjaannya sebagai komandan tim yang paling dibangga-banggakan federasi sialan sok berkuasa itu.
“Berikan padaku!” aku menggeram marah. Menarik cepat kertas foto yang sudah nyaris terlipat sana-sini itu dari tangan seorang Flint Stark yang mengaku menjadi pengawal pribadiku, sejak dini hari tadi.
“Jangan pernah kau menyentuh foto ini tanpa seizinku lagi,” aku berkata dan sengaja menegaskan suaraku. Tidak ada yang boleh memegangnya kecuali aku, dan bahkan Luna juga tidak pernah kubiarkan menyentuhnya. Walau dia adalah adik kandungku dan Ash, dan walau dia hanya seorang gadis kecil berumur 7 tahun. Tetap tak akan kubiarkan dia menyentuh foto ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eradication
Action2108. Sepuluh tahun berlalu setelah masa revolusi, dimana pemerintah memutuskan untuk membangun pagar beton-titanium yang mengelilingi seluruh Capitol District –ibu kota U.N. Sebagai antisipasi jika terjadi perang besar dunia seperti 80 tahun lalu y...