Who am I?

12 0 0
                                    

Hari itu, aku terbangun.
Dimana ini?
Kasurku tidak sekecil ini.
Ugh, kepalaku...
Rasanya seperti habis dihantam oleh batu yang luar biasa besar...
Huek, perutku juga rasanya tidak enak.
Tidak tahan dengan rasa mual itu, aku berjalan cepat menuju kamar mandi.
Aneh, padahal aku tidak tahu tempat ini. Namun, kenapa aku tahu dimana letak kamar mandi?
Terlalu pusing untuk memikirkannya, aku terus berjalan.
Tanpa sengaja, aku melewati cermin.
Dan aku langsung mengeluarkan isi perutku saat itu juga.

***

Aku mengusap mataku yang memerah.

Haha, memalukan sekali. Walaupun aku tidak terlalu melihatnya, tapi aku yakin banyak sekali orang-orang yang menatapku dengan pandangan aneh saat aku berjalan menuju rumah.

Rumah yang kecil. Rumah yang dingin. Rumah yang tidak ada kehangatan orang tua. Dan rumah yang bukan rumahku. Lagi-lagi aku tertawa miris dengan kenyataan itu.

Kepalaku masih terasa sakit. Sekelebat ingatan-ingatan yang aku bahkan tidak tahu milik siapa terus bermunculan. Terkadang ingatan itu bahagia, membuat sekujur badanku terasa ringan. Namun, terkadang ingatan itu sangat menyedihkan sampai membuatku menangis. Namun, diantara semua ingatan itu, yang paling menyakitkan membuatku tidak bisa bergerak.

Aku berdiri di depan pintu rumah, dengan kepala berdenyut-denyut menyakitkan, aku mengeluarkan kunci. Namun, aku tertegun.

Aku menajamkan telingaku dan mendengar sesuatu. Dari dalam rumah terdengar suara nyanyian seorang perempuan.

Tidak, tidak, itu tidak mungkin. Aku yakin sudah mengunci pintu rumah sebelum ini.

Dengan gerakan cepat aku memutar kunci dan membuka pintu lebar-lebar.

Gadis itu berdiri disana dengan tenang. Malah dia tersenyum. Rasanya seperti dia memang benar-benar menantiku disana.

"Who the hell are you?"tanyaku cepat.

Gadis itu mengangkat alisnya dan tersenyum lebar. Ia menyibakkan rambut panjangnya dan berjalan ke arahku. Tubuhnya jauh lebih kecil daripada tubuhku. Bahkan aku yakin, dia juga lebih kecil daripada tubuh asliku.

"Aku yakin kita sudah bertemu beberapa menit yang lalu"ucapnya dengan senyuman.

Dahiku berkerut, "kapan...? Oh....".

Ya, aku ingat. Dia gadis di pemakaman tadi.

Gadis itu kembali tersenyum. Senyuman di bibir kecil gadis itu seperti menyimpan sejuta makna. Tapi dari matanya, aku bisa tahu. Dia menatapku dengan tatapan sedih. Seakan paham akan penderitaanku.

"Kau tau..."gadis itu memulai pembicaraan.

"Aku menemukan ini di dekat kulkas" Ia memberikan secarik kertas yang dilipat dengan buru-buru sehingga berbentuk tidak simetris. Aku menerimanya dengan perasaan aneh.

Aku membukanya dan membelalak kaget. Tulisan tangan ini.. tulisan tangan yang sangat kukenal beberapa bulan ini.

Tulisan tangan Abel...

Aku mengangkat wajah dari kertas itu dan menatap gadis yang sedang melihat-lihat rumah itu dengan tatapan tidak percaya.

"Ba..bagaimana bisa ada..?"

Gadis itu mengangkat bahu, "aku tidak tahu, bukankah kau yang selama ini tinggal disini?".

Aku terdiam. Memang benar selama beberapa hari aku tinggal disini, tapi tidak sekalipun aku menemukan kertas ini.

Kembali kutatap kertas lecek itu. Aku membacanya dengan hati-hati.

Rav, maafkan aku.

NOWHERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang