Bab 02 suka!

13.9K 1.1K 36
                                    

"Marshall Danendra Akbar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Marshall Danendra Akbar."

Marsha langsung menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Dia tersenyum ke arah pria yang melangkah ke arahnya. Adrian. Sahabatnya itu tampak menyeringai saat melihatnya berada di rumah sakit milik papanya ini.

"Wow wow...kamu beneran mau menetap di sini?"

Adrian duduk di sebelah Marsha yang baru saja melangkah melewati taman dan akan menuju mobilnya.

"Kamu kan tahu cepat atau lambat aku akan bekerja di sini. Untung saja aku terlepas dari menjadi dokter. Tapi papa tetap memintaku berkutat di sini. Yah gak papa aku udah mulai terbiasa bau obat."

Adrian terkekeh dan menepuk bahunya. Lalu Marsha menatap sekitarnya.

"Kamu ngapain ke sini?"

Adrian menunjuk obat yang di bawanya.
"Chek up. Bulanan. Aku kan orang yang menjaga kesehatan."

Marsha mengerutkan keningnya. Tapi kemudian tersenyum.

"Apa kabar Bintang?"

Kali ini dia melihat wajah Adrian menjadi muram. Pria itu kini bersedekap dan bersandar di mobilnya.

"Bintang menetap di Yogya. Kayaknya si Rio itu memang membuktikan kalau dia layak untuk Bintang. Tapi entahlah.."

Adrian mengangkat bahunya. Lalu menatapnya.

"Aku masih belum bisa menerima si Rio itu. Walaupun Bintang mencintainya. "

Marsha tersenyum kecut. Dia juga belum rela, tapi bagaimanapun Bintang bahagia dengan Rio. Itulah yang menjadi dirinya mundur secara teratur.

"Kita doakan saja yang terbaik buat Bintang."

Kali ini Marsha melihat Adrian tersenyum.

"Tumben bijaksana. Pasti udah ketemu dokter cantik deh di sini."

Marsha kali ini tertawa. Dia jadi teringat tadi saat makan siang dengan Dokter Melani. Wanita itu benar-benar tidak mempunyai malu. Dengan mengatakan dialah yang berhak bersanding dengannya. Tipe-tipe cewek yang langsung menyerang.

"Owh iya nama kamu di sini Marsha juga? Gak Danendra gitu? Ntar di kira cewek loh?"

Marsha tersenyum. Lalu menunjuk name tag yang ada di kemejanya.

"Aku suka nama ini. Kenangan dari Bintang. Dia yang pertama manggil aku Kak Marsha. Bukan Marshall. Dan aku suka. Biarlah semua menganggap ku wanita ..."

Adrian kembali tertawa dan menepuk bahunya.

"Ya sudah aku pulang dulu ya? Kapan-kapan kita ngopi. Aku udah mulai sibuk nih di kantor papa. Bosan."

Marsha mengacungkan kedua jempolnya.

"Kapten kamu harusnya terbang lagi."

Ucapannya membuat Adrian menggeleng. Dan melangkah mundur.

MARSHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang