b.

751 103 7
                                    

.

December D

.

Keduanya tumbuh bersama. Usia mereka yang hanya terpaut sampai di hitungan bulan kedua membuat keduanya berubah seperti 2 kakak-beradik kembar yang nyaris tidak pernah bertengkar hebat.

Kini usia mereka mencapai ke hitungan ke 14. Masih berada di kelas kedua tingkat menengah pertama. Jimin tidak banyak berubah, wajahnya masih bulat meski badan gempalnya sudah tidak segemuk dulu. Taehyung pun sama, masih saja kurus dan tinggi. Nyaris menyalip tinggi badan Jimin terlalu jauh.

Mereka memiliki ketertarikan yang berbeda, seperti Taehyung yang lebih senang tergabung ke dalam anggota organisasi kesiswaan yang kaku dan Jimin yang lebih senang menggeluti dunia olahraga basket.

Keduanya kini berjalan bersisian meski tujuan mereka berbeda, Jimin ke sisi selatan tempat di mana lapangan basket berada dan Taehyung ke utara menuju ruangan rapat organisasinya.

“Kau latihan sampai jam berapa, Jim?” Tanya Taehyung beberapa langkah sebelum mereka terpisah.

“Um, mungkin empat atau lima. Entahlah. Tim basket sekolah kita akan bertanding di Pekan Olahraga Nasional kali ini.” Jawab Jimin.

“Kalau aku selesai lebih dulu, aku akan menunggumu di tepi lapangan ya.”

Jimin mengangguk kecil sebelum menggusak rambut Taehyung dan berlari meinggalkannya yang sudah memerah siap mengamuk.

Yak! Park Jimin!” Teriaknya kesal yang hanya di balas Jimin dengan lambaian tangan. Separuh menggerutu ia merapikan rambutnya yang acak-acakn.

Rapat berlangsung membosankan. Taehyung yang merupakan Bendahara kesiswaan menguap berkali-kali, ‘tak mengindahkan pandangan memperingatkan dari Kim Namjoon selaku ketua. Nyaris saja ia tertidur namun urung akibat kalimat penutup Namjoon pada rapat kali ini. Dengan tergesa Taehyung mengemasi bukunya memasukkannya ke dalam tas.

“Buru-buru sekali.”

Taehyung menoleh mendapati Namjoon, ia tersenyum kikuk, “Maaf.”

“Mau menonton pacarmu berlatih, eh?” Goda Namjoon sembari bersiul.

Taehyung mendelik kesal namun tangannya merangkul leher Namjoon, “Diam.” Desisnya.

Namjoon terkekeh girang, di hadapan sana, tepat di lapangan basket, Taehyung melihat Jimin tengah mendrible bolanya gesit.

So hot.” Bisik Namjoon di telinga Taehyung.

Taehyung membalas dengan cubitan gemas di pinggang ketuanya itu.

Namun pada akhirnya keduanya berakhir duduk di tepi lapangan sembari menyoraki anggota inti tim basket yang tengah beradu tanding satu sama lain.

Taehyung melirik Jimin. Entah itu hanya perasaannya atau memang Jimin tidak terlihat baik kali ini, permainannya tetap bagus namun entah mengapa Taehyung melihat ada yang janggal. Jimin berkali-kali bersandar di tiang ring dan memegangi sikunya sendiri.

“Kau oke?” Tanyanya ketika Jimin telah berganti pakaian dengan kaus putih polos.

“Ya.” Jimin menjawab singkat sembari menyamai langkah Taehyung di belakangnya.

Burung Bangau (Vmin/MinV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang