.
December D
.
Usia Taehyung kini 17 tahun. Ia duduk di bangku kedua Menengah Atas.
Banyak hal telah berubah.
Keluarga Park pindah ke Jepang 6 bulan setelah kematian Jimin.
Mama Jimin bilang, ia tidak bisa tinggal di tempat di mana setiap sudutnya ia mampu melihat senyum dan mendengar tawa Jimin.
Taehyung bersikap paling tegar ketika Mama Jimin memeluknya erat dan meminta maaf berkali-kali karena berarti: Jimin akan jauh darinya.
Baik secara harfiah maupun kiasan.
Karena artinya, orangtua Jimin juga membawa abu jenazah Jimin bersama mereka.
Taehyung akhirnya tetap menjalani hidupnya meski tanpa Jimin. Setelah berminggu-minggu ia habiskan dengan mengurung diri dan menangisi keadaan. Akhirnya ia kembali seperti Taehyung sedia kala, walau dikurangi sedikit senyum, tawa dan kenakalan.
Tidak ada yang menarik dari hidupnya tanpa Jimin.
Ia menjalani hidup seperti biasa, seperti sebuah kewajiban, keharusan yang mutlak.
Seokjin menikah setahun lalu, rumah Taehyung semakin sepi saja. Beruntunglah di SMA, Taehyung bertemu dengan teman yang baik. Sosok yang menjadi sahabat baginya bernama Jeon Jungkook.
Meski begitu, mungkin hanya Taehyung yang mengerti bahwa Jimin selalu menjadi bagian penting di dalam dirinya. 'Tak 'kan tergantikan.
“Hari ini kau mau kemana, Tae?” Tanya Jungkook.
Taehyung mengangkat bahu, “Entahlah.”
Keduanya keluar dari gerbang sekolah. Sekolah yang dulu selalu Jimin sebut sebagai tempat terhebat untuk mempelajari seni di Busan.
Awal bulan April, musim semi sudah hampir mencapai puncaknya. Bahkan pohon sakura di puncak bukit di belakang rumah Taehyung sudah gugur semua daunnya. Menyisakan kuncup-kuncup bunga yang belum waktunya mekar.
“Kau ikut ke rumahku, ya?” Pinta Taehyung.
Jungkook mengangguk mengiyakan.
Rumah Taehyung sudah sering Jungkook sambangi. Namun kali ini Taehyung membawanya ke gudang rumahnya.
“Kita mau apa?” Tanyanya heran melihat Taehyung membongkar satu persatu kardus lusuh dan peti usang.
Jungkook tinggal di depan rumah Taehyung, Taehyung bilang dulunya itu adalah rumah dari sahabatnya yang bernama Park Jimin. Jungkook seringkali mendengar cerita tentang Jimin dari mulut Taehyung, bagaimana kenakalan dan kekompakkan mereka, masa-masa bahagia, juga duka yang menyambanginya.
Taehyung bilang, Jimin meninggal karena pembuluh darah di otaknya pecah. Jantungnya mengalami kelainan sebelum memompa darah ke sekujur tubuhnya terlampau keras. Kemudian pembuluh darahnya pecah serentak. Jungkook ingat bagaimana Taehyung bercerita sembari menahan isak karena menurut taehyung, Jimin baik-baik saja sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Burung Bangau (Vmin/MinV)
FanfictionMama bilang jika kita melipat seribu bangau kertas, satu keinginan kita akan terwujud. Benarkah?